Meyakini Peningkatan Taraf Hidup Petani Pandeglang Banten


Meyakini Peningkatan Taraf Hidup Petani Pandeglang Banten

Pandeglang, 29 Juli 2020/Indonesia Media – Belajar serta terobsesi dengan kemewahan para petani di kota Yongin, Korea Selatan, Haji Sumajaya atau yang akrab dipanggil Haji Maya berhasil mencetak sawah, serta membuka kios berbagai perlengkapan petani di Cikeusik, kabupaten Pandeglang Banten. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun (2008 – 2020), Haji Maya sekembali dari Korea, berhasil meningkatkan modal awalnya Rp 38 juta menjadi omzet sekitar Rp 500 jutaan. “Waktu menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia) di Korea, saya kerja di pabrik kimia di Yongin. Di samping pabrik, ada sawah yang luasnya sekitar dua hektar. Saya lihat, setiap kali petaninya pergi ke sawah, ia mengendarai sedan dan bersepatu kets. Saya tertarik, dan berjanji ketika pulang ke Indonesia, saya mau bertani seperti mereka (petani di  Yongin),” kata Haji Maya di sela-sela acara Panen Raya di Cikeusik.

Kios produk pertanian yang dikelola menyediakan biostimulant AM-Power, pestisida, herbisida, fungisida dan lain sebagainya. Dari omzet sekitar Rp 500 juta, ia juga berhasil membeli mesin modern untuk meningkatkan panen, yakni combine harvester dengan harga Rp 515 juta. Sehingga mesin tersebut disewakan kepada para petani. “Mulai musim panen kali ini (Juli 2020), kami sudah berhasil beli combine harvester untuk terus memodernisasiSelain, saya mengarahkan petani menggunakan nutrisi pada tanaman dan tanah. Hal ini sudah terbukti, ada peningkatan nilai rendemen pada gabah. Dari semua upaya dan solusi kegiatan pertanian, nilai investasi akan terus meningkat. Hasil panen dan kualitas beras petani juga meningkat. Sehingga satu saat, saya yakin kalau petani di Cikeusik bisa seperti yang saya lihat di Yongin. Taraf hidup petani bisa meningkat perlahan-lahan,” tegas Haji Maya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di tempat yang sama, Budi Haryanto dari PT Menara Dwikarya Prima (produsen biostimulant) juga meyakini peningkatan taraf hidup petani khususnya di Pandeglang secara perlahan. Awalnya, PT Menara mulai menjajaki pasar Banten, termasuk Pandeglang sekitar Agustus – September 2019 yang lalu. Pada saat itu, musim tanam (MT) dua sudah berakhir. Sehingga, pada umumnya, petani beralih pada hortikultura pada MT tiga. “Mereka beralih ke hortikultura seperti timun, kacang panjang, semangka. Kami sukses (meningkatkan produktivitas dan kualitas tumbuhan) untuk semangka. Kami persiapkan di MT 1, bulan Desember saat musim hujan. Ketika masuk ke daerah Cikeusik, ternyata masih ada daerah tanam. Lalu kami membuka demplot (contoh pertanian), dan hasilnya bagus. Kenaikan (produksi) signifikan. Tepatnya, pada Maret 2020, Haji Maya mulai memanfaatkan AM Power pada terong. Biji terong yang sudah expired, tumbuh dengan menggunakan biostimulant,” kata Budi.

Proses penggilingan padi, dari 76 kilo gabah kering giling (GKG) menjadi sebanyak 52 kilo. Artinya, nilai rendemen sekitar 68 persen. Dari 100 persen GKG, (jumlah) yang menjadi beras sekitar 68 persen. Biasanya daerah Cikeusik Pandeglang, rendemen pada kisaran 55 – 60 persen. Tetapi setelah ada solusi dari PT Menara, terutama penggunaan biostimulant, nilai rendemen meningkat mencapai 68 persen. “Selain rendemen tinggi, kualitas beras juga menjadi putih bening. Untuk daerah Pandeglang, khususnya Panimbang sampe Cikeusik sudah dikenal sebagai lumbung padi. Petaninya menanam padi bukan hanya sekedar untuk makan. Mereka sudah berorientasi pada hasil surplus, untuk dijual dan menambah penghasilan. Ini mindset petani di Cikeusik yang sudah terbentuk. Selain, mereka juga terus update perkembangan produksi, yang salah satunya dengan memberi nutrisi pada tanaman dan tanah,” kata Budi. (sl/IM)

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *