Sengketa Berakhir, Pekerja Freeport Terima Kenaikan Gaji 37 Persen


Para pekerja tambang Freeport di Papua mengakhiri pemogokan tiga bulan yang mengganggu produksi tambang terbesar kedua di dunia itu. Para pekerja penduduk asli Papua yang dibayar terendah dibandingkan pekerja lain di tambang Freeport manapun di dunia akan mendapat kenaikan gaji yang signifikan, tetapi lebih kecil dari tuntutan mereka semula.

Para pekerja anggota serikat buruh di perusahaan tambang emas dan tembaga Freeport McMoRan menerima kenaikan gaji 37 persen selama dua tahun untuk mengakhiri sengketa industri terlama di Indonesia. Kesepakatan itu akan secara resmi ditandatangani pada hari Sabtu (ini. Menurut kesepakatan akhir itu, upah akan naik menjadi sekitar 7,5 dolar per jam.

Profesor Kurtubi, ekonom di Universitas Indonesia yang berspesialisasi dalam bidang ekonomi sumber daya pertambangan, mengatakan kesepakatan itu baik bagi pekerja, baik bagi perusahaan dan baik bagi pemerintah. Ia mengatakan, “Ini adalah solusi yang sangat baik, yang saling menguntungkan. Alih-alih membiarkan sengketa tanpa akhir, mencapai kesepakatan adalah hal yang baik.”

Ia mengatakan para pekerja akan mendapat upah lebih banyak. Freeport masih akan membuat keuntungan yang besar, dan karena masalah perburuhan telah diatasi, katanya, pemerintah sekarang akan memusatkan perhatian pada negosiasi ulang mengenai persentase pajak dan royalti yang dibayarkan oleh Freeport, dari satu menjadi tiga persen atau lebih.

Kesepakatan itu tadinya hendak ditandatangani Selasa, tapi ditunda oleh negosiasi menit-menit terakhir untuk memastikan bahwa para pekerja tidak akan dihukum karena ikut mogok.

Selama terjadinya pemogokan, menurut Freeport, tingkat produksi tembaga berkurang dua juta pon dan produksi emas berkurang 3.000 ons per hari. Meskipun produksi tambang yang berkurang selama terjadi sengketa buruh, harga tembaga turun di tengah kekhawatiran tentang permintaan global yang melemah. Ada kekhawatiran bahwa melanjutkan operasi tambang secara penuh bisa semakin menurunkan harga.

Selama pemogokan, operasi semakin terganggu oleh serangan-serangan terhadap pipa-pipa penyalur konsentrat tembaga dan emas dan blokade oleh pekerja yang memutuskan jalur pengiriman pasokan pangan dan bahan bakar. Kerusakan harus diperbaiki sebelum produksi penuh dapat dilanjutkan.

Pemogokan ini menjadi sengketa buruh yang paling banyak mendapat perhatian di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Profesor Kurtubi mengatakan perusahaan-perusahaan pertambangan lain kemungkinan harus menyesuaikan upah yang mereka bayarkan dengan yang dibayarkan oleh Freeport untuk mencegah pemogokan. “Tingkat gaji yang dibayarkan oleh perusahaan-perusahaan itu kepada para pekerja seharusnya tidak berbeda terlalu jauh dari upah yang diterima oleh para pekerja di Freeport,” ujar Kurtubi.

Freeport Indonesia mempekerjakan 23.000 orang dalam operasi tambangnya. Banyak di antaranya beragama Kristen dan dikabarkan berusaha mencapai kesepakatan itu sebelum Natal, agar mereka bisa merayakan hari raya itu.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *