Surat Pembaca: Menuju Indonesia Raksasa Ekonomi, Indonesia Tanpa Korupsi


Indonesia, negara yang diyakini menjadi “raksasa ekonomi” di tahun 2020 mendatang, kini terlebih dulu menjelma menjadi raksasa lain, yakni “raksasa korupsi”. Masalah korupsi yang menimpa Indonesia bagaikan kisah sinetron yang tidak ada habisanya. Hampir setiap hari marak kita dengar pemberitaan mengenai korupsi, seakan menunjukkan korupsi telah menjadi budaya di Indonesia. Bahkan berbagai media menyebutkan Indonesia “meraih penghargaan” 10 negara terkorup di dunia.

Napak tilas pemberitaan kasus korupsi di Indonesia mulai berkembang antara 1951 – 1956 saat muncul dugaan korupsi oleh Ruslan Abdulgani. Pemberitaan kasus korupsi makin merebak pasca berakhirnya orde baru yang memberikan ruang gerak bagi para jurnalis untuk memberitakan berbagai isu, termasuk korupsi.

Merebaknya masalah korupsi tidak bisa disepelekan, karena memiliki dampak yang besar bagi Indonesia. Bagaimana tidak, sejumlah uang negara yang harusnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, harus direlakan berpindah tangan ke tangan-tangan penguasa yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi.

Menyikapi permasalahan korupsi akut di Indonesia, Pemerintah membentuk lembaga tinggi yang diharapkan mampu membongkar segala permasalahan keuangan negara, diantaranya BPK dan KPK. Pasca terbentuknya kedua lembaga tersebut, kasus korupsi di Indonesia semakin banyak yang tercium ke permukaan, sehingga banyak pejabat publik yang diadili. Tidak cukup dengan mendirikan lembaga-lembaga anti korupsi, pemeritah juga telah berupaya memberantas kasus korupsi di Indonesia dengan memberikan hukuman yang berat bagi para koruptor. Kasus terakhir adalah yang menimpa politisi Partai Demokrat, Angelia Sondakh yang divonis oleh Mahkamah Agung (MA) dengan hukuman 12 tahun penjara serta pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti senilai Rp12,58 miliar. Pemberatan ini dilakukan tidak lain untuk memberikan efek jera serta memiskinkan para koruptor, sehingga angka korupsi di Indonesia berkurang.

Namun sebagaimana bentuk negara tercinta kita, Negara Kesatuan, untuk mewujudkan Indonesia yang bersih dari korupsi, kita tidak dapat berpangku tangan pada pemerintah saja. Perlu bantuan dari seluruh kalangan masyarakat untuk bersatu melawan korupsi dengan cara berkomitmen hidup tanpa korupsi, dimulai sejak dini dari aspek-aspek terkecil. Misalnya, orang tua memberi teladan anak tentang pentingnya hidup jujur, guru memberi teladan pada muridnya untuk menghargai waktu belajar dan memberikan wawasan tentang efek korupsi, pemuka agama aktif membangun jiwa masyarakat agar jauh dari korupsi, pekerja melawan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan hak nya, dan contoh lainnya. Selain itu, seluruh masyarakat juga harus memberikan dukungan bagi lembaga-lembaga pemerintah seperti BPK dan KPK dalam menjalankan tugasnya untuk mengaudit dan memproses penggunaan anggaran negara. Dengan adanya partsipasi masyarakat mendukung kinerja BPK dan KPK, maka lembaga-lembaga ini akan bekerja lebih profesional.

Melalui kerjasama dari segala lini tersebut, beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjelma menjadi raksasa ekonomi, berkat komitmen tanpa korupsi.

 

“Orang saling menggabungkan upaya mereka sendiri dengan usaha orang lain untuk mencapai keberhasilan terbesar mereka”
– Stephen Covey-

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

5 thoughts on “Surat Pembaca: Menuju Indonesia Raksasa Ekonomi, Indonesia Tanpa Korupsi

  1. Putri Nurbaiti
    October 14, 2017 at 9:43 am

    benar, saya yakin jika indonesia ini benar-benar bebas dari korupsi, maka indonesia akan menjadi negara maju. padahal saya rasa pejabat-pejabat tinggi itu gajinya cukup besar, namun kenapa meski harus korupsi uang rakyat lagi??? itulah manusia yang tak pernah merasa puas.

    saya sangat mendukung upaya pemerintah dalam mendirikan lembaga yang dapat menangani masalah ini.

  2. varyza aditya
    October 14, 2017 at 9:47 am

    itulah pejabat tak punya hati, kasian rakyat yang hidupnya dalam kemiskinan, seharusnya mereka jadi contoh yang baik. kalau tak korupsi, indonesia ini akan sejahtera hidupnya. SADARLAH KALIAN PARA KORUPTOR!!!

  3. leo
    October 15, 2017 at 10:21 am

    SN BUKAN CUMA BELUUT–“BAD UUT

  4. leo
    October 16, 2017 at 9:42 am

    BANYAK “YANG MULIA ” YANG TIDAK MULIA

    SO;;”’WHA

  5. leo
    October 17, 2017 at 10:29 am

    A.BASWEDAN MASUK PRIBUMI???????

Leave a Reply to Putri Nurbaiti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *