Jakarta – Direktur Eksekutif Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto meminta pemerintah mempersiapkan dana cadangan subsidi energi hingga Rp 10 triliun. “Ini untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk menyusul terus merangkaknya harga minyak mentah dunia dan harga minyak mentah
Indonesia,” katanya, di Jakarta, Senin (11/5). Selain itu, dia mengatakan, pemerintah sebaiknya juga cepat menetapkan asumsi harga minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2009.
Pemerintah sendiri saat ini sedang menyiapkan rencana untuk menghadapi kemungkinan harga minyak dunia yang terus merangkak naik. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pihaknya terus mewaspadai peningkatan harga minyak dunia dan berupaya menjaga kesinambungan APBN 2009. Ia mengatakan hal tersebut menjadi kunci agar sebagai refleksi kegiatan ekonomi nasional.
“Perubahan mendasar nanti kita lihat bulan Juni. Jika sekarang di atas US$ 50 per barel, estimasi perubahan tergantung dewan untuk proyeksi penerimaan nanti,” katanya di Kantor Menko perekonomian, di Jakarta, Senin (11/5).
Menyikapi kenaikan harga minyak saat ini pemerintah masih menunggu perkembangan harga hingga Juli nanti. “Yang kita lihat bulan Juli nanti, kalau ada revisi yang berubah sangat besar dari kurs maupun harga minyak nanti akan kita lihat pengaruhnya terhadap prediksi penerimaan negara,” ujarnya.
Menurut dia, asumsi harga minyak masih menggunakan acuan APBN 2009 dengan kurs Rp 11.000 per dolar AS dan harga minyak mentah dunia US$ 50 per barel. Menkeu mengatakan, jika APBN tidak bisa diubah setiap hari, bahkan revisi per bulan juga tidak memungkinkan, estimasi APBN dilakukan dengan hitungan tahun.
“Harga minyak saat ini memang sampai US$ 58,6 per barel, tapi seperti kita ketahui selama Januari, Februari hingga Maret, harga minyak di bawah US$ 40 per barel,” kata Menkeu.
Hingga akhir April lalu harga minyak Indonesia (ICP) mencapai US$ 50,62 per barel. Angka ini mengalami kenaikan US$ 3,67 dari ICP bulan sebelumnya, yaitu US$ 46,59 per barel, sedangkan harga minyak mentah dunia hari ini sudah US$ 60 per barel. (Novan Dwi Putranto/Sinar Harapan/IM)