Kisah Pulkam Bang Jeha # 11


Sub judul: Trip to Banda Aceh # 5

Ya, hari kelima trip kami mantan pegawai PT IBM Indonesia ke Banda Aceh dan Pulau Weh hari ini. Saya dan nyonya berbahagia bisa menjadi ‘agent of happiness’ bagi belasan prens kami yang sudah mengorbankan waktu dan sumber daya mereka yang berharga, ihik ihik :-), untuk ikut serta di

Bang Jeha - Penulis

dalam ‘side trip’ Bang Jeha pulkam. Bergaul bersama, makan minum ngobrol berenang jalan, tak perlu diragukan bahwa kami semua mengalami kegembiraan maupun sehobi. Sorry to say my dear friends, saya suka kasihan sebetulnya ngeliatin ente-ente, betapa noraknya akan keindahan alam, hehehe :-). Ya, tanah airku so pasti indah sekhalei. Kekayaan alam, flora dan faunanya termasuk yang di bawah laut tak usah diragukan diperdebatkan dah. Tetapi satu hal tetap mengusik hati. Tiadanya kesadaran akan kebersihan, apalagi membantu tidak mencemarkan lingkungan hidup bersama. Ketika kemarin kami pergi ke kolam alam di bawah lamping bukit, yang kunamakan Paradise Lagoon-nya Banda Aceh karena mirip dengan yang di Kanada, mata saya langsung melakukan sweeping. Hampir bersih dari sampah tetapi di kejauhan kulihat satu dua botol plastik bekas minuman. Kabar buruknya Hanafi,

Air terjun Alexandra Falls di North West Territory, Kanada

Muchsin, Kemal dan semua prensku anak Aceh: Sedang dibangun warung disitu! Sebulan lagi, akan ada 200 botol bekas maupun sesampahan lainnya. 🙁

Kemarin ketika saya melakukan presentasi memakai netbook Cecilia, lantaran laptop Toshibaku kutinggal di Jakarta, mati segan hidup tak mau kompi tersebut :-), seseorang melihat ‘desktop’ yang saya pasang disitu. Yakni berlatar belakang foto isteriku di muka Alexandra Falls di North West Territory. NWT tadinya ‘propinsi’ terluas di Kanada, sekitar 3.3 juta km persegi tetapi belum lama ini dibagi dua, menjadi NWT dan Nunavut. Yang terakhir luasnya 2 juta km persegi, hampir sama dengan luas Indonesia
yang 1.9 juta. Dari hanya luas tanah, Kanada dengan luas sekitar 10 juta km persegi nomor dua di dunia, kalah dari Rusia yang luasnya 17 juta. Tapi kalau perairannya dimasukkan, Kanada numero uno il mondo, nomor siji. Nah, hiking beberapa belas menit dari tempat parkir mobil ke Alexandra Falls, maupun selama hampir 1 jam kami disana menikmati keindahannya,

Paradise Lagoon Banda Aceh yang masih bersih saat ini

jangankan satu botol plastik, selembar benang pun tak tampak disitu :-). Itulah bedanya keindahan alam di tanah air kita dengan di luar batang.

Julia EO bunitia trip pulkam Aceh sudah memberikan ancer-ancer biaya total kami semua. Tidak termasuk ongkos naik montor mabur Garuda, Jakarta – Banda Aceh pp, akan sekitar Rp 1.5 juta per orang, tak sampai 200 $ untuk 5 hari alias 40-an dollar per harinya. Saya berlangganan newsletter dari
beberapa outfitter, penjual jasa trip di Kanada. Hari ini, Black Feather, salah satu yang melakukan trip-trip kelas maut, menawarkan paddling di Nahanni River, suatu sungai berarung jeram di North West Territory. Paddling canoe di sungai itu dibutuhkan kepiawaian kelas dunia, apalagi apa yang mereka tawarkan. Yakni cara mendayung model baru di abad ini, sambil berdiri, istilahnya Stand Up Paddling atau SUP. Ongkos cari mati dari 20 Juli 2011 s/d 29 Juli “cuma” $ 5,495.00 plus GST (jenis pajak Kanada, 5% di NWT). Sepuluh kali lipat biaya cari perkara paddling di Nahanni River dengan ongkos pulkam ke Aceh :-). Baidewe, mengetahui saya senang paddling, satu dua pemirsa serial ini bertanya apakah saya tidak ingin canoeing kayaking di Pulau Weh.

Satu lagi keindahan Aceh, pantai Iboih di Pulau Weh

Ogah mek, puanasnya aujubilah. Paddling di Kanada, meskipun di musim panas airnya sejuk mendinginkan. Keringatan habis mendayung, tiada
yang lebih asyik hidup di dunia ini daripada nyemplung membersihkan tubuh dari keringat dan endapan garamnya di danau-danau kami.

Seperti saya sudah mengalaminya ketika kami melakukan trip ke Sumatera Barat di kunjungan pulkam Bang Jeha Januari 2006, kali ini nasib serupa menimpa hamba. Yakni saya tidak bisa makan masakan yang pedas, sedikit pun. Leher saya akan tercekik sehingga susah bernapas, kalau makanan yang mau masuk pedas sekali. Bukannya saya tidak mau, tetapi ya tidak bisa. Itu sebabnya di banyak restoran dan warung serta kedai, saya hanya bisa makan ayam goring di trip ke Aceh ini. Kasian banget memang. Lain halnya dengan Cecilia sebab ia suka sekali masakan pedas dan termasuk jagoan. Standar pedasnya sudahdi tingkat PhD, S3 :-). Oleh karena itu, selama 5 hari 4 malam kami di Aceh ia sudah bertambah berat tubuhnya, entah berapa ons. Makanan yang paling bisa saya nikmati adalah ketika minum kopi di kedai kopi Beuraweh kepunyaan ayah Hanafi, Tjut Zain, sebab kue-kuenya serba manis dan asyik :-).

Ada saatnya tuk memulai kisah sampingan trip pulkam kami ke Banda Aceh

Mpok Cecile sedang menikmati masakan-masakan Aceh

dan sekitarnya, ada waktu untuk mengakhirinya. Kami semua berterima-kasih berat kepada Hanafi, Muchsin dkk yang sudah menjadi tuan-rumah kami. Dari segi A&C, appraiser and counselling IBM atau penilaian prestasi seseorang di kumpeni kami, akan saya berikan angka 1 kepada kalian :-). Istilahnya, it can’t be better. Itu sebabnya trip yang diselenggarakan oleh anak-anak IBM Indo menjadi

Bang Jeha hanya bisa menikmati penganan di kedai kopi Tjut Zain

populer di antara kita sehingga banyak yang menyesal tidak sempat ikut ke Aceh. Terima kasih juga ke Julia EO kami serta semua yang sudah membantu doi di dalam kelancaran penyelenggaraannya. Terakhir, kalau kurang atau tidak ada yang mau ikut yah tidak akan trip exIBMers semeriah seasyik segembira yang kami alami. Semoga kita semua para peserta trip akan bertemu lagi di dalam trip di kunjungan Bang Jeha yang akan datang.

… (bersambung) …

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *