Ironis!!! Uang Menyatukan Para Religius Ini


FB_IMG_1485569949982Kasus suap-menyuap yang menyeret seorang anggota hakim Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar, dan seorang pengusaha daging sapi impor, Basuki Hariman, menyingkap sisi lain kehidupan mereka. Saya baru menyadari bahwa kedua orang ini bukan orang biasa. Bukan sekedar seorang hakim dan seorang pebisnis. Tapi mereka juga tokoh agama.

Patrialis Akbar dikenal sebagai seorang ustadz yang sering mengisi ceramah dimana-mana. Begitu juga dengan Basuki Hariman merupakan seorang pendeta yang biasa memberi khotbah di Gereja. Sisi lain hidup mereka memberikan kesaksian bahwa godaan dunia dapat menyerang siapa saja. Tak peduli ia seorang ustadz atau seorang pendeta.

Itulah mengapa. Patrialis Akbar menganggap dirinya telah dijebak, begitu juga Basuki Hariman. Meskipun, setiap orang yang berbuat dosa akan mengelak di hadapan manusia. Tapi, sebagai tokoh agama, sosok Patrialis dan Basuki, memakai rompi orange akan sangat memukul harga diri mereka.

Dalam suatu pengajian, misalnya. Patrialis Akbar membahas Surah Al-Baqarah ayat 188 yang berbunyi, “Dan janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara batil, dan jangan pula kamu menyerahkan harta itu sebagai suap kepada penguasa dengan tujuan supaya kamu dapat memakan sebagian harta manusia dengan cara berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

Sebagai seorang ustadz, tentunya, Patrialis akan mengajak jamaah untuk senantiasa hidup bersih dan jujur. Jangan sampai tergoda oleh harta, tahta juga raisa. Jangan pernah memberi suap ataupun menerima suap yang dengannya kamu bisa menikmati harta orang lain. Sekali-kali jangan.

Dengan menggebu-gebu, bahkan sampai menghentakkan tangan di atas mimbar, seorang Patrialis, misalkan, menyampaikan perihal hidup bersih dan jujur. Para jamaah pun larut dalam setiap rangkaian kata yang sarat makna itu. Sampai di rumah. Para jamaah bertekad untuk menjalani hidup yang lurus-lurus saja.

Tak lama, terdengar kabar, ustadz mereka ditangkap KPK. Kasusnya suap-menyuap. Banyak jamaah yang tidak percaya. Sampai-sampai ada yang kejang-kejang mendengar berita di layar kaca. Mereka beranggapan ini pasti sebuah konspirasi untuk mengkriminalisasi ulama. Yang sadar tentu akan berkata, perbuatannya tak semanis mulutnya dalam menjual ayat Quran.

Begitu pula seorang Basuki Hariman. Misalnya, menyampaikan khotbah dalam sebuah acara kebaktian yang membahas Kitab Keluaran pasal 23 ayat 8 yang bunyinya, “Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.”

Lalu, misalkan, Basuki Hariman menguraikan, bahwa banyak sekali ayat dalam Alkitab yang melarang kita untuk memberikan suap. Sebab dampak buruk dari suap membuat orang menjadi buta hati nuraninya. Orang jadi tidak ragu-ragu lagi untuk memutarbalikkan kebenaran. Membuat orang jadi tebang pilih. Dan, membuat orang jadi bersikap tidak adil.

Jamaah pun ngangguk-ngangguk. Meresapi setiap kata dalam Kitab Suci. Dan, menikmati setiap ulasan dari sang pendeta. Hingga akhirnya, terbentuklah sebuah tekad untuk hidup bersih dan jujur. Menjauhkan diri dari pola hidup yang tidak sehat dengan cara menyuap orang untuk memberikan sedikit keuntungan duniawi.

Tak lama terdengar berita. Pendeta mereka ditanggap KPK. Kasusnya adalah suap-menyuap. Para jamaah pun kaget setengah mati. Kekecewaan mulai menyelimuti hidup mereka. Rasa tak percaya mulai menghantui. Sayangnya, jamaahnya tak suka teori konspirasi. Mereka akhirnya ikhlas menerima. Mungkin ini ujian dari Tuhan.

Cerita di atas hanya rekayasa penulis untuk menggambarkan bahwa menjadi seorang pengkhotbah Kitab Suci, harusnya, apa yang disampaikan Firman Tuhan sudah harus terpatri dalam tindak-tanduk mereka. Mereka yang harus memberikan contoh, hidup jujur itu seperti apa, adil itu seperti apa. Mau tidak mau, suka tidak suka, seorang agamawan adalah panutan dan teladan. Jangan sampai, agamawan menjadi tontonan yang menjatuhkan martabat agamanya.

Memang tidak adil jika kita menilai agama dari kelakuan tokoh agamanya. Tapi, itulah manusia. Manusia suka menilai seseorang dari identitas yang ia miliki.

Ini memang keterlaluan. Berlagak saleh dan agamis, tapi di dalam hatinya penuh dengan kebusukan. Padahal Quran telah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan? Sangatlah dibenci di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)

Hal ini serupa dengan apa yang disampaikan Yesus dalam Injil, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” (Matius 23:27)

Semoga tidak ada lagi orang-orang yang berlindung dibalik Kitab Suci untuk sekedar memuluskan rencana-rencana kotor mereka. Ini sungguh keterlaluan, jika agama hanya dijadikan kedok untuk menutupi kebusukan seseorang.

Tapi… Setidaknya kita mendapat sebuah pelajaran bahwa toleransi beragama bisa kok ditegakkan. Kalau dengan iman tidak bisa, dengan uang pasti bisa. Hahaha..( Sworld / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

2 thoughts on “Ironis!!! Uang Menyatukan Para Religius Ini

  1. Lili Om Phd
    January 29, 2017 at 1:34 pm

    Awas,,,, jgn bawa2 agama.!!! Kalo masalah korupsi itu kembali ke individu masing2.

  2. Perselingkuhan+Intelek
    January 29, 2017 at 9:50 pm

    Patrialis baik Hariman mereka menghadapi Hukum Koruptor di Indonesia tapi Hukum Akhir adalah Hukum yang dimana mereka Tidak Bisa Lolos atau Mengelak sekalipun, karena mereka harus mempertanggung Jawabkan kepada yang Maha Kuasa

Leave a Reply to Lili Om Phd Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *