Beasiswa Doktoral Untuk Pendaki Mahitala


Mendaki gunung tak hanya mendatangkan kesenangan belaka. Prestasi dalam pendakian gunung membuka peluang besar bagi para pendakinya untuk mengembangkan diri lebih jauh sebagaimana dialami empat pendaki Indonesia Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU).

Mengapresiasi prestasi Sofyan Arief Fesa (28), Xaverius Frans (24), Broery Andrew Sihombing (22), dan Janatan Ginting (22), sebagai The Seven Summiters pertama dari Indonesia, Universitas Katolik Parahyangan Bandung memberi beasiswa penuh bagi mereka untuk menempuh pendidikan hingga jenjang doktoral.

Rektor Unpar Cecilia Lauw Giok Swan, Sabtu (6/8) mengatakan, untuk dapat mencapai prestasi sebagai The Seven Summiters keempat pendaki sudah berlatih lama, bahkan dengan rela meninggalkan kuliah sementara (cuti studi) dan keluarga. “Pengorbanan itu layak kita apresiasi dengan memberi mereka kesempatan menempuh pendidikan tinggi hingga tingkat doktoral di Unpar. Tapi semuanya itu juga dengan mereka tetap mematuhi peraturan Unpar. Beasiswa penuh diberikan kalau mereka lulus testing masuk dan dengan batasan tidak ada persyaratan yang dilanggar. Juga untuk mata kuliah yang tidak lulus mereka tetap harus mengulangi menempuhnya,” papar Cecil.

Sebelumnya Unpar telah memberi beasiswa bagi Ian, sapaan akrab Sofyan, untuk menempuh kuliah tingkat Magister Manajemen. Itu berkat prestasinya memimpin tim mendaki Pegunungan Sudirman di Papua pada Januari 2009. Saat itu tim berhasil menggapai delapan puncak diatas ketinggian 4.000 meter yang belum pernah didaki putra putri Indonesia.

Empat puncak tanpa nama lalu mereka namai sebagai Puncak Unpar, Garuda, Mahitala, dan Merah Putih. Ekspedisi yang sudah menjadi impian Mahitala selama hampir 25 tahun itu lalu mencetuskan gagasan mempersembahkan gelar The Seven Summits bagi Indonesia. Negeri ini akhirnya berhasil menjadi negara ke-53 yang menempatkan pendakinya di tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.

Bagaimana tanggapan para pendaki? Sofyan mewakili teman-temannya mengatakan, mereka sangat berterimakasih aas penghargaan yang diberikan almamater. Mereka juga sangat tertarik untuk memanfaatkan peluang mengembangkanpendidikan formal yang hampir dua setengah tahun mereka tinggal ekspedisi.

“Saat ini kami fokus untuk menyelesaikan tahapan kuliah yang kemarin ditinggalkan dan kembali pada kehidupan normal di kampus. Terimakasih Unpar memberi kami kesempatan untuk berkembang lebih utuh,” tutur Ian yang kini juga mengelola  usaha rumah makan ‘Bajak Lauk’ bersama beberapa temannya di daerah Dago, Bandung.

Sementara Broery mengatakan, ia sangat berminat menempuh S2 di Unpar. “Kalau sampai doktor, wah belum kepikiran. Saya akan pikikkan baik-baik sambil menyelesaikan kuliah yang sekarang dulu,” tutur mahasiswa Jurusan Fisika 2006 itu.

Jawaban senada disampaikan Frans yang kini tengah menyiapkan skripsi dan Janatan. Kedua mahasiswa Jurusan Akuntansi itu kini berkonsentrasi mengejar ketinggalan di bangku pendidikan formal. Saat ditanya kalau yang ditawarkan program doktoral itu bidang mountaineering, keempatnya langsung mengangguk setuju sambil nyengir lebar.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *