Hipbaki protes penolakan shipping briket arang shisha, alasan tidak jelas


Hipbaki protes penolakan shipping briket arang shisha, alasan tidak jelas

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 23 September 2021/Indonesia Media – Himpunan pengusaha briket arang kelapa Indonesia (Hipbaki) melihat dua masalah yang sedang dihadapi, yakni keterbatasan bahan baku dan shipping atau pengiriman briket shisha via laut untuk pasar luar negeri. Industri briket arang kelapa seolah-olah kena ‘embargo’ oleh perusahaan pelayaran dengan alasan yang terkesan mengada-ada. “Briket shisha tidak diterima perusahaan pelayaran dengan alasan yang tidak jelas. Menurut mereka, (penolakan) alasan keamanan. Produk briket shisha dianggap mudah terbakar. Ini salah besar,” Asep Mulyana dari Hipbaki mengatakan kepada Redaksi.

Briket shisha merupakan golongan (tingkat atau derajat) briket tertinggi dibanding pemanfaatannya untuk arang BBQ (barbeque), water treatment, pembersih udara (grill) dan lain sebagainya. Arang BBQ sering dimanfaatkan pada acara pesta tahun baru, farewell party terutama alat pemanggang/pembakar aneka makanan. Pemanfaatan arang untuk system water treatment terutama untuk penanganan limbah sehingga tidak mencemari sungai atau lingkungan di sekitar lokasi pabrik. System treatment dengan pemanfaatan arang bisa menjaga keamanan proses produksi. “Sekarang ini, ada dua pelayaran (shipment) besar, (yakni) MSC Mediterranean Shipping Company S.A dan Maersk yang menerima BBQ, tapi tidak menerima arang shisha dengan alasan ‘berbahaya’. (shipping) dengan syarat refrigerated container (pendingin), bungkus (shisha) dengan thermal blanket, proliner. Ini semua mengada-ada. Padahal, permintaan pasar sedang tinggi untuk arang shisha. Kami berharap Pemerintah Jokowi aware, bahwa potensi briket shisha (potential income) sampai Rp 9 triliun per tahun,” kata Asep Mulyana

Sementara itu, pengepul Jun dari Pangkalpinang Bangka, Prov. Bangka Belitung masih focus pemasaran arang batok di pasar dalam negeri, yang pemanfaatannya untuk water treatment. “Masalah usaha kami, (yakni) permodalan petani. Kami butuh bahan baku dari petani. Mereka harus punya bahan baku dari kayu karet. Mereka harus beli, kecuali punya usaha kopra dengan sisa batok. Mereka bikin arang dari batok kelapa,” Jun mengatakan kepada Redaksi melalui sambungan telepon.

Petani membandingkan harga arang di market (pasar), toko dengan factory atau industry/manufacturing. Mereka menyamakan harga antara keduanya, yakni market dan factory. Misalkan harga pasar Rp 5 ribu per kilo, disamakan dengan harga untuk factory, Rp 5 ribu juga. “(Harga) harus beda dong. harga eceran yang dijual di pasar berbeda dengan harga untuk pabrik,” kata Jun. sehingga petani sering berpikir shortcut (jalan pintas) untuk segera mendapatkan uang. Mereka jual ke pasar dengan harga yang dianggap lebih tinggi. Padahal, quantity arang yang diserap pasar atau toko lebih sedikit dibanding pabrik. “Toko-toko eceran hanya beli 10 – 50 kilogram maksimal dari petani. Sementara pabrik seperti kami bisa menyerap 200 – 300 ton per bulan. Kami supply arang ke perusahaan besar PT Indah Kiat Pulp & Paper yang (proses produksinya) banyak limbah. Tapi mereka melakukan treatment limbah,” kata Jun. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Hipbaki protes penolakan shipping briket arang shisha, alasan tidak jelas

  1. Ilwan rasyidi
    November 10, 2021 at 12:25 pm

    Pemerintah tutup kuping semua aparat nya krn tdk ada keuntungam buat aparatnya apalagi presidennya. Padahal produk arang briket juga arang kayu semua bisa produksi dan menyentuh rakyat jelata. Coba klu ada keuntungan bagi aparat pemerintah pasti dech shippimg line di cabut izin nya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *