Ekspor Arang Briket, Hampir 100% untuk Shisha
dilaporkan: Setiawan Liu
Bogor, 14 Februari 2023/Indonesia Media – Pemanfaatan arang briket batok kelapa sekarang ini diperkirakan hampir 100 persen untuk shisha atau gaya merokok asal Timur Tengah dengan menggunakan tabung berisi air, mangkuk, pipa, dan selang yang beberapa tahun terakhir menjadi tren di kalangan generasi millennial. “Kami ekspor (briket) untuk shisha, yang sekarang sudah menjadi budaya, gaya hidup milenial di Rusia, Brazil, Amerika. Kami focus (ekspor) briket untuk shisha, (sebaliknya) tidak fokus untuk barbecue,” Asep Mulyana dari Himpunan Pengusaha Briket Arang Kelapa Indonesia (Hipbaki) mengatakan kepada Redaksi.
Shisha telah menjadi tradisi di kalangan masyarakat di kawasan Timur Tengah sampai akhirnya sempat tergeser oleh invasi raksasa pabrikan rokok asal Amerika. Dari tiap Negara yang menggunakan, shisha mempunya banyak nama seperti pada bahasa Arab, termasuk Turki, Yordania, Irak dan lain sebagainya. Shisha merupakan Di dalam tabung tersebut, terdapat tembakau khusus yang dipanaskan dan ditambahkan perasa atau aroma, misalnya buah-buahan. Sekarang shisha kembali menjadi tren, bahkan café-café khusus shisha banyak berdiri di Jerman. “Mereka (orang Timur Tengah) sebagai imigran, membawa tradisi ini (shisha). Di Jerman, (shisha) paling besar. Secara keseluruhan di Eropah, ada 80 juta jiwa, dan lima persen sudah berbudaya shisha. 12 ribu café shisha dibuka,” kata Asep yang juga owner PT Tom Cococha Indonesia (produsen arang briket) di Bogor, Jawa Barat.
Melihat prospek shisha dan potensi arang briket di Indonesia, produsen di Indonesia baik skala UKM (usaha kecil menengah) atau home industry terus berburu dollar dari ekspor. Arang briket dari Indonesia dengan merek premium, sehingga harganya paling mahal di luar negeri. “Kami focus pada (ekspor) yang harganya mahal. Batok kelapa kita adalah anugerah dari Tuhan. Sekarang, Indonesia yang berhasil produksi briket premium di dunia. Hanya arang tempurung Indonesia yang cocok untuk shisha, (arang) negara lain seperti Thailand, India, Sri Lanka, arangnya tidak cocok,” kata Asep. (sl/IM)
mending eskpor keset kaki berbahan ban bekas yang sudah diolah. Perlu untuk di kolam renang di luar negri yang lantainya licin. Kalau cuma arang kelapa percuma sebab bisa diganti / substitusi dengan arang kayu pinus di luar negri..
Sy sempat dihubungi importir di Tiongkok, dan awal Maret berencana factory visit ke pabrik PT TOMCococha milik pa Asep Mulyana.FYI only
apakah bapak punya contact buyer briket? kebetulan saya exportir briket dr PT uda Jaya Export
menurut saya, potensi/prospek pasar arang briket (dari tempurung/batok kelapa) masih sangat terbuka. saya wawncara pa Haji Asep di pabriknya di Bogor, ternyata kegiatan produksi semakin intens. mereka kerja 7 hari/minggu, dan tiga shift/hari. ada juga user (perusahaan) water treatment, memanfaatkan briket utk sistem water treatment (filter) limbah PT Indah Kiat Pulp & Paper. mereka (pekerja di pabrik Indah Kiat) treatment limbah dulu, tidak dibuang ke sungai. Biar aman, kadar racun tidak terlalu tinggi, sebelum dibuang. Masih banyak lagi (penggunaan arang) termasuk utk produk farmasi, campuran pasta gigi. semuanya sangat tergantung pada SDM yang inovatif, skilled workers
” … Bisnis masa depan, (yakni) yang berorientasi pada lingkungan. Saya waktu bicara di 50th International COCOTECH Conference & Exhibition 7 – 11 November 2022, Kuala Lumpur Convention Centre, Malaysia Climate Change Adaptation and Mitigation Strategy for a Resilient and Sustainable Coconut Agroindustry”, luar biasa (saya merasa) excited . Krn kami (PT Tom Cococha) ditantang utk bicara apa kontribusi, produk anda terhadap climate change mitigation. Itu bidang saya banget. Sekarang, saya bicara (di forum internasional, media) bukan sebatas jualan produk (briquette), tapi barang ikutin (visi climate change mitigation ), otomatis (briket) laku. Tanpa promosi, barang ikutin laku (di pasaran), saya mau coba tembus Green Peace. saya tidak jor-joran jualan produk, tapi saya membangun awareness masyarakat mengenai climate change mitigation …”