Blue Economy Paralel dengan Persiapan Hadapi AEC 2015


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melihat penerapan blue economy parallel dengan persiapan Indonesia menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Indonesia yang diproyeksikan sebagai pusat bahan baku perikanan, secara sinergis akan menerapkan blue economy untuk industry dalam negeri. “Dulu limbah, sekarang uang. Karena banyak perusahaan perikanan yang mengolah limbah menjadi produk seperti pupuk, minyak ikan dan lain sebagainya,” Sekjen KKP Sjarief Widjaja mengatakan kepada Redaksi (29/10).
Dari sekian banyak daerah, kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim) merupakan yang paling banyak perusahaan pengolahan berbasis blue economy. Dulu, industry pengolahan membuang limbahnya sia-sia. Tapi dua tahun belakangan ini, industry semakin gencar mengolah limbah menjadi produk jadi seperti minyak ikan, pupuk, dan lain sebagainya. “Kami terus tingkatkan. Bahkan investasi pengolahan dengan blue economy sudah mencapai 65 persen atau Rp 780 milyar dari keseluruhan investasi perikanan.”
KKP bersama berbagai asosiasi perikanan menyiapkan road map untuk penguatan ekonomi lokal jelang AEC 2015. “Kami akan tentukan, apakah Indonesia sebagai resources, sumber daya, processing(pengolahan), pasar dan lain sebagainya. Kami sedang mendalami, membahas bersama Komisi Tuna, Komisi Udang, dan komisi lainnya. Hasil pendalaman, berupa road map kita untuk menghadapi AEC. Sekarang ini, kami juga terus menggenjot empat komoditi unggulan, yaitu tuna, udang, rumput laut, dan mutiara untuk ekspor.”
Program hilirisasi harus diperkuat dengan value creation (penciptaan nilai tambah). Pengolahan ikan sampai menjadi produk akhir menjadi sangat penting. Kondisi sekarang, industri pengolahan ikan kita bertambah, mulai dari pendaratan hasil tangkapan sampai pengalengan. “Produk akhir sangat penting. (Ikan) nila merah kita yang terbaik di dunia sekarang ini, selain sarden tuna, rajungan. Nilai ekspor ketiganya (nila, tuna, rajungan) kalau digabung mencapai sekitar 450 juta USD.”
Nilai ekspor perikanan Indonesia sudah mencapai sekitar Rp 4 milyar USD, atau setara dengan 12 persen dari keseluruhan nilai ekspor nasional. Sementara nilai impor hanya sekitar 800 juta USD, yang sebagian besar bahan baku untuk diekspor kembali. “Thailand bisa saja memproklamirkan sebagai hub industry pengolahan produk perikanan di Asia Tenggara. Tapi bahan baku yang menentukan. Tapi kita juga jangan terlena terus menerus dengan (ketersediaan) bahan baku.”
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *