Menunggu 10 Tahun Lamanya, Gedung Graha Toasebio Diresmikan


Menunggu 10 Tahun Lamanya, Gedung Graha Toasebio Diresmikan

dilaporkan: Setiawan Liu

Jakarta, 25 Februari 2021/Indonesia Media – Setelah menunggu lebih dari 10 tahun, gedung Da Jue Shan (Graha Kesadaran Agung) Wihara Dharma Jaya akhirnya akan diresmikan pada tanggal 27 Februari 2021 mendatang. Gedung tersebut seperti background nya klenteng tua Toasebio, berdiri tegak lima lantai bercat merah khas China town atau pecinan. Bhante Dhammakaro Mahathera dan mantan Dirjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha Kementerian Agama, Budi Setyawan akan hadir langsung meresmikan Graha tersebut.

 

(Gedung Da Jue Shan) dibangun Juli 2007, rampung tahun 2010. Sejak 2010, belum ada peresmian tapi tetap ada kegiatan kebaktian. Sekarang ketua baru, pak Arifin (Chen Shao-kang) yang akan meresmikan,” kata kepala bagian operasional Wihara Dharma Jaya (Toasebio), Hartanto Widjaja kepada Redaksi.

Toasebio berlokasi di Jln. Kemenangan III Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat, ibaratnya epicenter nya kawasan pecinan. Karena lokasinya juga berdekatan dengan Klenteng Jin De Yuan yang dibangun sejak 1650. Sementara Toasebio dibangun pada tahun 1741. Gedung Da Jue San berdiri di atas bekas rumah-rumah kecil berhimpitan di belakang klenteng Toasebio. Karena panitia pembangunan meyakinkan warga, akhirnya pembebasan tanah berlangsung lancar. “Tidak ada yang complain dengan rencana pembangunan pada tahun 2007. Lantai bawah (Da Jue San) untuk ruang serba guna. Lantai 2, 3 dan 4 untuk kebaktian sesuai dengan mazhab Theravada, Mahayana, Tantrayana. Lantai 5 untuk arsip dan gudang terutama rupang (patung) yang sudah berusia ratusan tahun. Semua ruangan ber-AC (air conditioner),” kata Hartanto.

Yang menarik, gedung Da Jue San dan klenteng Toasebio merupakan perpaduan lama kuno-tradisional dengan baru-modern. Ada beberapa elemen termasuk balok struktur bangunan yang masih original, tapi tidak rapuh dimakan rayap. Ada juga (elemen) hiolo (tempat hio atau dupa) dengan pahatan aksara mandarin seperti syair. “Aksesoris, atau elemen arsitektur lain yang kuno juga dibersihkan setahun sekali. Ada yang dicat warna emas, sehingga banyak pengunjung tidak bisa membedakan mana (elemen) yang kuno-tradisional, dan mana yang baru-modern. Kami merawat Toasebio dengan sangat telaten. Seminggu menjelang Imlek, tradisi kami membersih-bersihkan semua elemen di dalam klenteng, termasuk hiolo, prasasti,” kata Hartanto.

Hiolo ditempatkan di tengah gedung klenteng dimana umat Buddha Tridharma melakukan persembahyangan dengan hio dan dupa. Banyak orang-orang tua belasan, bahkan puluhan tahun yang lalu berusaha mengerti apa makna syair pada pahatan di hiolo tersebut. Mereka yang dulunya sekolah berbahasa mandarin membaca dengan saksama, tapi sulit menerjemahkan kepada orang lain. “Ada yang bisa baca, tapi tidak bisa menjelaskan karena nilai sastranya tinggi. Saya sudah sering lihat ahli-ahli bahasa mandarin, (mereka) bisa baca, tapi nggak bisa menerjemahkan. Pahatan (aksara mandarin) di hiolo tersebut juga masih utuh, tidak ada kerusakan sedikitpun walaupun dibuat pada tahun 1741. Hiolo tersebut se-umur dengan Toasebio,” kata Hartanto.

Selain hiolo, ada juga prasasti yang dibuat dari batu hasil galian pada lapisan paling bawah. Sehingga batu tersebut tetap kuat, tidak rusak sedikit pun karena digali dari lapisan tanah paling dasar. Susunan kalimat dengan aksara syair mandarin tersebut ada sedikit perbedaan. Kalau pada hiolo, berupa syair. Tapi pada prasasti, informasi mengenai nama-nama yang urun rembuk membangun klenteng Toasebio. “Untuk mengingat kapan prasasti dan hiolo tersebut dibuat, gampang saja. Terutama bagi yang pernah baca mengenai sejarah pembantaian etnis Tionghoa oleh Belanda, atau yang dikenal dengan tragedi Kali Angke, sekitar tahun 1741,” kata Hartanto. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “Menunggu 10 Tahun Lamanya, Gedung Graha Toasebio Diresmikan

  1. Perselingkuhan+Intelek
    February 27, 2021 at 6:56 pm

    Diskriminasi, jika pembangunan Mesjid atau peresmiannya langsung otomatis Resmi Sah tanpa embel2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *