Kapal Madidihang merupakan satu-satunya kapal latih/riset yang dimiliki pemerintah Republik Indonesia. Bahkan, Madidihang merupakan satu-satunya kapal latih/riset yang ada di kawasan Asia Tenggara. Sehingga KKP melihat keberadaan dan operasional Madidihang, sama seperti sebuah tanggung-jawab. “Kami mau menunjukan karakter sumber daya manusia unggulan, terutama bidang kelautan dan perikanan.”
Madidihang 03 dibangun pada tahun 2009 di galangan kapal Astilleros Gondan Shipyard, Spanyol. Kapal ini didesain untuk dapat mengoperasikan alat tangkap dan peralatan survey kelautan (multi-purpose vessel). Setelah selesai dibangun, kapal langsung dilayarkan dari Spanyol pada 3 Maret 2010. Kapal tiba di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman pada 8 Mei 2010.
“Ini riset pertama kali, terkait dengan tata kelola kawasan konservasi perairan. Kami sudah menyiapkan program untuk mendukung kegiatan riset. Setelah pelaksanaan, kami akan mengevaluasi untuk perbaikan. Kami mengerahkan energy dan pemikiran agar kegiatan pendidikan melalui riset bisa menopang pembangunan nasional.”
Kapal latih/riset semakin penting, mengingat keberpalingan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya, Jusuf Kalla (JK) terhadap orientasi pembangunan bidang perikanan dan kelautan. Fakta lain, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang bertumpu pada konektivitas laut, darat dan udara. “Para duta dari STP ini yang bisa merefleksikan praktik dan penerapan good ocean governance secara luas pada setiap kegiatan internasional.”
Sementara itu, salah satu taruni Nancy Maharani mengatakan bahwa keikut-sertaan pada riset di atas kapal Madidihang, bukan hanya tantangan karir tetapi juga kurikulum STP. Siswi tingkat II (dua) STP tersebut mengaku bahwa kegiatan berlayar di atas kapal tidak lagi dominasi kaum adam (taruna). Sebaliknya, para taruni semakin intens mengikuti kurikulum STP terutama pelayaran. “Saya dari para taruni lainnya yang berlayar bukan dari jurusan penangkapan ikan atau permesinan kapal. Tetapi keikut-sertaan kami berada di lingkup kelautan didasari semangat. Kami juga sudah bisa sejajar dengan pekerjaan yang selama ini didominasi kaum adam,” Nancy Maharani mengatakan kepada Redaksi.
Pelayaran dari Jakarta sampai Bali adalah bagian dari kegiatan perencanaan pengelolaan kawasan konservasi perairan yang partisipatif. Sehingga Standar kompetensi dengan beberapa indikator utama yang terdiri menjadi bagian dari profesionalisme SDM kelautan dan perikanan. KKP memfasilitasi proses penyusunan rencana pengelolaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. “Kami wajib mengikuti kurikulum, termasuk ikut berlayar. Kebetulan kegiatan riset kali ini terkait dengan konservasi. Tidak ada beban bagi kami. Kalaupun ada masalah kewanitaan (menstruasi), saya hanya merasa sedikit pusing. Agak susah, tapi saya pribadi bisa mengatasi selama berlayar di atas kapal.” (Liu)