Bogor Tempo Dulu, Julukan Angkot Kalong sampai Kota di dalam Taman (bagian II)


Bogor Tempo Dulu, Julukan Angkot Kalong sampai Kota di dalam Taman (bagian II)

dilaporkan: Setiawan Liu

Bogor, 19 Agustus 2023/Indonesia Media – Bogor dulunya disebut Buitenzorg (bahasa Belanda) semasa pendudukan pemerintah kolonial Belanda, dan merupakan tempat persinggahan para bangsawan Belanda mengaso sambal menikmati semilir angin dan udara sejuk berkabut. Kendatipun banyak berubah, Bogor masih jadi incaran masyarakat Jakarta untuk beristirahat sejenak. Bogor tempo dulu yang bagi sebagian orang, masih memorable, antara lain angkot (angkutan kota) terutama bemo, oplet. “Kalau naik angkot (di Bogor), dulu kan ada oplet, kalong (kelelawar) sering ikut kendaraan, tapi tidak menempel. Dulu, sekitar tahun 1970 – 1980 an, masih banyak pohon-pohon tinggi di Bogor. (pohon tinggi) tempat kalong tidur dan berkelompok dan kadang ikut oplet,” kata Erick, salah satu aktivis pemerhati lingkungan Bogor.

Sehingga, julukan Bogor dengan angkot kalong sempat mengena pada era tahun 1980 an. Dulu, embun menyelimuti kota Bogor. Walaupun sekarang ini, masyarakat masih menikmati suasana asri, hijau segar Kebun Raya Bogor (KBR) yang luasnya mencapai 87 hektar. Selain, koleksi pohon dan tumbuhan mencapai sekitar 15.000 jenis. “Apa yang saya idamkan, (situasi) Bogor tetap di dalam taman, bukan sebaliknya taman di dalam Bogor,” kata Erick.

Kepadatan penduduk di Bogor bukan dari kelahiran, tapi pendatang terutama dari Jakarta.  Bogor sebagai menjadi tempat peristirahatan, terutama semilir angin dan udara sejuk, pendatang juga sering menikmati curah hujan tinggi. Dulu, tahun 1970 an, kalau musim kemarau selama 1-2 minggu, lalu turun hujan yang besar. sekarang agak berbeda. (musim kemarau) ada hujannya, tapi sedikit. Rumah-rumah warga masih mengandalkan air tanah. “Tapi daerah tertentu, kualitas airnya sudah buruk. Kalau daerah sempur, airnya masih bagus. Mungkin karena ada aliran di bawah tanah,” kata Erick.

Potensi yang dapat digali sebagai sumber pendapatan daerah, masyarakat Bogor dulunya mengandalkan usaha pertanian, perikanan budidaya. Bahkan tahun 1975, pabrik Indocement di Citeureup, Bogor mulai beroperasi. Lokasi beberapa pabrik semen tidak jauh dari bahan bakunya seperti: pasir, kapur dan tanah liat di daerah Citeureup. Pabrik Semen Cibinong I dengan saham Kaiser didalamnya itu tidak jauh dari pabrik Indocement. “Almarhum Sudwikatmono (Komisaris Utama Indocement) sering sowan ke Kasrem (kepala staf Korem) 061 Suryakencana Bogor, alm. Letkol Soehardjo. Karena management Indocement merasa perlu menjaga hubungan baik dan berharap kondusifitas seputar lokasi pabrik Indocement. Saya waktu itu masih kecil, dan beberapa kali lihat pak Dwi (Sudwikatmono) temui Kasrem (alm. Soehardjo) yang notabene adalah orang tua saya sendiri,” kata Erick. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *