Ada Gubernur Baru, Bagaimana Nasib Tradisi Pengaduan Warga di Balai Kota?


ahok-di-balai-kota_20170418_120641Ada sebuah tradisi di Balai Kota yang dimulai sejak era mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Tradisi itu adalah pelayanan pengaduan warga di pendopo Balai Kota.

Basuki atau Ahok pernah bercerita mengenai awal mula terjadinya kebiasaan pelayanan aduan warga setiap pagi di Balai Kota DKI.

Dia mengatakan, hal itu bermula ketika warga merasa tidak cukup dengan mengadu melalui layanan pesan singkat (short message service/SMS) saja.

“Aku bilang kalau enggak puas, tungguin saja deh aku di depan mobil di Balai Kota. Aku kan kalau turun dari mobil pasti jalan dulu buat masuk, enggak mungkin tahu-tahu aku di ruang kerja,” kata Ahok di Jalan Darmawangsa, Kebayoran Baru, Minggu (23/10/2016).

Setelah itu, mulai banyak warga yang mencegatnya turun dari mobil saat tiba di Balai Kota. Pada zaman Ahok, warga mengadu tentang berbagai hal seperti masalah rusun, biaya sekolah, hingga rumah sakit.

Ahok merasa kasihan melihat warga yang berdiri lama di pendopo Balai Kota DKI karena menunggu dia tiba. Akhirnya, dia membeli empat set kursi khas Betawi dan diletakkan di pendopo Balai Kota DKI.
“Begitu dikasih kursi, eh tambah ramai,” ujar Ahok.

Semakin lama, semakin banyak inovasi yang dilakukan pada sesi pengaduan warga ini. Ahok memulai tradisi menyiapkan teh, kopi, dan biskuit untuk warga yang menunggunya. Kemudian, Ahok juga minta untuk didampingi oleh pegawai negeri sipil (PNS) terkait saat melayani aduan.

Ahok menyadari rutinitas setiap pagi itu kini sudah menjadi semacam kebiasaan. Akhirnya, bukan hanya melayani pengaduan masyarakat, Ahok juga melayani permintaan untuk berfoto bersama.

“Sekarang bahkan orang dari luar kota ke Jakarta, sebelum pulang ke bandara, mereka mampir ke Balkot dulu untuk foto. Kita harus sabar melayani satu per satu,” ujar Ahok.

Diperbaiki Djarot

Setelah Ahok tak lagi menjabat, tradisi pengaduan warga masih dilanjutkan Djarot. Namun, Djarot memperbaiki mekanisme pengaduan yang sudah ada.

Pada era Djarot, sesi pengaduan ditangani sepenuhnya oleh PNS. Meja-meja pelayanan disediakan dan dibagi ke beberapa kategori pengaduan. Ada meja khusus untuk pengaduan tentang kesehatan, pendidikan, dan masalah rusun.

“Maka Pak Djarot tidak setiap hari menangani langsung pengaduan ini,” kata salah seorang pamdal, Sumarna, yang biasa ikut membantu sesi pelayanan pengaduan warga.

Djarot akhirnya memang tidak perlu mendengar satu per satu keluhan masyarakat yang datang ke Balai Kota. Saat tiba di Balai Kota, Djarot hanya berkeliling dari satu meja ke meja lain dan mendengarkan sekilas permasalahannya. Sesekali Djarot memberi arahan kepada PNS mengenai cara menangani warga.

Diharap terus ada

Salah seorang warga, Bia, menilai tradisi pengaduan warga di Balai Kota adalah hal positif. Sebab, tradisi ini bisa mendekatkan warga Jakarta dengan gubernurnya. Selain itu, warga juga bisa didengar dan ditangani langsung masalah-masalahnya.

“Jadi ada solusi untuk warga pada tradisi ini,” kata Bia di Balai Kota.

Pemandangan pengaduan warga di pendopo Balai Kota sudah menjadi kebiasaan di pagi hari. Dia berharap hal yang baik seperti ini akan terus berlanjut pada pemerintahan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

“Semoga akan terus ada atau bahkan dibuat semakin bagus oleh Pak Anies atau Pak Sandi,” ujar dia.( Trb / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Ada Gubernur Baru, Bagaimana Nasib Tradisi Pengaduan Warga di Balai Kota?

  1. Perselingkuhan+Intelek
    October 16, 2017 at 2:07 am

    Kagak bakalan ada Acara Pengaduan dari Warga lagi dengan Gubernur Baru, yang ada Nanti adalah Korupsi lagi dan di jamin Jakarta Bakal Mundur Kemunduran lagi lebih dari masa lalunya sebelum Ahok Djarot

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *