IM Tour 2018 : Meknes , Volubilis , Chefchaouen
Sebelum kita meninggalkan kota Fes, kita pergi dulu ke atas bukitnya. Dari bukit ini , kita bisa
memandang Kota Fes yang padat dengan rumah rumah penduduk. Kita jalan mengitari bukit dan
tentu disetiap spot yang indah, tidak lupa untuk berpose dan group foto .
Hampir disetiap kota, selalu ada pintu gerbang dan benteng . Begitu pula di kota “ Meknes “ ini.
Disini kita mengunjungi “ Moroccon Versailles “ yang dibangun pada abad ke 17 oleh Sultan Moulay
Ismail. Beliau memerintah selama 55 tahun.
Waktu lamarannya ditolak oleh raja Perancis, dia bersumpah untuk membangun istana yang megah ,
sehingga bisa menyaingi Versailles. Untuk membangun ini, ia memperkerjakan 50,000 budak dan
12,000 kuda.
Ada 20 gerbang dengan benteng yang panjangnya 45 km.
Gerbang yang terindah dinamakan “ Bab El Mansour “ , sesuai dengan nama arsiteknya.
Kita meneruskan perjalanan ke “ Chefchaouen atau Chaouen “. Kota ini diperbukitan dengan jalan yang sempit.
Jadi tidak bisa dilalui oleh bus. Maka kita harus berjalan kaki menuju hotel, dan koper koper diangkut
oleh van yang sudah siap menunggu.
Waktu jalan menuju hotel . Betul betul kita semua takjub dan tercengang . Tidak pernah terbayangkan,
kotanya indah persis seperti Santorini di Greece . Bukit dipinggir laut, dan rumah rumahnyapun di cat
biru putih.
Maka dijuluki “ The Blue Pearl “. Rasanya kota ini jauh lebih besar daripada Santorini.
Dan lebih hidup. Banyak toko souvenir dan restoran.
Dibangun pada abad ke 15 oleh Moulay Ali ibn Rashid al-Alami .Terletak di sebelah barat utara
Morocco. Mulanya dibangun sebagai kota benteng pertahanan terhadap serangan Portugis. Pada tahun
1920, kota ini diduduki oleh Spain , dan tahun 1956 dikembalikan waktu Morocco merdeka .
Sore ini acara bebas, jadi kita jalan jalan mengelilingi kota. Tidak disangka, banyak turis turis Asia,
Student dari Korea, Jepang dan China. Juga Eropah. Maka jalan sampai malampun, disini aman sekali.
Saya tidak pernah melihat begitu banyak group turis muda asing di Indonesia. Sayang sekali padahal
pemandangan di Indonesia banyak yang indah.
Nyaman sekali, jalan santai dilorong lorong , dengan kiri kanannya rumah rumah kecil mungil .
Selama 10 hari ini , kita selalu makan makanan local, Betul betul bosan rasanya. Karena masakannya
ada bau aroma dan rasa yang khas. Tidak tahu aroma dedaunan apa. Maka waktu Stacey melihat
restaurant Pizza, dia langsung ingin beli.
Kita memilih duduk dibalkon, jadi bisa menikmati pemandangan kesegala arah. Duduk santai relax ,
sambil diterpa angin yang cukup kencang.
Akhirnya pesanan pizza datang, tentu kita secara sigap mau melahapnya. Yaaaah Ampuuun sekali.
Pizzanya juga ber aroma Morocco. Dari air liur yang udah mau keluar, masuk lagi dah.
Belum pernah menemukan pizza di negara lain, yang bercita rasa disesuaikan dengan makanan
penduduk disitu.
Meskipun rasanya tenggorokan menolak, apa boleh buat . Terpaksa ditelan juga. Untung hanya
membeli yang kecil aja.
Besok paginya, kita masih ada waktu untuk jalan jalan lagi. Kita semua merasa masih betah tinggal
disitu.
Dengan hati berat, harus meninggalkan kota kenangan ini untuk menuju Rabat. ( es / IM )
Foto foto dapat dilihat di FB IM