JAKARTA,— Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengklaim Pemprov DKI melakukan peningkatan dalam mengantisipasi banjir, termasuk dengan terus membuka tiga Pintu Air Manggarai setiap harinya meskipun belum mencapai garis merah (Siaga I).
Menurut dia, banjir yang tak kunjung usai pada Senin (9/2/2015) ini hanya diakibatkan hujan yang terus turun dengan curah hujan tinggi, rob, serta juga pompa Waduk Pluit yang tidak berfungsi optimal.
Hal itu pula yang menyebabkan kawasan Ring I, termasuk Istana Negara dan gedung pemerintahan, terendam banjir.
“Saya berkali-kali sudah bilang, enggak mungkin Istana danMonas banjir. Enggak ada alasan banjir, apalagi (posisi air di pintu air) Manggarai begitu rendah. Kampung Pulo juga sekarang banjir, 3-4 jam kemudian sudah surut,” kata Basuki, di Balai Kota, Senin.
Ketika akan berangkat kerja ke Balai Kota sekitar pukul 07.00, Basuki mengaku terkejut mengapa air di Waduk Pluit sangat tinggi. Padahal, di sana ada 12 pompa besar dan berfungsi baik.
Selain itu, sejak Waduk Pluit belum dinormalisasi, kawasan Istana Negara selalu terbebas dari banjir. Itu disebabkan pompa di sana yang masih berfungsi. Sementara itu, pada banjir kali ini, Waduk Pluit menjadi penyebab terendamnya kawasan jalan protokol Ibu Kota.
Mengapa? Sebab PLN, lanjut dia, yang sengaja mematikan aliran listrik di rumah pompa Waduk Pluit sehingga pompa Waduk Pluit tidak berjalan dan berfungsi.
“Kalau bagian barat dan timur, saya akui memang (antisipasi banjir) belum siap, tapi kalau (antisipasi banjir) di tengah (pusat) selesai. Makanya, selama ini, saya berani jamin kawasan Istana tidak terendam banjir, beres, dan genangan tidak lebih dari sehari,” kata Basuki.
Apabila aliran listrik dan pompa Waduk Pluit telah berfungsi optimal, Basuki meyakini kawasan Ring I tidak lagi terendam banjir. Untuk menghindari ancaman oknum, Basuki mengaku telah menempatkan personel Brimob menjaga Waduk Pluit.
“Orang bilang saya paranoid, terserah kamu mau ngomong apa. Kalau perlu saya suruh polisi dan tentara menjaga Waduk Pluit, jangan-jangan ada sabotase di sana,” kata pria yang biasa disapa Ahok itu.
A Hok, Jakarta dan kota2 lain banjir, tidak hanya karena hujan terus menerus, juga kalinya harus dibersihkan , jangan sampah dibuang dikali. Juga tanahnya dikali/ sungai dan di muaranya harus dikeruk. Banjir di Indonesia sudah tradisi sejak kemerdekaan Ind,
Ahok, memang kemungkinan besar ada Sabotase, Korupsi dan Malfunctionnya Pejabat Terkaittermasuk PLN nya, mereka Tidak Ada Kerja sama main putus listrik tanpa kordinasi dengan yang lainnya, itulah Watak dan Sifat yang sudah Turun Temurun maka untuk maju saja susah, karena sudah Mental !!! sulit untuk diperbaiki mental seperti itu, mendarah daging, warga buang sampah di kali saja sulit kan ? bandel keras kepala hanya bisa Komplen melulu kalau sudah tertimpa banjir
memang sudah saatnya ibu kota / pusat pemerintahan dipindahkan ke palangkaraya, kalimantan tengah.
dari mana biaya Pemindahannya ??? kan gak mau Ekspor Impor ?? dari mana Duitnya ? kan Tidak Mudah dan Tidak Murah Memindahkan Ibukota ??? bukan membuat seperti Combro
rupiah hari ini saja anjlok lagi mencapai Rp.12.800/USD nya, bagaimana dapt duit untuk pindahnya ?
loe ngga perlu tau duitnya dari mana james.
Bokek !!! kaga ada Duit gimana Pindah IboKota ??? mikirnya poakai Otak Dengkul
mencegah banjir itu sebenarnya tdklah sulit,sdh banyak yg mengatakan demikian,gimana tdk banjir sungai2 hampir semuanya termuati sampah,yg jelas muatanair cuma sebagian ditambah lajunya air pun kurang cepa,jga air/hujan lokalnya tdk bisa terbuang,jelas kebanjiran,solusinya buka teknologitpa.blogspot.com