INVESTIGASI : MENGUNGKAP MISTERI TERCOBLOSNYA RIBUAN SURAT SUARA DI DESA BENTENG


Pada 9 April 2014 saat seluruh masyarakat Indonesia berpesta demokrasi untuk memberikan hak pilihnya, ada sebagian masyarakat yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Keinginan mereka untuk memilih terpaksa ditunda akibat surat suara yang tertukar dan surat suara yang sudah tercoblos.

Berbicara soal surat suara tercoblos sebelum hari pemungutan suara di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, jumlahnya cukup massif. Hampir semua surat suara sudah tercoblos dan terjadi di seluruh tempat pemungutan suara (TPS) yang berjumlah 22 TPS. Artinya, sekitar 8.200 pemilih yang sudah terlihat antusias untuk memilih akhirnya tidak bisa menggunakan hak pilihnya pada hari itu.

Tim Pengawasan Bawaslu yang melakukan investigasi dan turun ke lapangan untuk menelusuri tentang kebenaran kasus tersebut mencari keterangan dari saksi-saksi, yang kemungkinan besar memiliki data dan fakta atas kejadian tersebut. Beberapa diantaranya, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), Pengawas Pemilu Lapangan dan beberapa aparat keamanan serta warga setempat.

Anggota PPS Desa Benteng, Hendra Effendi yang menjadi saksi dari kejadian tersebut mengatakan bahwa, pada tanggal 8 April 2014 pukul 23.30 WIB, sebelum hari pemungutan suara, Ketua PPS Desa Benteng bernama Chaeruddin menerima perlengkapan pemungutan suara dari PPK. Perlengkapan tersebut masih kurang diantaranya, kunci gembok, dan form C2-KWK plano, sehingga ia memerintahkan staf untuk mengambil kekurangan tersebut ke PPK Ciampea.

Setelah lengkap, akhirnya Anggota PPS berbagi tugas untuk mendistribusikan surat suara ke 22 TPS di Desa Benteng, terkecuali Ketua PPS, Chaerudin. Distribusi baru rampung diselesaikan sekitar pukul 02.00 WIB, Rabu (9/4/2014) dini hari. Perlu diketahui, bahwa dari puluhan desa di Kecamatan Ciampea, hanya Desa Benteng yang kekurangan perlengkapan pemungutan suara dari PPK. Indikasi ini, semakin menambah kecurigaan baru adanya potensi kecurangan.

Pada hari pemungutan suara, semua tampak baik-baik saja sebelum ada salah satu TPS melaporkan bahwa banyak surat suara sudah tercoblos. Anggota PPS, Hendra Effendi langsung terjun ke lokasi TPS dan benar saja sejumlah surat suara sudah dicoblos. Akhirnya, Hendra melaporkan hal tersebut kepada Ketua PPS tentang hal tersebut, namun responnya sangat biasa saja dan mengatakan “dikondisikan saja”.

Laporan surat suara tercoblos ternyata tidak hanya dari satu TPS saja. Setelah itu, hampir semua TPS melaporkan bahwa banyak surat suara yang sudah dicoblos. Hendra pun kembali melaporkan kepada Ketua PPS, namun kali ini sudah tidak dapat dihubungi kembali.

“Alat komunikasinya sudah tidak aktif lagi setelah beberapa kali coba dihubungi. Istrinya pun tidak tahu keberadaan suaminya dan hanya bisa menangis saat ditanyakan hal terkait suaminya tersebut,” ujar Hendra, seperti dilansir dari www.bawaslu.go,id

Yang paling disesalkan banyak pemilih yang sudah memberikan hak suaranya. Mereka memang melihat bahwa ada surat suara miliknya yang sudah dicoblos, namun karena sudah terlanjur berada di bilik suara, mereka tetap saja memilih, sehingga kemungkinan ada dua coblosan berbeda dalam sebuah surat suara.

Menurut pengakuan Hendra, lubang surat suara yang sudah dicoblos berbeda ukurannya dengan surat suara yang dicoblos jika menggunakan paku yang berasal dari KPU. Lubang yang dicoblos sebelumnya, ukurannya lebih kecil daripada yang menggunakan paku dari KPU. Artinya, kemungkinan besar surat suara dicoblos menggunakan paku yang berbeda.

Selain itu, surat suara dicoblos secara asimetris. Letak lubang antara surat suara yang satu dengan yang lainnya berbeda, sehingga kecil kemungkinan dicoblos secara bertumpuk dari atas ke bawah. Asumsinya, maka surat suara yang ribuan dicoblos secara satu persatu, maka harus dikerjakan oleh lebih dari satu orang saja.

Menurut salah satu sumber informasi dari Polsek Ciampea, ditemukan bahwa dua hari menjelang hari pemungutan suara atau pada 7 April 2014 malam hari, Ketua PPS Chaeruddin terlihat berada di tempat penyimpanan perlengkapan pemungutan suara di PPK Ciampea. Ia terlihat bersama beberapa rekan lainnya. Informasi ini semakin menegaskan bahwa ada titik terang indikasi keterlibatan oknum PPS.

“Kami sudah menanyakan kepada beberapa orang tentang keberadaan Ketua KPPS. Ada indikasi dia sedang berada di luar Bogor. Istri dan anaknya, belum memberitahu keberadaan beliau,” tambah sumber informasi tersebut.

Namun, jika dirunut lagi, sangat kecil kemungkinannya oknum PPS terlibat sendiri dalam kasus tersebut. Beberapa data dan fakta menunjukkan kejahatan ini dilakukan secara bersama-sama. Seorang PPS tidak mungkin diperbolehkan masuk ke dalam tempat penyimpanan logistik pemilu, tanpa ada ijin dari PPK atau sekretariatnya. Selain itu, pencoblosan terhadap surat suara yang dilakukan secara satu persatu, sangat kecil kemungkinan dilakukan oleh seorang diri untuk ribuan surat suara.

Untuk informasi, surat suara yang tercoblos, secara kebetulan hanya terjadi di Desa Benteng dari puluhan Desa di Kecamatan Ciampea. Hingga kini, Chaeruddin yang merupakan aktor kunci yang mengetahui kejadian pencoblosan surat suara masih menghilang tanpa alasan yang jelas. Pensiunan guru SMP tersebut menjadi sorotan warga Desa Benteng, karena dianggap paling bertanggung jawab atas kejadian tercoblosnya surat suara itu.

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

13 thoughts on “INVESTIGASI : MENGUNGKAP MISTERI TERCOBLOSNYA RIBUAN SURAT SUARA DI DESA BENTENG

  1. james
    April 15, 2014 at 5:20 am

    Pemilu di Indonesia sudah tidak ada yang jujur lagi, Pemalsuan, Penipuan dan Penyimpangan itu sudah menjadi Kebiasaan Orang-orang Indonesia sekarang ini, maka Rakyat sudah Tidak Percaya lagi sama Caleg dari Partai apapun maka semakin banyaklah para GolPut, kalau saja Pemilu 2014 ini benar-benar Jujur pasti Angka Suara Jokowi dan PDI-P akan lebih tinggi jauh dari yang sekarang diperoleh itu

  2. wiro
    April 15, 2014 at 9:16 pm

    james bahasa kamu rasis banget..klo terjadinya kasuistis jgn menggeneralisasikan semua..tdk semua org indonesia penipu dan pemalsu..hei yahudi..kamu dibayar brp utk profokasi disini..sayangnya bahasa kamu kampungan banget ..jadi ga ada yg respek

  3. James
    April 16, 2014 at 12:49 am

    itu adalah Kenyataan di Indonesia bung Wiro Sableng, yang rasis itu loe malah teriak orang lain rasis, maka kata guwa juga Maling selalu Teriak Maling, berapa banyak Orang Indonesia Penipu dan Pemalsu termasuk juga Korupsi ??? coba ditelaah lebih teliti lagi sedang dibawa Kemana Indonesia ini ?? kalau tabiat orang Indonesia seperti ini terus maka jelas Indonesia sedang menuju Kehancuran secara lambat laun tapi Pasti, pelajari baik-baik Wiro !!!

  4. wiro
    April 16, 2014 at 1:06 am

    james kamu wni bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *