dilaporkan: Liu Setiawan
Siswa autis, adalah individu yang mengalami gangguan perkembangan saraf yang mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa, berinteraksi dengan orang lain, serta mengalami sensitivitas yang tinggi terhadap rangsangan sensoris. Terapis Kasih Ibu, selama ini menangani empat jenis siswa berkebutuhan khusus, (yakni) autis, speech delay (keterlambatan bicara), keterbelakangan mental dan hiperaktif. Dari ketiga jenis, siswa autis yang paling banyak. Atensi orang tua terhadap anak yang berkebutuhan khusus sangat kentara. karena baru dua tahun berdiri, ternyata jumlah siswa meningkat sampai enam kali lipat. “Pertama kali Kasih Ibu dibuka (thn 2022), hanya ada lima siswa. tapi seiring waktu, sekarang ini ada 35 siswa. Kami juga selektif, tidak langsung menerima siswa,” kata Arifin Tanzil.
Pertimbangan untuk selektif, terutama melihat kondisi siswa. Ada beberapa anak yang kadang sering ngamuk, bahkan mata gelap. ada juga siswa yang tenaganya jauh lebih besar daripada gurunya. Hal ini sangat memberatkan, terutama kegiatan terapis. Kalau siswa tersebut ngamuk dan mata gelap, hal ini bisa juga berdampak pada siswa lain. kendatipun gedung Kasih Ibu agak remote, dan tidak dekat jalan utama Krendang Raya dengan kepadatan lalu lintasnya, tapi perlu antisipasi juga. “Tidak ada batas usia (siswa) sebatas guru masih bisa atasi. tapi ada beberapa kasus, anaknya mata gelap. kami juga tidak bisa terus-terusan memberi terapi,” kata Arifin Tanzil. (LS/IM)