3 Jam Hujan Kritik DPR ke Menag soal Radikalisme Good Looking


 

Pimpinan dan anggota Komisi VIII DPR RI menghujani Menteri Agama Fachrul Razi dengan pelbagai kritik terkait pernyataannya yang kontroversial soal penyusupan radikalisme melalui orang-orang good looking dan hafiz Al-Qur’an.

Kritik disampaikan dalam rapat kerja dengan Menteri Agama di Kompleks MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (8/9), yang berlangsung sekitar tiga jam lebih.

Ketua Komisi VIII Yandri Susanto mengawali kritik dengan laporan sejumlah pihak yang tersinggung atas pernyataan Fachrul karena dianggap tak pantas diucapkan oleh seorang menteri agama.

 

Ia mengaku belakangan ini mendapatkan banyak laporan dari pengasuh pondok pesantren dan ulama yang memprotes ucapan Fachrul tersebut.

“Banyak sekali ulama yang hubungi kami, pondok pesantren yang mencetak Al-Qur’an termasuk Ponpes kami, termasuk keluarga saya banyak yang hafal Al-Qur’an. Saya tersinggung sekali, Pak,” kata Yandri.

Yandri menilai pernyataan tersebut seolah-olah menggambarkan bahwa orang-orang yang menguasai agama Islam dan hafal Al-Qur’an sebagai kelompok radikal. Padahal, para penghafal Al-Qur’an bukan radikal, tapi justru sedang mengamalkan ajaran agama.

“Saya sendiri sarankan anak-anak saya bisa Bahasa Arab dan hafal Al-Qur’an. Kalau pemerintah menuduh radikal, enggak bisa, Pak,” kata Yandri.

Senada, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily juga mengkritik Fachrul terkait hal ini. Ia mempertanyakan Fachrul tak melihat variabel lain seperti faktor media sosial yang sangat masif penetrasinya sehingga radikalisme menjadi berkembang di Indonesia.

“Kalau Bapak bilang ada penyusupan-penyusupan, kenapa enggak lihat variabel lain? Medsos misalnya penetrasinya bisa melalui itu,” kata Ace.

Anggota DPR RI Fraksi PAN sekaligus perumus Rancangan Undang-undang (RUU) Ketahanan Keluarga, Ali Taher Parasong.Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PAN Ali Taher Parasong.

Anggota Komisi VIII DPR Ali Taher Parasong bahkan meminta Fachrul berhenti mengeluarkan pernyataan terkait radikalisme yang berpotensi memunculkan kontroversi kembali di tengah-tengah masyarakat.

Ali pun sedih, Fachrul yang notabene beragama Islam, justru melontarkan pernyataan tentang penetrasi radikalisme melalui anak good looking dan hafiz Al-Qur’an.

“Sampai saya bertanya, Pak Menteri Agama Islam atau bukan? Saya mohon maaf perasaan suuzan terhadap seseorang tidak boleh sebenarnya, tapi perasaan tak enak,” kata Ali.

Melihat kontroversi itu, Ali bahkan menyindir Fachrul lebih cocok menjabat sebagai menteri pertahanan ketimbang menteri agama.

Menurutnya, Fachrul belum mampu mengawal dan membimbing berjalannya pelbagai tugas dan fungsi Kemenag dengan baik selama menjabat sebagai Menteri Agama.

“Soal radikalisme Pak Menag gagal paham mengenai fungsi-fungsi agama dan fungsi pendidikan. Tanpa ingin mengecilkan Pak Menag, Bapak ini cocoknya jadi Menteri Pertahanan Keamanan atau jadi Menko Polhukam ketimbang Menag,” kata Ali.

Fachrul lantas mengklarifikasi pernyataannya tersebut usai dihujani kritik oleh anggota dan pimlinan Komisi VIII.

Ia menjelaskan pernyataan tersebut disampaikan saat acara internal pembekalan aparatur sipil negara di Kementerian PAN RB dengan topik ASN No Radikalisme. Fachrul mengaku tak mengetahui bila acara tersebut terbuka untuk publik.

Menteri Agama Fachrul Razi (kanan) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/11/2019). Rapat kerja tersebut membahas evaluasi program dan rencana program prioritas di Kementerian Agama tahun 2020. ANTARA FOTO/Nova WahyudiMenteri Agama Fachrul Razi bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dalam pembekalannya di acara tersebut, Fachrul meminta agar pemerintah memperhatikan masalah rekrutmen, pendidikan lembaga lanjutan oleh pemerintah, dan saat ibadah ASN di kantor. Karena di hari kerja, para ASN beragama Islam pada umumnya menjalankan ibadah salat dan melaksanakan kegiatan kultum di masjid kantor.

Fachrul lantas menyinggung cara kerja intelijen yang kerap memasukkan orang-orang berpenampilan menarik serta memiliki pengetahuan luas dalam melancarkan operasinya.

“Itu cara masuk dalam intelijen, kan kita pikir gitu. Mungkin dalam intelijen internasional menyusupkan orang-orang intelijen kan memasukkan orang-orang good looking, pengetahuan luas ke dalam community tertentu,” kata Fachrul.

Fachrul lantas membandingkan operasi intelijen tersebut dengan peristiwa penyusupan intelektual Belanda, Christiaan Snouck Hurgronje di Aceh pada zaman penjajahan Belanda dahulu kala.

Hurgronje merupakan orang Belanda yang mampu menaklukkan Aceh berkat keuletan sekaligus kelicikannya dalam memecah-belah masyarakat di Serambi Mekah.

Ia menyatakan pemerintah Belanda saat itu cerdik memilih Hurgronje untuk memecah belah masyarakat Aceh. Sebab, kata dia, Hurgronje sendiri dipilih karena memiliki pemahaman Islam yang baik sehingga bisa mengadu domba masyarakat Aceh.

“Jadi kalau anak-anak good looking, pengetahuan agamanya bagus itu yang kita butuhkan sebetulnya. Tapi harus kita cek dulu,” kata Fachrul.

Melihat persoalan tersebut, Fachrul meminta agar pengurus masjid bisa mengecek dan menelusuri rekam jejak  akun-akun media sosial orang-orang yang kerap dilibatkan dalam mengisi ceramah maupun imam jemaah. Hal itu bertujuan agar orang tersebut tak menyebarkan radikalisme bagi para jemaah di masjid.( CNN / Im )

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *