Kolonel TNI AU Tek. (Purn) alm. Djoni Widya; Potret Perwira Abdi Negara 


 

Kolonel TNI AU Tek. (Purn) alm. Djoni Widya; Potret Perwira Abdi Negara 

dilaporkan: Setiawan Liu

Lembang Bandung, 17 Maret 2022/Indonesia Media – Djoni Widya atau Lie Lee Bok wafat pada November 2021 yang lalu, tetapi karya dan semangatnya selalu dikenang, sebagai perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI), lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1966 sebagai ahli teknik struktur pesawat tempur untuk kepentingan aspek pertahanan. Kendatipun kesempatan tugas belajar di Northrop Grumman Corporation (pabrikan besar Amerika yang mengkhususkan diri dalam pertahanan dan kedirgantaraan) hilang pada saat masih aktif, Djoni Widya tetap dicari para personel militer lainnya untuk diskusi keteknisian pesawat teknologi Amerika pada tahun 1970 an. Pada saat itu Indonesia beralih dari MIG-29 Jet  Flight (Rusia) ke pesawat tempur Amerika. “Tapi seperti peribahasa ‘Emas, di manapun diletakkan, ia akan tetap menjadi emas’,  sehingga ketika pesawat Amerika tiba di Indonesia, personel lainnya berdiskusi (keteknisian) dengan Papa saya,” kata Nala Widya, anak sulung Djoni Widya.

Selama mengabdi untuk Bangsa dan Negara, kadang ia bertugas di pangkalan TNI Angkatan Udara Iswahjudi Madiun, Jawa Timur. Selain itu, ia juga bertugas di Malang, Jawa Timur. Ketika menangani helikopter, ia harus standby di pangkalan Atang Senjaya (TNI AU), Bogor. “kalau perbaikan pesawat, ia pasti tugas di Pangkalan Udara (Lanud) TNI-AU Iswahjudi, Madiun. Saya masih ingat, waktu masih kecil, Papa saya sering cerita,” kata Nala Widya.

Ketika lulus dari AAU, Surat Keputusan dengan kop surat Kementerian Angkatan Udara RI AAU, Djoni Widya masih menggunakan nama Tionghoa, yakni Lie Lee Bok. Dari 13 perwira yang terpilih, hanya enam yang berhasil lulus untuk pendidikan di Sekolah Staf dan Komando atau Sesko TNI AU. “Dulu, namanya Kementerian Angkatan Udara. Surat kelulusan Papa saya dan berbagai dokumen lainnya selama aktif sebagai perwira masih tersimpan rapi. Yang mewisuda para lulusan AAU termasuk Papa saya, adalah Bung Karno (Presiden RI, Agustus 1945 – Maret 1967). Itu terakhir kalinya, Bung Karno mewisuda lulusan AAU. Selain Papa, ada juga lulusan keturunan Tionghoa lainnya, (yakni) Alm. Yo Wie Hong. Almarhum hanya sampai (pangkat) Letkol, itupun pensiun dini. Kami masih menyimpan banyak dokumentasi (kegiatan tugas pada TNI AU). Dari 300 orang perwira, Papa saya yang pertama kali naik pangkat menjadi Mayor,” kata Nala Widya.

 

Kolonel Tek. (Purn) Djoni Widya, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Anak-anaknya, yakni Nala, Emir dan Rene tidak pernah menyangka sampai akhir hayatnya, Djoni Widya tidak pernah bercerita apapun soal pekerjaan. Apapun yang beliau raih dalam karirnya tidak pernah diceritakan. Sampai pada akhirnya Nala membuka lemari beliau dan menemukan semua medalinya masih terbungkus amplop rapih. Undangan ke Istana negara juga tidak dibuka sama sekali. Bahkan medali kehormatan yang diberikan oleh Presiden BJ Habibie (Mei 1998 – Oktober 1999) masih rapih terbungkus dalam plastik. Beliau menolak datang ke Istana Negara. “Sosoknya sederhana, tidak suka tampil, tidak suka diekspos. Mungkin, beliau juga tidak suka hal-hal yang seremonial,” kata Nala.

 

Sampai pada akhirnya tanda jasa tersebut dikirimkan ke rumah keluarga. Bagi anak-anaknya, apa yang dikejar dalam hidup ternyata tidak dapat dibandingkan oleh sosok Djoni Widya. Sampai pada akhir hidupnya beliau tetap mengabdi pada Negara Republik Indonesia tanpa membangga-banggakan yang beliau capai. Sampai kepada akhir hayatnya keluarga yakni ibu Sara Widya (istri) dan ketiga anaknya, Nala, Emir dan Rene harus menyerahkan beliau karena beliau adalah milik negara tercinta Republik Indonesia. “Sampai detik-detik Tuhan akan  memanggil beliau, saya sempat tanya jemaat ada tidaknya pemakaman di San Diego Hills (komplek taman pemakaman di Karawang). Jemaat mempersilakan untuk menggunakan tanah pemakamannya. tetapi beliau selalu mengingatkan kami, bahwa kalau meninggal, jangan sampai merepotkan keluarga. Sebaliknya, Negara akan mengurus,” kata Nala.

 

Dari permintaannya, Nala berusaha mencari berbagai informasi melalui google. Informasi mengenai purnawirawan TNI/Polri untuk diurus negara, terutama untuk pemakaman. Penjelasan google, bahwa kalau yang bersangkutan memiliki bintang jasa, negara akan mengurus. Pemakaman di Taman Makam Pahlawan, dengan tingkatan negara atau provinsi. Lalu, informasi mengenai kriteria apa saja untuk bisa  dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan). “Ternyata Papa saya mendapat Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya (tanda kehormatan yang oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk menghormati seorang prajurit atas jasanya yang luar biasa). Lalu saya minta orang saya untuk urus ke birokrasi tanya apakah Kolonel Djoni Widya yang sedang di rumah sakit, ada data yang lebih lengkap. Kalau dia punya, kami pasti urus untuk bisa dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung. Kami kan harus mempersiapkan, bagaimana kelengkapan surat-suratnya, pembayaran rumah sakit, dan lain sebagainya,” kata Nala Widya. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *