Khadafi dan Keluarga Jadi Buruan Interpol


DEN HAAG – Pelarian Moammar Khadafi, pemimpin pemerintahan Libia, makin sulit.

Mahkamah Internasional atau International Criminal Court (ICC) segera mengeluarkan surat perintah penangkapan atau Red Notice untuk sang kolonel dan anaknya, Seif al-Islam, serta adik iparnya, Abdullah Al-Senussi.

Surat ini menegaskan kewajiban bagi negara manapun untuk tak menampungatau memberikan suaka kepada Khadafi, anaknya, dan sang ipar.

“Menangkap Khadafi tinggal hitungan waktu,” kata Luis Moreno-Ocampo, Ketua Tim Jaksa di ICC, di Den Haag, Belanda, Kamis (8/9) malam.

Moreno-Ocampo mengatakan, surat Red Notice itu akan segera dikirimkan ke Interpol. Khadafi beserta dua anggota keluarganya, disangka atas kejahatan kemanusiaan terhadap para demonstran.

Abdullah Al-Senussi dan Seif al-Islam dinilai sebagai otak dan pelaksana operasi pemberangusan para demonstran di Libia sejak Februari lalu. Ketiganya akan diadili di ICC jika tertangkap.

Sementara itu, pihak oposisi Khadafi, Dewan Transisi Nasional, mengklaim sudah berhasil menguasai seluruh Tripoli dan menyudutkan Khadafi beserta keluarganya.

Namun, belum diketahui sejauh ini keberadaan yang bersangkutan. Juru bicara militer Dewan Transisi Nasional, Anees Al-Sharif, menolak menyebut di mana Khadafi disinyalir kuat bersembunyi.

Namun, Abdallah Kenshil, anggota pelobi Dewan, menyebut pihaknya sudah tahu keberadaan dua anak Khadafi, salah satunya Seif al-Islam, ada di sebuah lokasi di Bani Walid, sekitar 150 kilometer dari Tripoli. “Kakak beradik Mutassim dan Seif ada di wilayah Bani Walid. Agen kami melihatnya,” beber Kenshil.

Sebaliknya, Khadafi dari sebuah wilayah yang dirahasiakan mengeluarkan seruan kepada pendukungnya untuk tetap berjuang melawan oposisi. Pesan ini juga ditayangkan di televisi Suriah, Tai TV, Kamis.

“Pesan yang dikemukakan itu jelas menolak perdamaian. Jadi dia (Khadafi-red) tetap mengobarkan semangat perang saudara. Bahkan dia minta pendukungnya untuk membumihanguskan masjid-masjid yang dipakai pejuang- pejuang kami,” kata Kenshil.

Tudingan SARA

Sementara itu, Korea Selatan juga mengikuti langkah Inggris membuka kembali kedutaan besarnya di Tripoli, yang ditutup sekitar empat bulan lalu. Pembukaan itu dikawal juga oleh Dewan Transisi Nasional Libia (NTC) yang kini tengah sibuk untuk memindahkan kantor pusatnya ke Tripoli dari markas sebelumnya di kota pelabuhan timur Benghazi.

“Kedutaan kami di Tripoli dibuka kembali hari ini beserta semua staf kedutaan, termasuk Duta Besar Dae Jo-sik,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Cho Byung-jae.

Sebelumnya, Korsel memindahkan staf kedutaannya ke sebuah pulau di Tunisia pada 29 Mei lalu. Cho bahkan mengatakan bahwa Korsel menjanjikan akan mencabut pembatasan perjalanannya ke Libia jika situasi keamanan stabil.

Namun, kecaman terhadap Dewan Transisi Nasional justru kemukakan oleh Afrika Bersatu. Ketua Komisi Afrika Bersatu, Jean Ping, menyatakan banyak anggota Afrika Bersatu belum mengakui NTC. Mereka menuding petinggi-petinggi NTC tak suka terhadap kalangan kulit hitam.

“Warga kulit hitam dibunuh. Leher mereka digorok dan dituduh jadi tentara bayaran. Apakah Anda pikir normal di negara dengan sepertiga warga berkulit hitam, orang hitam dirancukan dengan tentara bayaran?” kata Ping.

Kondisi ini disinyalir diakibatkan tindakan Moammar Khadafi yang menyewa banyak orang Afrika sub-Sahara untuk angkatan bersenjatanya dan sejak pasukan pemberontak menguasai Tripoli bulan lalu. Serangan balasan menyebabkan banyak tentara bayaran itu tewas.

“Ada tentara bayaran di Libia. Banyak di antara mereka yang hitam, tapi tidak hanya kulit hitam dan tak semua orang hitam tentara bayaran. Kadang, jika berkulit putih, mereka menyebut diri penasihat teknis,” kata Ping dengan nada sinis

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *