Suka Duka Turis Nonton Piala Dunia


Kebanyakan pengunjung ke Afrika Selatan bulan ini berada di sana untuk menghadiri turnamen Piala Dunia, dan diantara berbagai pertandingan mereka juga menikmati beberapa acara wisata. Redaktur Olahraga VOA Parke Brewer menemui seorang warga Amerika yang tadinya melawat ke Afrika Selatan untuk wisata, tetapi ujung-ujungnya menonton Piala Dunia juga.

Chad Coleman Foto courtesy of VOA-Parke Brewer

Menurut Chad, walaupun tak murah, tapi tiket nonton Piala Dunia tetap lebih murah dibanding menonton baseball di Amerika.”Luar biasa, lebih bising dari olah raga apapun di Amerika yang pernah saya tonton,” kata Coleman. Chad Coleman berasal dari Portland, Maine, di Amerika kawasan timur laut. Ia bekerja sebagai tukang duko di bengkel ketok dan duko di tempat asalnya. Kini ia berlibur tiga minggu ke Afrika Selatan dengan dua sahabatnya.

Mereka ingin melihat seluruh negara, tetapi merencanakan perjalanan dekat dengan penyelenggaraan Piala Dunia karena ingin ikut menikmati beberapa hari pesta olah raga itu. Sebelum meninggalkan Amerika, Coleman mengecek internet untuk melihat apakah ia masih bisa memperoleh tiket untuk pertandingan pembukaan antara Afrika Selatan dan Meksiko.

Ia menemukannya, tetapi harganya mahal sekali. Tiket golongan satu, pada baris ke-10 di belakang tempat kesebelasan Afrika Selatan kata Coleman dihargai 600 dolar, tapi kalau mau beli masih harus membayar tiga malam untuk hotel di Johannesburg, yang berarti tambahan 200 dolar per malam. Ia dan kawan-kawannya sepakat untuk melakukannya.Nah, ia ditanya, apakah ia tetap mantap mengeluarkan biaya yang banyak ini? “Sudah tentu, saya asal New England dan saya teratur menonton tim baseball Red Sox. Saya membayar lebih dari itu, untuk tiket Red Sox. Kami berkomentar betapa murahnya tiket pembukaan ini mengingat apa yang kami tonton dan kegembiraan di seputarnya,” ujar Coleman.

Coleman mengisahkan kepada VOA pengalamannya. “Setiap penonton mengharapkan Afrika Selatan menang. Semuanya ingin mereka menang. Luar biasa, lebih bising dari olah raga apapun di Amerika yang pernah saya tonton. Vuvuzelas juga luar biasa nyaring. Kami juga punya. Kegembiraan ketika ini semua terjadi benar-benar gila. Sulit menggambarkan betapa gairahnya semua orang dan betapa bangganya mereka,” kata Coleman.

Chad Coleman mengatakan ia dan kedua sahabatnya membawa vuvuzela mereka, terompet panjang dan bising yang sangat populer di Afrika Selatan. Mereka membelinya dari pedagang kaki lima dekat Stadion Soccer City seharga satu dolar. Kata Coleman, seseorang memperagakan bagaimana cara meniupnya, karena tidak mudah.”Kalau baru pertama kali mencoba kelihatanya seperti meludah ke dalamnya,” kata Coleman. “Karena kita berharap itu langsung berbunyi. Tetapi perlu sedikit bentukan dari mulut kita agar keluar suaranya. (Nanti) kalau sudah bisa memainkan ini bisa menyandu.”

Sementara menikmati semua kemeriahan ini, Chad Coleman juga mencatat bahwa harga-harga langsung berubah ketika mereka kembali ke Johannesburg untuk pembukaan Piala Dunia ini. “Ketika tiba di sini, hostel berharga antara 21 sampai 35 dolar per malamnya, tapi setelah 12 Juni harganya menjadi 90 sampai 110 dolar per malam,” tutur Coleman. Kata Coleman, turis-turis lain juga berkomentar betapa melonjaknya harga taksi selama Piala Dunia berlangsung, harganya acapkali tiga kali dari harga normal. Coleman dan sahabat-sahabatnya puas karena telah melakukan wisata sebelum turnamen Piala Dunia, kemudian sempat menonton pertandingan pembukaan, dan berencana untuk menonton lanjutan Piala Dunia setiba mereka kembali di Amerika, Selasa ini (VOA/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *