Mantan Menteri Keuangan era Presiden Soeharto, Fuad Bawazier menilai pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sengaja memelihara kemiskinan masyarakat untuk mengatur corak demokrasi yang diinginkan guna melanggengkan kekuasaan.
“Makanya, sekarang kemiskinan itu sepertinya dipelihara agar lebih bisa mengatur demokrasi,” kata mantan pejabat Orde Baru itu dalam diskusi dialektika demokrasi dengan tema “Hasil survei IndoBarometer: Orba vs Reformasi” di gedung DPR RI Jakarta, Kamis (19/5).
Diskusi tersebut selain menghadirkan nara sumber Fuad Bawazier juga hadir nara sumber Direktur Eksekutif IndoBarometer M. Qodari, Anggota Komisi II DPR dari PDIP Ganjar Pranowo dan Anggota Komisi III Bambang Soesatyo dari Fraksi Golkar.
Menurut Fuad Bawazier, demokrasi akan lebih mudah diarahkan oleh pemimpinnya ketika kemiskinan masih tinggi sehingga ketika melaksanakan proses demokrasi masyarakat lebih tergiur oleh praktik politik uang.
Terkait dengan hasil survei IndoBarometer yang menyatakan era Orde Baru lebih baik dari era Reformasi, Fuad mengaku tidak heran dengan hasil survei itu.
Menurut dia, buruknya persepsi masyarakat terhadap era kepemimpinan Presiden SBY adalah akibat masih tingginya angka kemiskinan.
Padahal, tambahnya, demokrasi tidak akan berjalan sesuai harapan masyarakat ketika masyarakatnya masih miskin. Oleh karena itu sebelum memajukan persoalan demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan sebagainya, pemerintah harus terlebih dahulu menyejahterakan masyarakatnya agar persepsi publik membaik.
Sementara Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari membantah spekulasi yang menuding jika survei yang dilakukan lembaganya mengenai persepsi publik terhadap orde baru dan reformasi merupakan pesanan pihak tertentu.
Hasil survei itu, menurutnya, menunjukkan suara publik yang terjaring di lapangan yang merasa capaian reformasi belum memuaskan dan merasa lebih nyaman di era sebelumnya.
“Ini agenda publik kok, jadi kalau survei ini dicurigai, aneh saja,” katanya.
Qodari juga menyatakan tidak ada kepentingan dalam survei itu dan pihaknya telah berulang kali melakukan survei secara profesional dengan metode yang teruji.
Lebih lanjut Qodari menjelaskan berdasarkan hasil survei yang dilakukan IndoBarometer, hasilnya adalah yang menyatakan puas terhadap capaian reformasi 29,7 persen, mereka yang tidak puas 55,5 persen.
Sedangkan yang merasa lebih baik 31 persen, yang merasa hasilnya sama saja dibanding dengan orde sebelumnya adalah 27,2 persen dan merasa sama buruknya dengan orde sebelumnya adalah 28 persen.
“Nah jawaban sama saja baik-buruknya, ini kan sama saja tidak puas loh,” katanya.
Qodari juga menegaskan bahwa survei yang dilakukannya adalah menyangkut soal persepsi masyarakat sehingga bisa saja berubah dari satu waktu ke waktu lainnya.
Menurut Qodari, kelahiran orde reformasi adalah untuk mengoreksi era Orba. Namun ketika masyarakat menilai hasil orde reformasi ternyata belum sesuai yang diharapkan berarti koreksi itu belum berhasil.