Kekhawatiran AEC 2015 pada Free Flow of People, Goods, Services


GAPPI (Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia) melihat agenda AEC (ASEANEconomic Community) 2015 tidak melulu terkait tarif bea masuk. Implementasi AEC berujung pada penurunan bea masuk, dari 99 persen menjadi 0 (nol) persen. “Tetapi yang kita takuti bukan tarif, melainkan free   flow of people, goods,services, and capital (liberalisasi tenaga kerja, jasa layanan dan modal),” Anton J. Supit, Ketua Umum GAPPI mengatakan kepada Harian Nusantara (12/9).
Kesiapan Industri dalam negeri Indonesia menghadapi AEC 2015 sempat juga menjadi bahasan mantan Dirjen WTO (World Trade Organization) Pascal Lamy. Pertemuan yang berlangsung di kantor CSIS di bilangan Tanahbang Jakarta Pusat. “Saya sempat hadir pada pertemuan tersebut. Dan Pascal Lamy menjelaskan, bahwa kekhawatiran bukan pada masalah tarif, melainkan non-tariff barriers.”
 
Catatan lain dari analisa neraca perdagangan Indonesia, sebaiknya jangan dilihat secara partial.Sebaliknya pemerintah Indonesia harus melihat secara keseluruhan. Misalkan perdagangan bilateral Indonesia-Thailand, mungkin surplus untuk Thailand. Tetapi Indonesia masih surplus dalam konteks bilateral dengan negara lain di luar Thailand. Sehingga surplus dengan negara lain bisa menutupi defisiti bilateral Indonesia-Thailand. “Kita juga harus mengambil perspektif (neraca perdagangan) bahwa ekspor baik, impor juga baik. Kalau kita desak ekspor saja, dan menolak impor, lalu siapa yang mau dagang dengan kita?.”
GAPPI juga mendesak industriawan perunggasan Indonesia belajar dari success storyBrazil atau negara-negara lain seperti Thailand, Korea, Tiongkok yang pertumbuhan ekonominya pesat melesat. Brazil, Thailand menggagas multi-sinergi antara sektorgovernment dengan sektor perusahaan (baik swasta nasional maupun BUMN) dalam mengelola dan mewujudkan pembangunan ekonomi terintegrasi. Gagasan dengan embel-embel ‘Incorporated’ atau dengan singkatan Inc., dan menjadi acuan bagi negara-negara lain. “Sinergi dari Brazil Incorporated, sama dengan Thailand berawal dari pengubahan perilaku birokrat kita di Indonesia.”
Brazil merupakan satu dari empat negara selain Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan yang berada dalam satu naungan Konferensi BRIC yang notabene akronim empat negara. Ke-empat negara plus Afrika Selatan diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi, mengalahkan negara-negara terkaya di dunia saat ini pada tahun 2050. “Saya akui, saya pernah temu dengan duta besar Indonesia untuk Brazil. Beliau menjelaskan perilaku birokratnya, terutama para menteri. Ketika ada satu pertemuan, menteri hadir, mendengar presentasi pembicara dan tidak langsung pulang. Sehingga dia tahu permasalahan industri.”
Di tempat yang sama, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) Arief Daryanto menegaskan, AEC ibaratnya sebuah pertandingan. Kalau Indonesia tidak sungguh-sungguh berbenah, kekalahan tidak terelakan. Apalagi permintaan produk peternakan ke depan akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk. AEC bisa menguntungkan semua anggota ASEAN. Negara yang sudah maju terus didukung untuk maju. “Tetapi negara yang belum maju harus terus dibantu agar tetap bisa bersaing,” Arief mengatakan kepada Harian Nusantara (12/9).
AEC 2015 menjadi ujian awal sebelum menghadapi pasar global. Usaha peternakan tak jarang dipengaruhi kondisi makro ekonomi perdagangan dunia. Ketika nilai tukar Rupiah melemah terhadap US Dolar, industri peternakan dari hulu sampai hilir terkena dampak. Dengan gambaran makro ekonomi Indonesia, pelaku usaha peternakan harus bekerja lebih keras terutama saat menghadapi AEC.
Indonesia memiliki potensi perunggasan yang sangat besar. Pasar dalam negeri yang sangat besar dan masih ada peluang ekspor. Sektor ini berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi nasional. Karena bisa menyerap tenaga kerja kurang lebih 2,5 juta orang. Terbukanya lapangan kerja di pedesaan, dengan adanya usaha peternakan unggas, dapat menghambat laju urbanisasi. Perunggasan juga merupakan faktor penggerak industri terkait di bidang pertanian. Usaha budidaya jagung, dedak padi dan lain sebagainya mengontribusi omzet industri sampai Rp 120 triliun per tahun. Salah satu pemicu kemajuan industri peternakan adalah promosi melalui pameran, termasuk VIV Asia 2015. Rencananya VIV Asia akan berlangsung pada 11 – 13 Maret 2015 di BITEC, Bangkok Thailand. “Penyelenggaraan dua kali dalam setahun juga menjadi contoh alih informasi, pengetahuan dan teknologi peternakan.”
Gelaran ini mampu mengait pelaku usaha dan profesional dari Afrika, Asia dan Timur Tengah. Tak mengherankan, bila VIV Asia 2013 diramaikan 753 perusahaan dari 48 negara, dihadiri 33.229 pengunjung dari 118 negara. Kesuksesan ini karena pelaku usaha merasakan keuntungan berperan serta dalam pameran. Perusahaan pemasok sarana produksi peternakan dapat meraih respons sesuai target. Sementara peternak atau industri peternakan bisa memperbaharui pengetahuan dan sarana serta prasana atau mesin dengan yang terkini. (Liu)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

221 thoughts on “Kekhawatiran AEC 2015 pada Free Flow of People, Goods, Services

  1. pengamat
    September 13, 2014 at 1:06 am

    kagak perlu terlalu kuatir. Dengan adanya masyarakat ekonomi ASEAN TKI justru senang karena bisa bekerja di negara jiran dengan bebas. Kalau buruh negara lain bakal mikir-mikir kerja di indonesia, karena gajinya kecil. Belum lagi masalah penguasaan bahasa.

  2. James
    September 13, 2014 at 2:02 am

    Manager-manager di Jakarta tuh banyak dari Negara lain sengan gaji besar, pake dollar lagi, terutama dari filipina, India, Singapore pada numplek tuh si Jakrta !!!

  3. pengamat
    September 14, 2014 at 6:12 am

    seharusnya pemerintah membuat aturan tenag kerja asing dibayar pake rupiah.

  4. james
    September 14, 2014 at 11:49 pm

    tenaga asing gak Terima Gaji kalau tanpa Dollar karena Rupiah selalu Amblas !!! mana ada yang mau ??? gak ada dalam sejarah nya !!!

  5. pengamat
    September 15, 2014 at 9:42 am

    kalau ngga mau ya sudah, jangan kerja disini.

  6. james
    September 15, 2014 at 10:57 pm

    Indonesia bangkrut dong !! banyak tenaga yang gak Becus !!!

Leave a Reply to pengamat Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *