Festival Seni Budaya Tionghoa-Indonesia


Festival Seni Budaya Tionghoa-Indonesia “MEMAKNAI KEBERAGAMAN”
Teater Studio (Teater Kecil), TIM, 6-7 Agustus 2010

Menandai dan memaknai 60 tahun hubungan Indonesia — Tiongkok (RRT), Himpunan penulis Sastra Tionghoa Indonesia (Yinhua), bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), akan menggelar Festival Seni Budaya Tionghoa-Indonesia, di Teater Studio (Teater Kecil), Taman Ismail Marzuki (TIM), pada 6-7 Agustus 2010. Festival dengan tema “Memaknai Keberagaman” ini akan diisi diskusi sastra dan budaya, pertunjukan kesenian, temu penulis, pemutaran film, bazaar, pameran, dan demo melukis kaligrafi. Diharapkan, festival akan dibuka oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo, dengan pemukulan Ku — Tambur khas Tiongkok.

Pada hari pertama, pukul 10.00 WIB, festival akan dimulai dengan pertunjukan barongsai di pelataran dan lobby teater kecil, menandai pembukaan pameran foto Chinatown dari dulu hingga kini, pameran buku tentang perkembangan sastra Yin Hua, pameran kaligrafi dan lukisan tradisional Tionghoa, demo melukis kaligrafi Tiongkok, penayangan slide sejarah dan kegiatan Yin Hua, serta bazaar berbagai produk kerajinan dan kuliner khas Tionghoa, di lobby Teater Kecil.

Diskusi budaya pada hari pertama, di Teater Kecil, akan dimulai pukul 14.00 WIB, diisi oleh pembicara Dr. Myra Sidharta , membahas topik tentang peran budaya kuliner Tionghoa peranakan di Indonesia, serta David Kwa Kian Hauw, yang membawa topik tentang pengaruh kesenian Tionghoa dalam seni pertunjukan di Indonesia. Diskusi ini akan dimoderatori oleh Zen Hae.

Upacara pembukaan akan digelar pada malam hari pertama, mulai pukul 19.00, di panggung Teater Studio. Usai dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo, acara akan dilanjutkan dengan pertunjukan musik Ku, pentas grup vokal Vajra, tari klasik Tiongkok, angklung Paguyuban Meizhou, kungfu wushu, baca puisi para penyair Tionghoa dalam bahasa Indonesia dan Mandarin, dan dendang lagu-lagu Tiongkok klasik oleh penyanyi Tionghoa.

Pameran, demo melukis kaligrafi Tiongkok dan bazaar akan berlanjut pada hari kedua, mulai pukul 10.00 WIB, di lobby Teater Studio. Pada jam dan tempat yang sama akan digelar Temu Penulis Tionghoa, dengan menampilkan Fuyuan Zhou, Leonowens SP dan Clara Ng. Temu pengarang dengan topik proses kreatif dan tantangan kepengarangan sastrawan Tionghoa-Indonesia ini akan dimoderatori oleh Pangesti.

Pada hari kedua, pukul 14.00 WIB, di tempat sama, akan digelar diskusi sastra dengan topik sastra Tiongkok dalam terjemahan dan sastra Tionghoa Indonesia, dengan pembicara Prof. Dr. Leo Suryadinata, serta topik tentang sastra Melayu Tionghoa dengan pembicara Prof. Drs. Jacob Sumardjo. Diskusi ini akan dimoderatori oleh Linda Christanty.

Khusus untuk pemutaran film akan diadakan di bioskop Kine Klub (belakang Galeri Cipta 2), pada 6 dan 7 Juli, pukul 10.00-17.00 WIB, dan akan memutar film-film tentang Tionghoa-Indonesia, sejak film dokumenter sampai film komersial, seperti Babi Buta, dan Gie.

Puncak acara sekaligus malam penutupan akan digelar di panggung Teater Kecil. Antara lain akan diisi baca puisi musikal oleh Tan Lioe Ie, baca puisi dengan iringan harpa oleh Hanna Fransisca, pembacaan puisi Tiongkok dan Yinhua dalam dua bahasa, musikalisasi puisi Tiongkok klasik dan kontemporer dengan iringan piano, resital musik klasik Tiongkok oleh Harmony Chinese Music group yang menampilkan alat musik tradisional Guzheng, Xiao dan Erhu, pertunjukan tari mahasiswa Binus, grup vokal Univ. Al Azhar, dan pentas drama Zheng He.

Jakarta, 25 Juli 2010

—————————

Bookoopedia ikut serta dalam acara Festival Budaya Tionghoa, kunjungi stan kami pada tanggal 6-7 Agustus 2010.

————————–

PROFIL PENULIS DALAM FESTIVAL SENI BUDAYA TIONGHOA-INDONESIA

Leonowens SP

I. Leonowens SP, lahir di Jakarta pada Desember tahun 1977, pernah meraih:

1. THE BEST WRITER; NETHERLAND, (2007)

2. ANUGERAH SASTRA INDONESIA ; INDONESIA , (2009)

II. Telah menulis 50 judul buku puisi, prosa liris, solilokui, esai, monolog, aforisme; sebagai berikut:

TERRALUKA I, TERRALUKA II, TERRALUKA III, KARMAKALA, TERRALUKA IV, TERRALUKA V, RAGAKALA, LARAPUAN, TERRALUKA VI, TERRALUKA VII, TERRALUKA VIII, TERRALUKA IX, LALUJAGAD, PARAGETIR, PARWACARITA I, PARWACARITA II, PARWACARITA III, PARWACARITA IV, PARWACARITA V, MARGAPARA, PARARAGA, PARALUKA, PARATABIR, KANDELAR, GENEVIEVE, PARASAMSARA, PARADURGA, SANGGARDACARA, SANGGARDASARA, MAHAMARADESNU, SARGAPHRANA I, SARGAPHRANA II, A PERFECT PRAYER IN THE PARTS OF A SIN, ARCAKALA, SAINT LEON, PARANADIR, SANGGARDAGARA, NANINDRALUKA, SARGAPHRANA III, BOTH SIDES IN WISDOM I, MAHAPHRANA I, MAHAPHRANA II, MAHAPHRANA III, MAHAPHRANA IV, MAHAPHRANA V, MAHAPARISYA I, MAHAPARISYA II, MAHAPARISYA III,MAHAPARISYA IV, MAHAPARISYA V.

III. Karya-karya lainnya tersebar di ratusan media cetak dan elektronik di dalam dan luar negeri.

Clara Ng

Nama: Clara Ng
Tempat tanggal lahir: Jakarta, 28 Juli 1973
Pendidikan: Ohio State University, Bachelor of Arts – jurusan Interpersonal
Communication

Karya:

Novel:
1. Tujuh Musim Setahun (Dewata, 2002)
1. Trilogi Indiana Chronicle: Blues (Gramedia Pustaka Utama/GPU, 2004), Lipstick (GPU, 2005), Bridesmaid (GPU, 2006)
2. The (Un) Reality Show (GPU, 2005)
3. Utukki: Sayap Para Dewa (GPU 2006)
4. Dimsum Terakhir (GPU 2007)
5. Gerhana Kembar (GPU 2007)
6. Tiga Venus (GPU 2008)
7. Tea for Two (GPU 2009)
8. Jampi-jampi Varaiya (GPU 2009)

Kumpulan Cerpen/Antologi
1. Antologi Cerpen Rahasia Bulan (GPU 2006)
2. Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya (GPU 2008)

Cerita Bergambar untuk Anak-anak
1. Seri Berbagi Cerita
Berbagi Cinta (7 buku)
2. Seri Sejuta Warna Pelangi (9 buku)
3. Seri Bagai Bumi Berhenti Berputar (5 buku)
4. Seri
Dongeng Tujuh Menit (7 buku)

Penghargaan dan pencapaian
1. Penghargaan Adikarya Ikapi untuk cerita anak terbaik “Gaya Rambut
Pascal” 2006
2. Penghargaan Adikarya Ikapi untuk cerita anak terbaik
“Melukis Cinta” 2007
3. Penghargaan Adikarya Ikapi untuk cerita anak
terbaik “Jangan Bilang Siapa-siapa” 2008
4. Novel dan buku anak2
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
5. Karya-karya lainnya: esai dan cerita pendek tersebar di berbagai media massa

Prof. Dr. Leo Suryadinata

adalah Direktur Chinese Heritage Centre dan pengajar di S. Rajaretnam School of International Studies, Nanyang Technological University di Singapura; Presiden International Society for the Study of Chinese Overseas (ISSCO). Pernah menjadi peneliti senior di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) dan Guru Besar di Jurusan Ilmu Politik, National University of Singapore (NUS).

Lahir di Jakarta dan menperoleh gelar B.A. dari Nanyang University (Singapura), Drs. (Universitas Indonesia), M.A. (Monash University, Australia dan Ohio University, Amerika Serikat) dan Ph.D (American University, Amerika Serikat). Banyak menulis artikel di jurnal internasional dan aktif mengikuti seminar/ konferensi antarabangsa. Spesialisasinya adalah dalam masalah etnisitas, politik Asian Tenggara dan hubungan internasional Asia. Telah menghasilkan lebih dari tiga puluh buku dalam bahasa Inggris, Tionghoa dan Indonesia.

Karyanya yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia termasuk: Dilema Minoritas Tionghoa (1984, 1985), Politik Tionghoa Peranakan di Jawa (1986), Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia (1988), Mencari Identitas Nasional (1990), Golkar dan Militer: Studi Tentang Budaya Politik (1992, 1993), Sastra Peranakan Tionghoa Indonesia (1996), Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Soeharto (1998), Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa (1999), Negara dan Etnis Tionghoa: Kasus Indonesia (2002), Penduduk Indonesia: Etnis dan Agama Dalam Era Perubahan Politik (2003, bersama Aris Ananta dan Evi Nurvidya Arifin) dan Pemikiran Politik Etnis Tionghoa di Indonesia 1900-2002 (2005), Laksamana Cheng Ho dan Asia Tenggara (Editor dan contributor, 2007) dan Tokoh Tionghoa & Identitas Indonesia: Dari Tjoe Bou San sampai Yap Thiam Hien (cetak ulang buku yang berjudul Mencari Identitas Nasional).

Yacob Sumardjo
Yacob Sumardjo, Lahir 26-8-1939 di Klaten. Pensiun sebagai dosen di Sekolah Tinggi Seni Indnesia Bandung. Dan masih mengajar di jurusan Senirupa ITB, UPI Bandungdg, UNPAR, IKJ dan UNPAS. Menulis sekitar 35 buku tentang sastra, teater, budaya Sunda dan filsafat seni. Sekarang tinggal di Bandung dengan 3 orang anak dan 2 cucu.

Zhou Fuyuan

Tahun 1956 lahir di Surakarta, 1982 lulus dari Universitas Parahyangan Bandung, Fakultas Teknik jurusan Arsitektur. Saat ini tinggal di Jakarta menjalankan sebuah biro Arsitek. Karya pernah mendapat penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia, dan sering dimuat di majalah arsitektur dalam dan luar negeri.

Pernah mengenyam pendidikan sekolah Tionghoa hingga 4 SD di Xinzhong Surakarta, selanjutnya mempelajari bahasa dan sastra Tionghoa secara otodikdak. Awal penulisannya dimulai dari beberapa essai dalam bahasa Indonesia yang dimuat di majalah, dan pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk diterbitkan dalam Jurnal Asian Etnisity. Tahun 2007 menerbitkan buku pertamanya dalam dua bahasa: Indonesia dan Tionghoa : “Purnama di Bukit Langit”, sebuah antologi puisi Tiongkok klasik.

Sejak 2007, mulai menulis essay dan puisi dalam bahasa Tionghoa, dan dimuat di media lokal maupun luar negeri. Di tahun yang sama meraih juara pertama sayembara penulisan essay yang diselenggarakan oleh Himpunan Penulis Tionghoa Indonesia. Tahun 2009 meraih juara pertama sayembara puisi dalam rangka Festifal Sastra Inhoa Sumut, serta meraih penghargaan pujian dalam Sayembara Essay Internasional ketiga yang diselenggarakan oleh Radio Internasional Singapura.

David Kwa

I: Sebagai anggota Dewan Redaksi Majalah Suara Baru (2000-2001):

Sebagai anggota Dewan Redaksi Majalah Kita Sama Kita (2002-2003):

Karya tulis dimuat dalam Buletin Kita Sama Kita ; rubrik Sketsa Jakarta, Warta Kota dan Majalah Intisari;

II Kegiatan lain:
̵ Menjadi Narasumber khusus mengenai Budaya Tionghoa Indonesia;
̵ Menjadi Wedding consultant dalam upacara pernikahan tradisional Tionghoa Peranakan
̵ Penyunting buku Ong, Hok Ham, Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa; Penyunting buku Tio, Tek Hong, Keadaan Jakarta Tempo Doeloe: Sebuah Kenangan 1882-1959; Penyunting istilah Tionghoa-Betawi dalam buku Muntaco, Firman, Gambang Jakarte; Penyunting bahasa dan istilah bahasa Melayu-Tionghoa dalam Ni Hoe Kong; Kapitein Tionghoa di Betawie dalem Taon 1740, Penyunting istilah-istilah Tionghoa dalam Groeneveldt, W.P., Nusantara dalam Catatan Tionghoa, Penyunting buku Vermeulen, Johannes Theodorus, Tionghoa di Batavia dan Huru-hara 1740.
̵ Penerima Betawi Award, 4 Agustus 2007.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *