Presiden Tiongkok Hu Jintao baru-baru ini memerintahkan angkatan laut bersiap untuk pertempuran, seiring meningkatnya ketegangan di kawasan terkait sengketa maritim di Laut China Selatan, serta kampanye Amerika Serikat (AS) untuk memperkuat posisinya sebagai penguasa Pasifik.
Pada pidatonya di Komisi Militer Pusat, Hu mengatakan angkatan laut harus mengakselerasi transformasi dan modernisasi dengan cara yang tegas, dan membuat persiapan lebih untuk peperangan demi memberi kontribusi yang besar dalam melindungi keamanan nasional. “Pekerjaan kita harus terkait erat dengan tema utama pertahanan nasional dan pembangunan militer,” katanya.
Pernyataan Hu yang dipublikasikan melalui situs pemerintah, keluar seiring pernyataan negatif dari AS dan negara-negara tetangga Tiongkok mengenai pembangunan kekuatan angkatan laut Tiongkok di Laut China Selatan. Beberapa negara telah berlomba mengklaim sebagian wilayah laut yang merupakan jalur pelayaran penting serta kaya sumber daya alam.
Diantaranya Vietnam dan Filipina. Bahkan AS yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan untuk menjaga posisinya sebagai penguasa Pasifik, turut ikut campur dalam konflik. Pentagon meredam pernyataan Hu agar angkatan laut Tiongkok bersiap untuk pertempuran, menyebut bahwa Beijing memiliki hak untuk mengembangkan militernya.
“Mereka berhak mengembangkan kemampuan militer dan menyusun rencana, seperti halnya yang kami lakukan,” kata juru bicara Pentagon George Little.
Sementara juru bicara Pentagon lainnya, Laksama John Kirby, menyebut bahwa tidak ada pihak yang berusaha mencari pertikaian. Â “Tidak ada yang mencari pertikaian di sini. Jelas kami tidak akan iri pada kesempatan negara lain, hak membangun angkatan laut untuk siap. Angkatan laut kami siap dan mereka akan tetap siap,” ucapnya.
Pernyataan Hu dikeluarkan terkait perjalanan ke Asia oleh beberapa pejabat senior AS, termasuk Presiden AS Barack Obama, Menteri Pertahanan Leon Panetta dan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Â November lalu, Perdana Menteri (PM) Tiongkok Wen Jiabao juga telah menegaskan penentangan atas interfensi kekuatan asing dalam sengketa maritim di kawasan, termasuk di Laut China Selatan.
Tiongkok juga telah mengumumkan rencana menggelar latihan perang di Laut Pasifik, setelah Obama yang mengklaim dirinya sebagai presiden pertama Pasifik, mengumumkan penempatan lebih dari 2.500 marinir AS di Australia.
Tiongkok memiliki jumlah pasukan terbesar di dunia, yang sebagian besar merupakan pasukan darat. Namun angkatan laut Tiongkok telah memainkan peningkatan peran kunci, seiring upaya Tiongkok mengembangkan kekuatan maritimnya.
Pada awal 2011, Pentagon juga telah menyuarakan kekhawatiran mengenai peningkatan fokus Tiongkok pada kekuatan lautnya, dan telah menginvestasikan persenjataan berteknologi tinggi yang akan menambah jangkauan mereka di Pasifik dan lebih jauh lagi.
Kapal induk Tiongkok yang pertama, telah memulai uji coba pelayaran yang kedua, pekan lalu, setelah melalui perombakan dari kapal induk bekas yang dibeli dari Rusia. Uji coba pertama kapal induk sepanjang 300 meter itu selama lima hari, Agustus lalu, telah menarik perhatian sejumlah negara yang khawatir dengan peningkatan kekuatan Tiongkok.
Beijing telah menegaskan bahwa kapal induk yang mereka bangun dari bekas kapal Soviet itu tidak akan menjadi ancaman, dan akan digunakan terutama untuk kepentingan pelatihan dan penelitian. Namun uji coba kapal induk Tiongkok, Agustus lalu, telah membuat Jepang dan AS meminta Beijing menjelaskan mengapa Tiongkok membutuhkan kapal induk