Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 2014-2019 seperti tidak bisa dilepaskan dari kegaduhan. Di awal masa tugasnya, fraksi-fraksi di DPR masih terpolarisasi antara Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat dan gaduh berebut kursi.
Setelah kegaduhan KMP dengan KIH reda dan DPR bisa bekerja normal, DPR justru merencanakan pembangunan tujuh proyek kompleks parlemen yang membuat kegaduhan baru.
Belum lagi permintaan dana aspirasi Rp 11,2 Triliun per tahun dan kenaikan tunjangan.
Di bidang legislasi, rencana DPR merevisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi juga menimbulkan kegaduhan karena dianggap ingin memperlemah KPK.
Kunjungan DPR keluar negeri pun turut menjadi sorotan setelah Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon menghadiri kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Terakhir, kegaduhan kasus pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden untuk meminta saham Freeport yang menjerat Setya Novanto sukses membuatnya lengser dari pimpinan DPR.
Ketika tapuk kepemimpinan berpindah ke tangan Ade Komarudin, kegaduhan masih juga terjadi. Upaya revisi Undang-Undang KPK masih terus dilakukan.
Ade juga menghidupkan kembali proyek pembangunan gedung baru, kali ini dengan dalih membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara.
Siapa sangka kegaduhan yang terbaru diciptakan oleh isteri-isteri anggota DPR karena wisata mereka ke Jepang.
Plesir ke Jepang
Sejak Sabtu (2/4/2016), foto 11 isteri anggota DPR dibawah pohon sakura yang sudah mekar tersebar luas di kalangan wartawan hingga akhirnya merembet ke media sosial.
Dalam foto tersebut, para isteri anggota DPR berbaris rapi sambil mengibarkan spanduk berlogo DPR dan bertuliskan “Persaudaraan Istri Anggota (PIA) DPR RI Periode 2014-2019”.
Setelah ramai menjadi pembicaraan hingga pemberitaan, Ketua DPR Ade Komarudin pun angkat bicara mengenai kunjungan itu.
Ade mengakui, istri-istri anggota DPR yang berlibur ke Jepang dari tanggal 30 Maret-7 April 2016 itu telah melakukan kekeliruan. Sebab, mereka berfoto di bawah pohon sakura dengan membawa spanduk berlogo DPR dan mengatasnamakan PIA DPR.
“Mereka hanya keliru, bisa dibilang genit lah menggunakan spanduk PIA padahal tidak dalam rangka agenda PIA,” kata Ade di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Karena menggunakan logo DPR dan mengatasnamakan PIA, banyak masyarakat yang melihat foto itu pun berpikir bahwa acara tersebut dibiayai oleh Kesetjenan DPR. Padahal, Ade menjamin bahwa mereka menggunakan biaya sendiri.
“Tetapi, kalau istri saya enggak ikut di situ,” kata Ade.
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto, yang istrinya tidak ikut dalam kunjungan itu, juga ikut mengkritik para istri anggota dewan. Dia menilai, perjalanan wisata semacam itu sebaiknya tidak dilakukan karena bertentangan dengan etika.
“Saya juga bilang ke istri saya, seyogyanya jangan dilakukan, bisa merusak hubungan batin terkait etika. PIA itu perjalanan wisata. Pakai biaya masing-masing, tapi lebh baik menghindar,” kata dia.
Selanjutnya: Tak terima disebut “genit” ( Kps / IM )
KATA “ETIKA” TERLALU AMAT,SANGAT “SANTUN”…..UTK MENEGASKAN KATA APA YG PALING….PALING……..TEPAT………DISGUSTING!!!!
anggota DPR suaminya Maling dan Istri2nya nge Lonte biar bisa jalan2.
rasanya indonesia ini tidak perlu ada DPR .dia tidak pernah memikirkan penderitaan rakyat malah sibuk memperkaya diri sendiri termasuk istri2nya yang tidak punya rasa malu