Keragaman Majelis agama Buddha Dulu dan Sekarang Tetap Damai


Keragaman Majelis agama Buddha Dulu dan Sekarang Tetap Damai

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 6 April 2021/Indonesia Media – Direktur Urusan Agama Buddha Kementerian Agama (1991-1998) Irjen Pol. (pur) Budi Setyawan melihat keragaman Majelis di kalangan umat Buddha di Indonesia, dulu dan sekarang merupakan realitas yang harus diterima dengan tetap saling mengerti dan menerima tradisi dan ritual masing-masing. Jumlah keseluruhan mencapai 24 Majelis, tetapi masing-masing kumpulan umatnya tetap nyaman, damai menjalankan tradisi dan ritualnya. “Mereka membangun rasa toleransi antara mereka sendiri,” Budi Setyawan mengatakan kepada Redaksi.

Keragaman Majelis di Kalangan Umat Buddha tidak mengarah pada konflik. Masing-masing majelis juga tidak pernah menganggap paham mereka yang paling benar. Mengenai isu keragaman Majelis umat Buddha juga pernah ditanyakan langsung oleh seorang Bhiku senior ketika sedang kunjungan ke Nepal. “Bhiku bertanya dan saya menjawab, bahwa ada 24 Majelis. Bhiku juga bertanya bagaimana saya mewujudkan kerukunan dan meningkatkan kualitas nilai-nilai dalam pembentukan mental umat Buddha,” kenang Budi Setyawan.

Ia pun menjelaskan bahwa upaya memberi contoh dalam hidup berdampingan serta saling mengerti, memahami. Dengan demikian, masing-masing Majelis bisa melaksanakan persembahyangan, ritual dengan damai. Cara sembahyangnya (masing-masing majelis) tidak sama, adat istiadat juga tidak sama. Kementerian Agama tidak pernah mengarahkan mereka pada tata cara Majelis lain. “Mereka tidak sama dengan kita, biarkan saja, namanya kan ibadah. Pada akhirnya, makna dari keragaman (yakni) ‘Semoga semua makhluk hidup berbahagia.’ Jangan kita hanya mau bahagia sendiri,” kata mantan Kapolda Bali.

Mendengar penjelasannya, Bhiku menimpali dengan sebuah analogi banyaknya sungai-sungai di India, yang pada akhirnya bermuara ke laut lepas. Jumlah 24 Majelis jauh lebih sedikit dibanding 200 sungai di India. “Tapi semua sungai di India bermuara ke lautan bebas. Sungai Gangga, sungai Yamuna, sungai Indus, sungai Brahmaputra, sungai Beas, dan lain sebagainya ujung-ujungnya ke lautan bebas. Nasehat Bhiku terus tertanam dalam benak pikiran, dan saya tidak pernah melupakan. Karena maknanya sangat dalam terutama mengenai sikap hidup kita di tengah keragaman yang mencerminkan kerukunan Majelis-majelis umat Buddha Indonesia,” kata Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) tahun 1992-1998. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *