Keekonomian Usaha Penyulingan Serai di Bangka pada Rendemen


Keekonomian Usaha Penyulingan Serai di Bangka pada Rendemen

dilaporkan: Setiawan Liu

Bangka, 16 November 2020/Indonesia Media – Ketua Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Kab. Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung (Babel) Budi Harto menilai signifikansi keekonomian usaha penyulingan daun serai wangi sampai menjadi minyak atsiri yakni rendemen. Nilai ekonomi mencapai ideal kalau rendemen berada pada 0,8 – 1 (nol koma delapan sampai satu) persen. Kalau rendemen di bawah angka tersebut, pembudidaya dianjurkan tidak melanjutkan usaha penyulingan serai wangi. “Saya sudah menguji serai wangi jauh sebelum BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) masuk ke kecamatan Lubuk Besar (Bangka Tengah). Rendemen di daerah kami (Lubuk Besar), bahkan kurang dari 0,5 (nol koma lima) persen. Itu sebabnya saya dan beberapa pembudidaya tidak melanjutkan usaha tersebut,” Budi Harto mengatakan kepada Redaksi.

Kebutuhan terhadap minyak atsiri semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah industri, seperti industri parfum, kosmetik, aroma-terapi, obat-obatan dan pestisida. Jenis minyak atsiri yang sudah beredar dipasaran sebanyak 14 jenis, salah satunya adalah minyak serai wangi yang merupakan komoditas ekspor Indonesia. Budi mengalkukasi dan menganalisa usaha untuk memperoleh keuntungan bagi para pembudidaya. Modal untuk beli daun (serai), yakni Rp 500/kg dan Rp 50.000 per 100 kg untuk mendapat minyak 500 mL (mililiter) atau kurang dari setengah kg. “Kalau 600 mililiter dikonversi, setara Rp 75.000. Sementara biaya produksi pada penyulingan terdiri dari biaya angkutan, kayu api, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Kalau semua komponen dijumlahkan, dengan asumsi 100 kg serai dengan rendemen hanya 0,5 persen, itu minus (kerugian),” tegas Budi Harto.

 

Jenis tertentu seperti Mahapengiri, Lenabatu dipanen pada umur enam sampai delapan bulan. Rendemen (kedua jenis tsb) 0,5 – 1,2 persen, dan tergantung pada topografi dan iklim. Lama proses penyulingan 4 – 5 jam serta ada dua kandungan utama atsiri serai wangi, yakni geraniol dan sitronela. Standar umumnya, kadar geraniol mencapai 85% dan kadar sitronela 35% dalam minyak sereh wangi serta penggunaannya sebagai bio additive gasoline. ini komponen terpenting dari minyak sereh wangi. Dua zat ini adalah  penentu intensitas aroma harum dan harga. Untuk bisa memperoleh keuntungan analisa usaha dilengkapi dengan berbagai asumsi, yakni kapasitas mesin, rendemen, frekuensi produksi, harga bahan baku, bahan bakar, umur ekonomis mesin produksi, bangunan pabrik. “Selain itu, pembudidaya terutama yang di support BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) harus mempertimbangkan biaya produksi, keuntungan per hari, BEP (break even point) untuk harga serta volume produksi. Pertimbangan lain, kalkulasi perbandingan penerimaan dan biaya. NVP (net present value) juga penting. Asumsi tersebut harus disesuaikan dengan kondisi riil di Bangka Belitung. Sehingga angka keekonomian mencapai kelayakan. Sejak 2006, saya sudah uji rendemen pada 11 komoditas strategis Babel, mulai dari serai wangi, kayu putih, serai tanah, kunyit, jahe, lengkuas, kenanga dan buah akasia. Kayu putih sebagai icon Bangka Tengah juga merembet sampai pada kegiatan wisata laut di Bangka Tengah. Pantai dan laut di Bangka Tengah sangat indah. Kami minta agar pantai Ardal ditanami kayu putih, dan (permintaan) dikabulkan Bupati,” tegas pembina kelompok PKUR (pelatihan keterampilan usaha rakyat) Bangka Tengah. (sl/IM)

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *