Jenderal Kopi Bulog Ikut Serta pada Pameran Perdagangan di Konjen RI LA September 2020
dilaporkan: Setiawan Liu

Buwas, panggilan akrab Budi Waseso, menceritakan awal mula keterlibatannya masuk ke bisnis kopi. Bermula ketika dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2018 dan menemukan ladang ganja subur di Aceh. “Program alternative development, tanaman kopi untuk menghilangkan tanaman ganja. Saya juga akan buat (komoditas) teh jenderal, coklat jenderal. Launching (teh, coklat) sebentar lagi,” tegasnya.
Bisnis Jenderal Kopi juga sebagai alternative development terhadap pemanfaatan lahan tanaman kopi ganja atau percampuran jenis kopi Gayo dan Jawa. Dengan sigap, ia mengganti lahan kopi ganja dengan tanaman lain, yakni kopi. Ide tersebut ia dapat ketika bertolak Kolombia, saat menangani kasus narkotika. Buwas pun mempelajari jenis tanah, udaranya, ketinggiannya sangat baik untuk ditanam ganja yang sepertinya juga cocok untuk ditanami kopi. “Alternative development tidak bisa ganja, harus berubah. Ganja kurang bermanfaat, dan harus dihilangkan. Salah satu ide dari Kolombia mengatakan kopi. Karena ketinggian 1.200-1.400 meter itu bagus untuk kopi dan hasilnya berkualitas,” kata Buwas
Ide mengembangkan bisnis kopi juga muncul karena adanya desakan petani kopi yang bingung menjual hasil saat panen. Alhasil, kopi yang telah dipanen ditampung dan dijual ke luar negeri seperti Eropa dan Meksiko. Ekspansi ke luar negeri pun membuahkan hasil yang cukup baik, yang mana saat ini sudah ada tujuh negara telah menjadi konsumen tetap dari Kopi Jenderal miliknya. Hasilnya, kopinya berhasil masuk Eropa sehingga ia terus termotivasi dengan prospek pasarnya. Tercatat, ada tujuh negara yang terus menyerap kopinya. “Saya dikenal dengan nama ‘Buwas’ dan yang menginisiasi produk ini saya. Sehingga nama saya dicantumkan, karena awal (rintisan bisnis) dari saya,” tegasnya
Buwas pun mendapat apresiasi dari Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. Menurutnya, langkah tersebut mampu mengangkat derajat kopi Nusantara di kancah internasional. Upaya ini juga membuka peluang Usaha Mikro Kecil dan Menangah (UMKM) untuk naik kelas. Untuk mendukung bisnis komoditas ini, Kementerian Perdagangan menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan jumlah Rp 50 juta tanpa agunan bagi UMKM. (sl/IM)















