Jelang Imlek, Nyonya Lauw Kebanjiran Pesanan


JAKARTA, – Sejumlah karyawan wanita tampak sibuk meletakkan dodol yang matang di atas plastik kemudian dengan cekatan membentuk dodol tersebut dan mengikat kedua sisi plastik.

Sementara itu, di bagian belakang tampak belasan karyawan pria yang mengaduk adonan dodol dan kue keranjang. Asap dari kayu bakar tampaknya tidak mengganggu mereka bekerja di Pabrik Dodol dan Kue Keranjang milik Nyonya Lauw, yang berada di Jalan Lio Baru Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten, Jumat (21/1/2011).

Nyonya Lauw (85) tampak duduk memperhatikan karyawannya bekerja. Karena  usianya yang sudah lanjut, dia menyerahkan bisnis yang telah dirintis sejak tahun 1962 itu kepada anak laki-lakinya Umar Sanjaya alias Iyong.

“Saya mula-mula bikin dodol, nepung sendiri, menjajakan juga sendiri, nawarin ke tetangga dan kenalan saya, waktu itu belum banyak buatnya,” kata Nyonya Lauw.

Kegigihan Nyonya Lauw membuahkan hasil. Beberapa kenalannya mulai menawarkan bantuan untuk menjajakan dodol buatan Nyonya Lauw kepada rekan-rekan di Jakarta.

Bisnis ini pun semakin berkembang, Nyonya Lauw kemudian mencoba membuat kue keranjang dan ternyata juga berhasil. Permintaan dodol dan kue keranjang yang meningkat membuat Nyonya Lauw mulai menerima karyawan.

Menjelang Imlek, jumlah karyawan yang dipekerjakan Nyonya Lauw bisa mencapai 150 orang. Tugas mereka pun dibagi-bagi. Karyawan pria biasanya memiliki tugas untuk mengolah adonan dodol dan kue keranjang, sedangkan karyawan wanita mengemas dodol dan kue keranjang hingga menumbuk beras.

“Kalo dekat imlek ini, semua kuali untuk mengaduk dodol pasti kepake. Karyawan datang sendiri, mereka udah ngerti kalo kita butuh tenaga tambahan, soalnya pesanan juga banyak,” kata Nyonya Lauw.

Umar Sanjaya mengatakan bahwa pesanan datang dari wilayah Jabodetabek saja. Kebanyakan untuk dijual kembali.

“Kalo di sini mereka ngambil banyak untuk dijual lagi, untuk dodol biasa sekilonya Rp 33.000, nah di pedagang bisa jadi Rp 40.000 per kilonya. Kalo kue keranjang perkilonya Rp 24.000,” kata Umar.

Namun tidak sedikit pembeli yang datang langsung membeli dodol dan kue keranjang untuk dipersembahkan khusus kepada dewa menjelang Imlek. “Saya udah lama beli kue kerangjang atau dodol di tempat Nyonya Lauw, udah bertahun-tahun dari zaman ibu saya,” kata Yeni (60) yang datang membeli kue keranjang sembilan susun.

Membuat kue keranjang dan dodol memang cukup memakan waktu dan tenaga. Proses pengolahan kue keranjang membutuhkan waktu sekitar 12 jam mulai dari mengaduk adonan hingga mengukus. Sedangkan dodol memakan waktu sekitar lima jam. Para karyawan harus mengaduk adonan secara terus menerus hingga mengental dan berubah warna.

Bagi Nyonya Lauw, bisnis yang sudah berjalan 49 tahun ini bukan hanya soal memperoleh keuntungan, namun melalui bisnis ini dia bisa memberikan kesempatan bagi warga sekitar untuk mendapatkan penghasilan.

“Ya setidaknya bisa menghidupi orang yang gak punya kerjaan,” kata Nyonya Lau.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *