Sejarah Memihak Pangkostrad dan Wakil KSAD


Promono

JAKARTA — Tiga nama mencuat sebagai calon Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), yakni Wakil KSAD Letnan Jenderal TNI Budiman, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, dan Komandan Komando Pembina Doktrin Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI AD Letnan Jenderal TNI Marciano Norman.

Dari tiga nama ini, Pramono Edhie dan Budiman lebih berpeluang. Setidaknya, sejarah pengisian  posisi orang nomor satu di Matra Angkatan Darat memihak dua calon ini.

Sebab, sejak 18 Oktober 1965 sejarah Tentara Nasional Indonesia menunjukkan mereka yang menjabat sebagai KSAD sebagian besar berasal dari Wakil KSAD dan Pangkostrad. Apalagi keduanya memiliki karier yang lengkap.

Mari menyimak sejenak lintasan pengisian KSAD. Urutan teratas ditempati dari Wakil KSAD, kemudian disusul Pangkostrad. Setidaknya ada lima KSAD yang sebelumnya menjabat sebagai Pangkostrad, yaitu Mayor Jenderal Soeharto (16 Oktober 1965- Mei 1967), Jenderal Rudini (Maret 1983-April 1986), Jenderal Wiranto (13 Juni 1997-16 Februari 1998), Jenderal Ryamizard Ryacudu (4 Juni 2002-18 Februari 2005), dan Jenderal George Toisutta yang dilantik pada 7 November 2009 dan pensiun bulan ini.

Sementara itu, KSAD berasal dari Wakil KSAD masing-masing adalah Jenderal M Panggabean  (Mei 1967-Desember 1969), Jenderal Umar Wirahadikusumah (Desember 1969-April 1973), Jenderal Poniman (April 1980-Maret 1983), Jenderal Try Sutrisno (Juni 1986-20 Februari 1988), Jenderal Edi Sudradjat (20 Februari 1988-6 April 1993), Jenderal Wismoyo Arismunandar (6 April 1993-13 Februari 1995), Jenderal Subagyo HS (16 Februari 1998-20 November 1999), Jenderal Endriartono Sutarto (9 Oktober 2000-4 Juni 2002), dan Jenderal Djoko Santoso (18 Februari 2005-28 Desember 2007).

Sementara itu, sisanya berasal dari berbagai latar belakang Pangkowilhan II (Surono Reksodimejo, Makmun Murod, R. Widodo), Kassospol ABRI (R. Hartono), Kepala BAIS (Tyasno Sudarto), dan Sekretaris Menko Polhukam (Agustadi Sasongko Purnomo).

Sejumlah pengamat militer mengatakan, selain status sebagai ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Pramono yang merupakan lulusan Akabri pada 1980, memperlihatkan kapabilitas dengan karier yang gemilang dan meraih berbagai bintang kehormatan.

Setelah menjabat sebagai Pati Staf Ahli Bidang Ekonomi Politik Sesko TNI dan Wadanjen Kopassus (2005), Kasdam IV/ Diponegoro (2006), dirinya diangkat menjadi Danjen Kopassus (2007-2008).

Tak berhenti di sana, putra mantan komandan RPKAD Letjen (pur) Sarwo Edi Wibowo ini kemudian dilantik menjadi Pangdam III/Siliwangi (2008-2009), sebelum akhirnya menjabat Pangkostrad, pengendali satuan tempur terbesar di Indonesia dengan jumlah 30.000 pasukan yang terbagi atas 33 batalion.

Dekat Megawati

Kelebihan lain yang dimiliki Pramono adalah latar belakang penugasannya saat berpangkat Kolonel sebagai ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri hingga 2004.

Dengan latar seperti  ini, tidak heran Pramono mendapat dukungan politik dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di antaranya dilontarkan Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo dan Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin.

“Jenderal George Toisuta dalam waktu dekat terhitung bulan ini akan masuk masa pensiun dan ini adalah peluang Pangkostrad Letjen Pramono Edhie, calon yang dipersiapkan untuk memimpin TNI Matra Darat. Bintangnya sekarang paling cemerlang dan memungkinkan calon Panglima TNI yang akan datang,” kata Tjahjo kepada SH.

Keyakinan yang sama disampaikan pengamat militer Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Alexandria Retno Wulan, yang menilai sosok nomor satu di Angkatan Darat berhubungan erat dengan prestasi, usia, dan kedekatan dengan partai politik maupun istana sebagai pendukung.

“Pramono pantas dijadikan calon kuat karena jenjang kariernya paling penuh. Dirinya pernah jadi Pangdam dan Pangkostrad. Dalam kondisi itu hubungan kekerabatan tak terlalu berpengaruh. Meskipun demikian hubungan kekerabatan dengan istana yang menjadikan karier Pramono melonjak sebelumnya,” ucap Alexandria.

Meski demikian, Alexandria menuturkan, sosok Budiman tidak bisa dianggap remeh karena kedekatannya dengan SBY saat menjabat Sekretaris Militer Presiden. “Budiman juga memiliki karier gemilang di era kepemimpinan Presiden SBY. Di Kementrian Pertahanan, Budiman dikenal sebagai jenderal pemikir dan kemudian ditarik menjadi Sekretaris Militer Presiden. Dia memiliki kedekatan dengan Pak Presiden karena kesepahaman pola pikir,” ujarnya.

Dalam urusan karier, meski tak sementereng dan sepopuler Pramono Edhie, prestasi perwira tinggi berbintang tiga di Angkatan Darat ini cukup mengesankan. Tampil sebagai Adimakayasa (lulusan terbaik) pada 1978 dari Korps Zeni, Budiman yang sempat menjabat sebagai Dandenzipur 6 Kodam VII Tanjungpura telah mengikuti berbagai penugasan di luar negeri seperti Australia, Somalia, Denmark, Amerika Serikat, dan China.

Walaupun terhitung lebih senior dalam struktur angkatan, Budiman berusia lebih muda dibandingkan Pramono. Budiman baru akan mengakhiri karier di TNI saat usia 58 tahun pada 2014.

Kondisi tersebut memungkinkan pria kelahiran 25 September 1956 ini menjadi Panglima TNI mendatang. Sementara itu, Pramono, jika terpilih sebagai KSAD, diperkirakan akan menjabat hanya selama satu tahun.

Budiman juga memenuhi syarat administratif lainnya, yaitu pernah dua kali menduduki jabatan strategis jenderal bintang tiga sebagai Komandan Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI pada Mei 2010 sampai Maret 2011 dan Wakil KSAD sejak Maret 2011 lalu. Namun, jika kembali bertolak ke sejarah, Budiman memiliki latar belakang pasukan Zeni. Notabene, KSAD selalu dipilih dari pasukan infantri dan memiliki pengalaman sebagai pasukan khusus.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *