Kegiatan bongkar muat pada pelelangan ikan PIM masih masalah


Kegiatan bongkar muat pada pelelangan ikan PIM masih masalah

 dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 6 Pebruari 2022/Indonesia Media – Berharap Pasar Ikan Modern (PIM) di Muara Baru, Penjaringan Jakarta Utara menjadi seperti pasar induk di distrik Chuo, Tokyo Tsukiji Fish Market yang ada di Jepang, perlu proses dan perjuangan keras yang lebih keras lagi untuk meraihnya. Kondisi PIM terutama kegiatan pelelangan ikan mulai hiruk pikuk usai Maghrib. Tetapi puncaknya, yakni ketika mobil-mobil angkut masuk sampai depan area dimana para pedagang menempatkan lapak-lapak ikannya. “Sekitar jam 8-9 malam, kalau mobil bongkar muat, (aktivitas) padat. PIM perlu penambahan lahan. Banyak pedagang mengeluh karena sempit saat bongkar muat,” staf operasional PIM Ahmad Wijayakarta mengatakan kepada Redaksi.

Presiden Joko Widodo meresmikan PIM pada 13 Maret 2019, dan sempat mempromosikan pasar ini melalui akun instagram pribadinya. Idealnya PIM Muara Baru menjadi ‘Tsukiji Fish Market’ nya Indonesia karena menyatu dengan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, Muara Baru. PIM Muara Baru memiliki fasilitas yang menunjang kenyamanan pedagang dan pembeli dalam bertransaksi jual beli. “permasalahan, pada saat jam-jam sibuk sekitar pukul 8 – 9 (malam), mobil-mobil angkut keluar masuk. Ketika sopirnya parkir, sering berebutan dengan pelele (kelompok ibu-ibu yang jual beli ikan). Mereka (pelele) claim menempati disitu, dan tidak mau bergeser. Kalau pelelangan yang lama, area bongkar muat agak lega dan luas terbuka, tanpa sekat tembok,” kata laki-laki yang akrab disapa ‘Toto’.

Aktivitas pelelangan mulai berkurang sekitar jam 12 tengah malam. Pelele juga sudah ikut mobil angkut menuju pasar-pasar tradisional di berbagai wilayah termasuk Pasar Induk Kramat Jati (Jakarta Timur), Depok, Pasar Minggu (Jakarta Selatan) dan lain sebagainya. Karena aktivitas mulai sepi, para pedagang menjual ikan lebih murah sekitar 30 persen. Hal ini wajar saja, karena mereka harus memperhitungkan berbagai ongkos.  Komponen biaya kalau menahan ikan dengan harga normal, akhirnya menjadi beban. “Mereka nggak jual murah, (komponen biaya) untuk es batu (agar ikan tetap segar), garam, uang lembur untuk anak buah dan lain sebagainya. Mereka pasti nggak mau dibebani biaya tambahan. Pilihannya, mereka jual murah sampai dua pertiga harga normal,” kata Toto.

Di sisi lain, fasilitas yang juga modern dan canggih untuk kegiatan pelelangan ikan dekat Dermaga Barat Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman, Muara Baru juga belum berfungsi secara maksimal. Padahal, pelelangan tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti layar monitor televisi, conveyor belt, lori dorong dan lain sebagainya. Para pembeli yang berminat biasanya sistem wholesaler bisa memonitor pasokan ikan dari layar televisi ukuran besar. “Harga tongkol, cakalang, baby tuna kelihatan dengan jelas. Pembeli bisa duduk-duduk sambil check harga yang up to date. Tapi sekarang, kegiatannya sepi,” salah seorang buruh bongkar muat di pelelangan, Jumanto mengatakan kepada Redaksi.

Rencana awal, ikan masuk ke pelelangan secara otomatis dengan conveyor belt. Tapi ada juga pekerja yang menggunakan lori atau keranjang untuk angkut hasil tangkapan. Fasilitas pelelangan di dermaga, sehingga para pemilik kapal, buruh bongkar muat akhirnya memilih shortcut (jalan pintas). Mereka tidak lagi memanfaatkan conveyor untuk pasok ikan melalui pelelangan, tetapi langsung angkut ke mobil pick up atau truck. “Mobil masuk dermaga dan merapat pada kapal. Pekerja tinggal menurunkan ikan-ikan hasil tangkapan, dipindahkan ke truk atau mobil pick up, sehingga lebih cepat dan ekonomis,” kata laki-laki kelahiran Madiun, 54 tahun yang lalu. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *