Kehadiran Menteri Susi perparah bisnis pengalengan Indonesia


Ketua Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) Adi Surya mengeluhkan anjloknya hasil produksi pengalengan ikan sebesar 30-40 persen pada tahun ini. Hal itu merupakan imbas dari kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait moratorium perizinan usaha perikanan tangkap.

Dia menjelaskan produksi pengusaha pengalengan ikan rata-rata mencapai 2 juta sampai 3 juta karton per tahun. Di mana ekspor mampu mencapai sekitar USD 700 juta sampai USD 800 juta per tahun.

“Untuk tuna terbesar ke Amerika, sekitar 30 persen. Kalau sarden hampir semuanya ke Afrika,” ujar Adi dalam diskusi di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta Pusat, Kamis (29/10).

Anjloknya produksi, lanjut Adi, sudah terjadi sejak 5 tahun lalu. Kondisi itu diperparah oleh kebijakan Menteri Susi. “Sudah sejak 2010, karena ikan di Selat Bali yang jadi sumber utama itu hilang karena faktor alam. Untuk tahun ini pasti turun. Seperti tuna, pasti turun produknya saja, mungkin tidak sampai 20 persen. Tapi pasti akan turun,” tuturnya.

Dengan begitu, Adi pun meragukan jika industri produksi pengalengan ikan akan bertahan ketika MEA diberlakukan. “Ini padahal kesempatan untuk perkuatkan diri. Di ASEAN, kita jadi pasar terbesar. Pasar di seluruh ASEAN, separuhnya ada di Indonesia,” keluhnya.

Oleh sebab itu, Adi meminta agar pemerintah memperketat masuknya sejumlah jenis produk perikanan dalam kaleng yang mampu diproduksi di Indonesia. Dengan demikian, industri yang tengah kesulitan ini tidak semakin terpuruk saat MEA berlangsung.

“Kita minta jenis-jenis tertentu tidak masuk, walaupun saat MEA nanti terbuka,” tandasnya.( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *