Kawanan Babon Rampok Apartemen di Afrika Selatan


Di Afrika Selatan, babon (Papio ursinus) kerap masuk permukiman warga. Umumnya mereka mencari makanan dan minuman untuk disantap.

Namun kawanan babon di Cape Town tak lagi tertarik berburu makanan di permukiman warga. Dalam kasus terbaru, kawanan babon lebih dari 10 ekor menyerbu apartemen di kota itu. Para babon ini tak hanya menjarah makanan, namun juga barang-barang yang menarik perhatian mereka, mulai boneka panda hingga karpet dan tirai.

Babon menjadi hewan dilindungi di negeri itu sejak 1999. Di sekitar Cape Town, saat ini hidup sekitar 500 babon yang tinggal dalam 16 kelompok, yang terputus dari habitat asli mereka.

Untuk bertahan hidup, mereka mengais makanan di tong sampah, mencuri makanan dari toko-toko dan pasar, serta menanti “derma” di sekitar lokasi piknik. Beberapa bahkan mencermati dan tahu persis kapan gerobak sampah akan tiba dengan pasokan sampah segar.

Namun keberadaan babon liar ini kini dirasa makin mengganggu warga. Mereka akan menyelinap masuk begitu melihat pintu atau jendela terbuka. “Tidak ada yang mengerti apa yang terjadi di sini! Ini adalah mimpi buruk yang sempurna,” kata seorang warga, yang keranjang belanjaannya dari supermarket langsung disambar kawanan babon.

Makin menyebalkan, kata dia, karena babon tak lagi takut pada manusia. Upaya untuk mengusir dengan tongkat, katanya, sia-sia belaka.

Gangguan tak hanya dirasakan warga, tapi juga pemilik perkebunan. Manajer kebun anggur Groot Constantia, Jean Naude, menyatakan nyaris gagal panen karena serbuan 40 ekor babon. Mereka terpaksa merogoh kocek ekstra untuk membayar lebih banyak penjaga dan memagari kebun.

“Bom waktu tengah terpasang di sini. Sesuatu dapat terjadi,” dia mengibaratkan.

Jenni Trethowan, yang dijuluki The Lady Baboon karena mengabdikan dirinya untuk melestarikan babon, menyatakan warga beraksi berlebihan atas serangan babon. Pemimpin lembaga nirlaba Baboon Matters Trust ini menyatakan, sejak lama, babon berinteraksi baik dengan warga.

“Selama ratusan tahun, babon dan manusia telah berinteraksi di sini, di Semenanjung Cape,” katanya. “Foto-foto dari tahun 1950-an menunjukkan warga tersenyum dengan babon duduk di kendaraan mereka,” katanya.

Jika ada pola interaksi yang berubah, katanya, warga harus introspeksi. “Jangan lupa bahwa agresi menciptakan agresi. Sikap kitalah yang membuat kita harus menanggung akibatnya,” katanya, menyebut tindakan “penuh kebencian” pada babon yang membuat babon kian agresif.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *