Dr. Chen LongJi # 4


Kembali Ke Batavia.

Setelah mengambil keputusan untuk tidak ke Tiongkok , maka dr.Chen LongJi dengan isteri, Yokoyama
Toshi, berlayar dari Hongkong, menuju Batavia.
Pertama-tama ia membuka klinik di Jl. Patekoan, Batavia, (sekarang Jalan Perniagaan). Kliniknya
berlokasi di gedung yang pernah menjadi gereja Pantekosta ditahun 60-70‘an. Lalu pindah ke rumah di
Jl. Kebon Torong no.32, (belakangan Wei Thung Fang, guru mathematika dari sekolah Pah Cung juga
pernah tinggal disana). Untuk tempat praktek dokternya beliau meyewa sebuah lokasi dekat klenteng Kim
Tek Yan dekat jalan Petak sembilan, dulu namanya Cap Pwe Keng (18 kamar).

Pada masa itu, Pemerintah Belanda juga tidak menyukai orang Kuo Min Tang (KMT), dan sewaktu-
waktu dapat saja dideportasi, maka dia tidak berani beli rumah, beli apapun serba sedikit, termasuk
keperluan sehari-hari, hidupnya sangat prihatin.

Setelah lebih dari 10 tahun, keadaan mulai stabil, dibelinya sebuah rumah di Gang. Jago (diujung Gang
Mangga atau sekarang disebut Jl. Kemurnian, Jakarta-Barat) waktu itu ia sudah memiliki 5 orang anak
dan untuk keperluan praktek (kunjungan rumah), maka dibelinya sebuah mobil (waktu itu jarang sekali

Mobil pertamanya

ada orang Tionghoa yang membeli mobil). Kunjungan prakteknya bahkan sampai kekota Karawang.
Pasiennya dari segala lapisan masyarakat , dari juragan beras , sampai ke petani. Dalam kunjungan
praktek yang keluar kota dr.Chen sering membawa anak-anaknya sambil melakukan karya wisata,
misalnya menerangkan asal usul nya beras yang ditanam sebagai padi disawah, dan kulit ari dari beras
yang banyak mengandung vitamin B1, dan proses penggilingan padi menjadi beras.

Waktu itu obat-obatan paten masih sangat sulit tersedia dipasaran. Obat-obatan yang dia pergunakan
merupakan produk Jepang, yang dibelinya dari seorang supplier bangsa Jepang, harganya relatif lebih
murah. Pasiennya banyak, terdiri dari berbagai suku bangsa, ini karena dia juga mengerti pengobatan
sinshe, maka dalam prakteknya juga mengkombinasikannya dengan metode pengobaan Barat, dan obat
sinshe. Resep sinshenya untuk mengobati diarhea (buang-buang air besar) sangat manjur dan mendapat
sambutan baik. Kalau sekarang mungkin ia dapat dinamakan dokter praktek terpadu yang mengabungkan
ilmu Timur dan Barat.

Pada waktu itu dr.Kwa Tjoan Sioe telah mendirikan Rumah Sakit Yang Seng Ie, dr. Kwa mengagumi cara
Longji yang mengobati penyakit Beri-beri dengan bekatul (dedek) dan memberitahu kalau ada pasiennya
yang perlu rawat inap, dapat dimasukkan ke RS Yang Seng Ie.
Ketika itu RS Yang Seng Ie mempunyai seorang Kepala Suster Shu, yang berasal dari RS Xie He (sebuah
RS terkenal di Beijing), dia fasih berbahasa Inggris. Ia bekerja sampai akhir hayatnya tinggal di asrama
Perawat Yang Seng Ie. Kepala suster inilah yang selalu menangani urusan rujukan pasien ke RS Yang

dr. Chen Long Ji dengan isteri Yamahato Toshi

Seng Ie. dari dr. Chen.

Sedikit mengenai dr.Kwa Tjoan Sioe.
dr.Kwa Tjoan Sioe lulusan dari universiteit van Amsterdam , pada tahun 1924 mulai membentuk
poliklinik Yang Seng Ie , dan pada tahun 1931 fasilitas ini diperluas berkat sumbangan dari donatur dan
kawan-kawan sehingga naik keperingkat rumah sakit. dr.Kwa dikenal karena keahliannya menyembuhkan
orang yang menghisap candu. Beliau juga menemukan keracunan timah pada anak yang bersumber

dari bedak. RS Yang Seng Ie . sekarang bernama Rumah sakit Husada di Jalan Mangga Besar , Jakarta.
dr.Kwa pernah menjabat sebagai pemimpin persatuan dokter Tionghoa, dan aktif dibidang politik.

Keracunan Beladona
dr. Chen juga berkeahlian mengekstrak obat-obatan dari tanaman seperti obat-obat herbal.
Waktu itu dr. Chen dengan bekal keahlian farmakologi-nya sedang mempersiapkan biji kecubung untuk
ditanam dan mengekstrak beladona sebagai obat. Biji itu direndam dulu didalam gelas , dan rendaman itu
mirip air teh, maka tanpa syak ditenggaklah oleh isterinya. Karena tersaru seperti air teh dan terminum
oleh isterinya sampai kejang-kejang hampir tewas.

Dengan kemampuannya yang dimiliki dari pengetahuan obat-obatan sinshe yang diwariskan oleh orang
tuanya serta pengetahuan farmakologi dari kedokteran Baratnya, dia mampu membuat obat-obatnya
sendiri. Maka dr. Chen membuka pabrik obatnya sendiri dengan merk dagang „Cap Pedang“. Perusahaan

dr.Kwa Tjwan Sioe

ini berkembang menjadi pabrik obat yang padat karya, menyerap ratusan pekerja, karena semuanya
dikerjakan dengan tangan manusia.

Hidup adalah suatu pengabdian.
dr.Chen selalu mengajarkan kepada orang-orang disekitarnya , bahwa hidup adalah suatu pengabdian ,
untuk itu dengan pengetahuan medis obat-obatan kami harus menciptakan obat yang manjur dan murah
terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. Terutama untuk masyarakat miskin yang kurang mampu,
mereka memerlukan pengobatan yang praktis dan terjangkau.

Berbagai jenis obat dengan khasiatnya yang diproduksi oleh pabrik obat ini. Obat-obat berdasarkan
resepnya yang manjur, seperti Obat anak Sumang (Feng Re San), Obat sakit Kepala , Puyer Obat
Cacing (Kam Chek San). Yang sampai sekarang masih luas digunakan karena harganya murah dan
khasiatnya bagus. Pada saat itu marketing produksinya menjangkau kota-kota kecil di pulau Jawa dengan
menggunakan kendaraan khusus propaganda lengkap dengan pengeras suara dan ondel-ondelnya. Sampai
akhirnya produknya mengerucut hanya pada beberapa macam produk saja. Sampai saat ini pabriknya
masih beropersai dibawah bendera PT. Bromo Pharmaceutical yang dikelola oleh keturunannya.

dr. Chen Longji juga meminta bantuan familinya untuk meracik obat, yang pada gilirannya mereka
ada yang berhasil menjadi sinshe dan membuka toko obat sendiri. Diantaranya adalah; PT. Mega
Farma ( „Cap 8 dewa“) yang di miliki Chen Pak Song (keponakan), dari kakak laki yang kedua. Pabrik
obat lainnya yaitu „Bintang Tujuh“, didirikan oleh sepupunya Chen Yuen Se, pertamanya membantu
diperusahaan obat, belakangan dia jadi Sin She di Cikakak Bandung. Belakangan Bintang Tujuh sudah
diambil oper oleh Kalbe Farma.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *