Kondisi Terkini Industri Penerbangan RI, Termasuk 102 Pesawat Menganggur di Bandara


 Industri penerbangan menjadi salah satu terdampak paling parah akibat pandemi covid-19. Tak hanya maskapai, bisnis pengelolaan bandara juga tak bisa menghindar dari dampak merebaknya virus asal Wuhan, China ini.

Tak hanya di Indonesia, maskapai asing juga merasakan pahitnya dampak corona. Misalnya, maskapai American Airlines yang mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 25 ribu karyawannya atau sekitar 29 persen dari total tenaga kerja saat ini. PHK terpaksa ditempuh oleh perusahaan seiring anjloknya tingkat okupansi akibat pandemi Corona atau Covid-19 di negeri Paman Sam.

CEO American Airlines, Doug Parker dan Presiden Robert Isom menyatakan, Juni lalu pendapatan perusahaan terpangkas hingga 80 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2019. Turunnya pendapatan dipicu oleh rendahnya tingkat okupansi selama pandemi virus mematikan itu berlangsung.

“Adanya peningkatan penularan Covid-19 di beberapa negara bagian mendorong diberlakukannya lockdown secara ketat dan berulang. Imbasnya permintaan untuk perjalanan udara menjadi turun drastis,” ujar Doug dan Robert, dilaporkan CNBC, Kamis (16/7).

Saat ini perusahaan tengah dihadapkan pada kondisi sulit akibat mengganasnya pandemi di sejumlah negara bagian. Imbasnya kini maskapai kesulitan dalam menjaga kelangsungan bisnisnya setelah cash flow mengering.

Dampak pandemi pada industri dalam negeri juga cukup parah. Terkini, ratusan pesawat nganggur atau hanya parkir di bandara karena tidak ada jadwal penerbangan. Berikut penjelasan lengkap kondisi industri penerbangan Tanah Air saat ini.

102 Pesawat Nganggur

nganggur rev1

Sebanyak 102 pesawat menganggur atau hanya terparkir di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Pesawat tersebut tidak dioperasikan akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret lalu.

“Di Bandara Internasional Soekarno-Hatta saja, ada 102 pesawat yang di-grounded (tidak dioperasikan),” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin dikutip dari Antara, Kamis (16/7).

Awaluddin menjelaskan, tidak dioperasikannya armada pesawat tersebut karena berbagai latar belakang, mulai dari merosotnya permintaan, perlu perawatan (maintenance) pesawat, serta persoalan dengan mitra masing-masing maskapai.

“Maskapai belum menerbangkan dengan segala latar belakang, demand (permintaan) belum (meningkat), perlu maintenance, ada persoalan mitranya,” katanya.

Jumlah Penumpang Mulai Meningkat

mulai meningkat rev1

Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, mengatakan geliat penerbangan Indonesia perlahan mulai pulih pada pertengahan Juli ini. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya minat masyarakat melakukan perjalanan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.

Dia mencatat pada minggu kedua bulan ini terdapat keberangkatan sebanyak 55.000 penumpang per hari. Meningkat apabila dibandingkan bulan sebelumnya hanya sebanyak 35.000 penumpang per hari.

“Pergerakan penumpang pun di Juni di angka sekitar 25.000 sampai 35.000 penumpang per hari. Sekarang sudah 50.000 sampai 55.000 pergerakan sehari,” Awaluddin melalui diskusi online, Jakarta, Kamis (16/7).

Peningkatan pergerakan penumpang diikuti oleh jumlah penerbangan yang terus naik. Angkasa Pura II mencatat terdapat 700 pergerakan penerbangan pesawat di 19 bandara kelolaan.

“Juni kita lihat traffic sudah mulai recovery kembali. Juli sudah memasuki minggu kedua, traffic di Juli itu sudah tumbuh 35 persen sampai 50 persen dibanding ke Juni,” jelasnya.

Harapan di Idul Adha

idul adha rev1

Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin berharap Idul Adha 2020 mampu menjadi penggerak kinerja penerbangan Indonesia yang sempat mandek akibat pandemi Virus Corona. Selain Idul Adha, dia juga berharap Peringatan Hari Kemerdekaan dan masuknya tahun ajaran perkuliahan mampu mendorong sektor penerbangan.

“Harapan kami di Juli akan ada kegiatan besar, ada Idul Adha. Setelah itu, ada 17 Agustus, peringatan Hari Kemerdekaan dan masuknya mahasiswa baru. Sudah mulai, ini mulai menggairahkan aktivitas udara untuk penerbangan nasional. Jadi kita terus berdoa,” ujar Awaluddin dalam diskusi online, Jakarta, Kamis (16/7).

Menyambut berbagai kegiatan besar tersebut, perusahaan pelat merah itu terus berupaya meningkatkan pelayanan dan pemeriksaan penumpang di bandara terutama untuk penumpang yang datang dari luar negeri. Pengetatan pemeriksaan dilakukan sesuai regulasi yang ada.

“Kondisi ini menurut kami sangat hati-hati kita mengawal repatriasi warga Indonesia dari luar negara maupun warga negara asing yang masuk. Ini yang berulang kali disampaikan Presiden hati-hati dengan masuknya case baru atau imported case,” paparnya.

Bandara, kata Awaluddin, menjadi penjaring atau filter pertama yang mencegah masuknya kasus baru ke Indonesia. Adapun bandara yang paling ramai didatangi oleh warga negara asing adalah Bandara Soekarno Hatta.

“Kita harus menjadi filter pertama untuk masuk ke dalam tahapan proses karantina dan ini ada undang-undangnya, masyarakat Indonesia harus patuh dalam regulasi. Saat ini Bandara Internasional Soekarno Hatta adalah bandara yang tersibuk menerapkan aspek regulasi yang sangat beragam. 4 Bulan terakhir ini betul-betul diterapkan,” tandasnya.

Industri Baru Pulih Pertengahan 2021

pulih pertengahan 2021 rev2

Presiden Direktur Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin memperkirakan industri penerbangan Indonesia baru bisa pulih pada pertengahan tahun depan. Sementara itu, secara global bisnis penerbangan pulih pada pertengahan 2023.

“Untuk internasional traffic itu baru bisa recovery sekitar pertengahan 2023 atau paling cepat akhir 2022. Itu untuk internasional,” ujarnya dalam diskusi online, Jakarta, Kamis (16/7).

“Bicara Indonesia, sedikit berbeda seperti Bandara Soekarno Hatta, itu adalah domestic hub dan sebagai domestic hub berarti traffic-nya sangat tinggi dan kalau kita lihat paling tidak pertengahan tahun depan sudah bisa recovery seperti tahun lalu,” sambungnya.

Saat ini, untuk menyokong kinerja perusahaan, Angkasa Pura II mengandalkan pengangkutan barang dalam menopang pendapatan. Tercatat perusahaan pelat merah itu pernah memberangkatkan kargo sebanyak 900.000 ton.

“Gambaran umum, kami pernah mencapai volume terase kargo kita di bandara-bandara Angkasa Pura II pernah menembus angka 900.000 ton. Sehingga kalau angka ini bisa kita jaga diluar penerbangan mengangkut orang, perusahaan masih punya harapan,” jelasnya. [Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *