Panti Bagi Lelaki China Jompo


DI sebelah Spinhuis (Rumah Tenun) yang merupakan rumah tahanan wanita-wanita binal Batavia, terdapat Rumah Sakit dan Rumah Jompo Lelaki China (Sieken en Oude Mannenhuis der Chinesen).

Lucu juga bahwa di dalam benteng kota Batavia terdapat rumah jompo khusus untuk lelaki China. Dalam tulisannya, Nicolaus de Graaff tidak bercerita mengenai orang-orang China ataupun pribumi yang tinggal di dalam kota.

Rumah Sakit dan Rumah Jompo Lelaki China itu didirikan pada tahun 1646. Di sekelilingnya dibangun dinding kokoh dari batu. Di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang cukup menyenangkan bagi lelaki-lelaki Cina yang lanjut usia itu. Mereka yang berhak tinggal di rumah itu adalah orang-orang yang sakit, yatim-piatu, dan orang-orang yang tidak lagi dapat mengurus atau merawat diri-sendiri. Di dalam pagar yang mengelilingi bangunan itu terdapat taman yang asri.

Semua orang China, mulai dari yang bekerja sebagai aktor dalam opera China ataupun sebagai ahli mercon sampai ke orang yang menikah atau menguburkan sanak-saudaranya, diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pengurus rumah jompo ini. Banyak pula sumbangan
berupa uang diberikan oleh orang-orang China yang kaya.

Dua orang berbangsa Belanda dan dua orang berbangsa China ditugasi sebagai pengawas rumah jompo ini

Di kota Batavia juga terdapat Rumah Yatim Piatu (Weeshuis). Anak-anak yatim-piatu Batavia ditampung dan dibesarkan di rumah ini. Bangunannya dikelilingi dinding batu yang tinggi dan kokoh. Di dalamnya terdapat kamar-kamar yang besar untuk anak-anak itu dan untuk orang-orang yang ditugasi menjaga dan mendidik mereka.

Tidak ada dana yang disediakan khusus oleh VOC untuk merawat dan menjalankan penampungan yatim-piatu ini, sehingga pemenuhan kebutuhan anak-anak itu maupun pegawai t Weeshuis tergantung dari sumbangan dan kedermawanan penduduk kota Batavia.

Demikian pengamatan Nicolaus de Graaff atas perjalanannya ke kota Batavia awal. Nicolaus de Graaff (1619-1688) adalah seorang dokter bedah yang belasan kali berkeliling dunia, termasuk lima kali mengunjungi Pulau Jawa. Tidak sekadar berkeliling, dia melaporkan hasil pengamatannya selama perjalanan dalam tulisan yang tajam.(Frieda Amran
anggota Asosiasi Antropologi Indonesia)


Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *