Dana Kampanye Caleg Tionghoa Rp10-an Juta sampai 1,1 Milyar


Budget kampanye sekitar 350 Caleg (calon legislative/anggota DPR, DPD) keturunan Tionghoa di Indonesia untuk Pemilu 2014, mulai dari Rp 10-an juta sampai 1,1 milyar. Hal tersebut disampaikan para Caleg saat bersilaturahmi dan sosialisasi program kerja, bila terpilih sebagai anggota legislative. Budget paling besar, dari caleg Partai Hanura (Hati Nurani Rakyat) Carrel Ticualu (Tjoe Soanliong) yaitu Rp 1,1 M. “Mungkin jumlahnya terus bertambah, karena hitungannya per hari ini (29/3). Sementara para Caleg termasuk saya masih ada kesempatan kampanye,” Carrel mengatakan kepada pers.
 
Sementara budget paling rendah, adalah Caleg dari Partai Nasdem (Nasional Demokrat). Caleg yang tidak mau namanya disebutkan tersebut, menegaskan bahwa budget tidak menentukan keberhasilan kampanye. Sebaliknya, strategi kampanye, serta latar-belakang, kredibilitas Caleg yang menjadi penentu memenangkan Pemilu. Catatan Harian Nusantara, ada dua Caleg Nasdem yang mengalokasikan budget hanya sekitar Rp 5 juta. Kedua Caleg tersebut mengatakan di sela-sela acara Silaturahmi yang diselenggarakan Fordeka (Forum Demokrasi Kebangsaan) pimpinan Hartono. Dua caleg Nasdem tersebut masing-masing berasal dari Dapil (Daerah Pemilihan) 10 Provinsi DKI Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Dapil Jakarta Barat mencakup kelurahan Grogol Petamburan, Taman Sari, Kebun Keruk, Palmerah dan Kembangan. Sementara Dapil Jakarta Pusat mencakup Kemayoran, Cempaka Putih, Sawah Besar, Gambir, Tn. Abang, Menteng, Senen dan Johar Baru. “Saya tetap optimis bisa menang, dan duduk sebagai anggota DPRD walaupun anggaran terbatas.”
 
Sementara itu, Carrel yang juga pengacara mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan bahwa biaya kampanya terkuras untuk pembuatan atribut dan penyelenggaraan pertemuan. Carrel mengaku, kampanye sekilas terlihat sederhana, dan tidak mewah. Karena ia hanya mengadakan pertemuan dengan konstituen di warteg-warteg (warung Tegal). “Saya blusukan, sambil mengadakan pertemuan di warteg di beberapa kecamatanJakarta Utara (Tanjung Priok, Penjaringan, Pademangan). Saya kan harus bayar biaya makan mereka (konstituen), dan kasih ongkos seadanya.”
 
Kendatipun sudah mengeluarkan biaya Rp 1,1 milyar, Carrel mengaku siap kalah. Ia juga yakin, bahwa kalaupun gagal menjadi anggota legislative, masih bisa menafkahi keluarganya. Tetapi kalaupun terpilih sebagai anggota DPR, ia mengaku tidak akan mengejar ‘setoran’. Artinya, ia tidak akan memanfaatkan gaji sebagai anggota DPR untuk menutupi biaya yang dikeluarkan selama kampanye. “Saya tidak akan mengejar, menutupi biaya tersebut. Tuhan memberkait saya dengan pekerjaan yang baik, keluarga yang baik. Sehingga saya tidak berharap materi kalau terpilih sebagai anggota DPR.”
 
Biaya Rp 1,1 milyar juga merupakan uang dari kocek pribadi. Ia mengaku, tidak pernah menerima uang dari sponsor, atau simpatisan. Ia hanya percaya dengan kekuatan Tuhan, yang menjadikan kehidupannya semakin baik dari hari ke hari. “Saya tidak akan berpikir untuk balik modal. Saya juga tidak mau muluk-muluk. Kalau saya gagal menjadi anggota DPR, saya tidak akan jatuh miskin.”
 
Di tempat yang sama, Caleg DPD Prov DKI Jakarta, Eddy Sadeli (Lie Siang-seng) mengalokasikan anggaran maksimal Rp 500 juta. Anggaran tersebut berasal dari uang pribadi, dan beberapa sponsor, serta simpatisan. “Selama saya menjadi anggota DPR (2009 – 2014), saya menerima gaji Rp 60 juta. Tapi kalau saya terlibat dalam perumusan Undang Undang, saya terima tambahan. Total penghasilan saya Rp 100 juta lebih. Saya kumpulkan, dan sekarang saya manfaatkan untuk kampanye. Target saya, maksimal Rp 500 juta,” Eddy mengatakan kepada pers.
 
Sementara itu, Caleg lainnya dari Partai Nasdem Ulung Rusman (Chen Chia-ling) mengaku sangat ekonomis untuk alokasi anggaran kampanye. Ia mengaku tidak mengeluarkan banyak biaya untuk cetak brosur, kartu nama, selebaran dan lain sebagainya. “Saya pikir, kalau saya sebar-sebar brosur, kartu nama, bisa jadi sampah. Saya buang uang percuma. Saya cenderung mengeluarkan biaya untuk kampanye bersama. Seperti ketika Surya Paloh (Ketua Umum Nasdem) temu kader dan konstituen di Gelora Bung Karno, saya ikut bantu. Karena DPP (Dewan Pimpinan Pusat) meminta setiap caleg berkontribusi memobilisasi sekitar 400 orang. Saya harus menyediakan logistik, kendaraan,” Ulung mengatakan kepada pers.
 
Sementara itu, Caleg Partai Hanura Joni Putra (Bun Hian-phen) juga mengaku, anggaran bukan satu-satunya penentu kemenangan. Tetapi dua hal yang paling penting, yaitu logistic dan transportasi. Karena setiap Caleg pasti memobilisasi konstituen dan massa. Mereka pasti butuh biaya untuk sewa kendaraan dan makan/minum selama acara kampanye. “Saya seorang pengusaha, sehingga saya tahu bagaimana mengelola anggaran untuk kegiatan tertentu,” Joni mengatakan kepada pers.  
 
 
Ketua Umum Fordeka Hartono mengaku, sudah memberi pencerahan kepada para Caleg. Pencerahan yang dimaksud, salah satunya himbauan untuk tidak utang sana-sini untuk anggaran kampanye. Karena hal ini sangat beresiko untuk korupsi, atau stress. “Karena kalau Caleg hutang sana-sini, walaupun terpilih, mungkin dia korupsi. Gajinya mungkin nggak cukup untuk bayar hutang selama masa kampanye,” Hartono mengatakan kepada pers.
 
Di sisi lain, kalau Caleg tidak terpilih, dia bisa stress. Bahkan resiko stress dua kali lipat, yaitu bayar hutang dan gagal menjadi anggota DPR/DPRD. Selama dua, tiga kali Pemilu, Fordeka melihat tingkat kecerdasan Caleg meningkat. Selain kemampuan membangun visi dan misi, Caleg juga tidak mau beresiko hutang sana-sini. “Sehingga saya melihatnya, rata-rata kemampuan mereka Rp 100 sampai 200 juta. Bahkan ada yang di bawah Rp 50 juta. Mereka pasti memikirkan keluarga juga yang lebih penting dibanding ambisi menjadi anggota legislative.”
 
Belajar dari pengalaman menjadi Caleg pada Pemilu 1999, 2004, 2009, Fordeka yakin tidak ada Caleg Tionghoa yang stress. Tetapi ada beberapa yang jera atau kapok. Mereka sudah dua kali menjadi Caleg, tapi tidak terpilih. Sehingga mereka tidak lagi mau mengambil resiko buang-buang uang. “Saya pribadi sudah menghimbau. Kalau mereka gagal, keluarga harus bisa menerima. Karena semua perjuangan pasti ada resikonya, termasuk menjadi Caleg. Saya juga himbau agar bisa menerima kekalahan. Sebaliknya Caleg juga menerima kemenangan dari lawannya, walaupun sama-sama orang Tionghoa. Karena ada beberapa Caleg Tionghoa dengan Dapil yang sama.” 
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

6 thoughts on “Dana Kampanye Caleg Tionghoa Rp10-an Juta sampai 1,1 Milyar

  1. james
    March 30, 2014 at 5:21 am

    maka Caleg Ethnis Tionghoa ini di dukung agar Pembenahan Negara lebih segera dari pada ditunda-tunda maka Negara Indonesia akan semakin Parah Keadaannya

  2. pengamat
    March 30, 2014 at 9:33 am

    caleg india kok belum kedengaran ya ?

  3. james
    March 30, 2014 at 10:58 pm

    Caleg India sedang sibuk menari dan nyanyi Nehi Nehi Maharad Dunia Ramehe Makan Kupatahe sama Toge Joged Rame-Rame sampe Page pulang ke Maumere dipulau Papue lebih jauh dari Leste

  4. Setiawan
    March 31, 2014 at 9:19 pm

    Sebetulnya ada Caleg keturunan India, kebetulan teman saya juga, pak Harinder Singh. Tetapi karena prestasi, kiprahnya belum dikenal, ia gagal tampil sebagai Caleg Pemilu 2014. dulunya, ia pengurus di Partai Bhinneka Tunggal Ikan (PBI) pimpinan Nurdin Purnomo. Tetapi sejak Pemilu 1999, PBI mengalami konflik intern. Sejak itu, PBI nggak bisa ikut Pemilu. Sebagian caleg nya yang dulu aktif terpencar ke berbagai partai, termasuk PDIP, Golkar, dll. Pak Harinder sempat datang waktu acara Silaturrahmi Caleg Tionghoa di Rest. Nelayan, Ancol. Tapi ia datang sebagai simpatisan saja.

Leave a Reply to james Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *