Popularitas Bisnis Porang dengan Penciptaan Nilai Tambah


Popularitas Bisnis Porang dengan Penciptaan Nilai Tambah

dilaporkan: Setiawan Liu

Serang, 18 Agustus 2020/Indonesia Media – Peluang usaha budidaya tanaman umbi-umbian yang tengah popular, yakni porang harus berbasis penciptaan nilai tambah atau added value sehingga ke depannya industry menerapkan sertifikasi untuk produk olahan. “Kami maunya (porang) jangan hanya jual basah, tapi diolah dalam bentuk crisp atau keripik. Bahkan industry di Serang (Prov. Banten), porang diolah menjadi tepung,” kata Ali Mustofa dari Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Banten.

Kisah sukses beberapa petani porang terutama di Jawa Timur mendorong penjajakan kerjasama FSBB dengan pihak swasta nasional. Sebagaimana porang berhasil diekspor ke Jepang, Tiongkok, dan lain sebagainya. Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan “jelly” yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang. “Para santri diminta studi banding ke Madiun (Jawa Timur). Tapi karena situasi dan kondisi masih dihantui pandemic, Madiun juga masih zona merah (wilayah beresiko tinggi), rencana kunjungan ditunda,” kata Ali Mustofa yang akrab disapa ‘Pak Ustad.’

Khususnya untuk pondok-pondok pesantren di Banten, FSPP berperan seperti asosiasi. sehingga FSPP menggerakkan para santri untuk memanfaatkan peluang pasar di tengah aktivitas yang lekat dengan nilai-nilai keislaman. Pesantren juga mempunyai kreatifitas dan insting untuk membaca keadaan dengan baik. “Alhamdulillah, Pemprov Banten sudah turun tangan untuk bantu pembibitan. Tapi bantuan dari negara harus dibarengi dengan penciptaan nilai tambah. Sehingga produk nantinya harus bersertifikasi. Masyarakat termasuk para santri di Serang terus mengarah pada produksi porang secara masal. Ada kelompok petani pesantren tanam porang, dan (hasilnya) dibeli industri,” tegas pak Ustad.

Sementara itu, perusahaan trader swasta nasional Elemen Trijaya bahwa upaya mencari porang di beberapa daerah termasuk Jawa Barat (Ciamis, Subang, Kuningan, Cirebon). Pertemuan dengan FSBB diharapkan bisa mengarah pada kemitraan, baik para pengurus pesantren maupun koperasinya. “Kami punya pasar di dalam dan luar negeri. Kalau kita bisa ekspor, harga bagus, (peluang) jangan disia-siakan. Saya setuju dengan program value addition (penciptaan nilai tambah) sehingga porang diolah di dalam negeri menjadi crisp. Prosesnya ada dua, crisp dengan oven atau dijemur (matahari). Kalau cuaca sedang mendung dan musim hujan, pasti ada masalah. Kalau dengan oven, temperature bisa diatur,” kata Agustinus dari Elemen Trijaya. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *