Gerebek Rumah Warga, Densus 88 Ciduk Terduga Teroris Anggota JAD di Kembangan Utara


Rabu (30/6/2021) pukul 11.45 WIB, Vian Harianto dan istrinya, Rahma, dikejutkan oleh serombongan polisi anggota Densus 88 Antiteror yang menerobos masuk ke rumah mereka.

Sejumlah polisi turun dari tiga unit mobil yang terparkir  di depan rumah.

Polisi dengan pakaian serba hitam sembari membawa sejata laras panjang tersebut langsung meminta Vian dan Rahma untuk masuk ke dalam rumah.

“Jangan ada yang merekam,” ucap salah satu polisi dengan nada tinggi.

Rumah Vian dan Rahma yang terletak di Jalan Kampung Salo, Kembangan Utara itu sangat luas.

Rumah mereka dibagi menjadi dua bagian. Bagian bawah merupakan bagian utama yang mereka tempati, sedangkan di lantai dua, ada dua kamar yang mereka ubah menjadi rumah sewa.

Tiga orang polisi berpakaian hitam-hitam segera menuju lantai dua.

Sepuluh menit kemudian, tiga orang polisi itu membawa seorang pria bersetelan putih dan celana cingkrang dengan posisi tangan yang sudah terborgol.

Pria itu adalah Syafrizal, terduga teroris yang menurut hasil penyelidikan sementara merupakan bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Masih menurut hasil penyelidikan sementara, pria kelahiran Jakarta itu berperan sebagai penggalang dana.

“Itu kejadiannya cepat banget, pokoknya masjid azan zuhur, terduga itu sudah di dalam mobil polisi, gak sampai 20 menit” ucap Harianto.

Di lingkungan RT 04 RW 04, Kampung Salo, Kembangan Utara, Syafrizal bukanlah orang baru.

Ia sudah 10 tahun menempati rumah sewa milik Harianto.

Di rumah sewa itu, Syafrizal tinggal bersama istri dan dua anak perempuan. Putrinya yang paling besar berusia 14 tahun.

Menurut cerita Rahma dan Herianto, sosok Syafrizal merupakan pribadi yang baik.

“Cuma agak tertutup aja. Untuk kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, gotong royong itu dia enggak aktif. Pulang dari kerja langsung naik ke atas. Yaudah di dalam kamar,” cerita Heryanto.

Lebih lanjut, kata Rahma, perubahan sikap dan cara berpakaian keluarga Syafrizal berubah sejak dua tahun belakangan.

Semenjak putrinya yang pertama belajar di satu pondok di daerah Sukabumi, Jawa Barat, Syafrizal mengubah penampilannya.

Rambutnya dibiarkan gondrong dan gemar menggunakan celana cingkrang.

Perubahan setelan juga dilakukan oleh Istri Syafrizal dan kedua putrinya.

“Itu kejadiannya cepat banget, pokoknya masjid azan zuhur, terduga itu sudah di dalam mobil polisi, gak sampai 20 menit” ucap Harianto.

Di lingkungan RT 04 RW 04, Kampung Salo, Kembangan Utara, Syafrizal bukanlah orang baru.

Ia sudah 10 tahun menempati rumah sewa milik Harianto.

Di rumah sewa itu, Syafrizal tinggal bersama istri dan dua anak perempuan. Putrinya yang paling besar berusia 14 tahun.

Menurut cerita Rahma dan Herianto, sosok Syafrizal merupakan pribadi yang baik.

“Cuma agak tertutup aja. Untuk kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, gotong royong itu dia enggak aktif. Pulang dari kerja langsung naik ke atas. Yaudah di dalam kamar,” cerita Heryanto.

Lebih lanjut, kata Rahma, perubahan sikap dan cara berpakaian keluarga Syafrizal berubah sejak dua tahun belakangan.

Semenjak putrinya yang pertama belajar di satu pondok di daerah Sukabumi, Jawa Barat, Syafrizal mengubah penampilannya.

Rambutnya dibiarkan gondrong dan gemar menggunakan celana cingkrang.

Perubahan setelan juga dilakukan oleh Istri Syafrizal dan kedua putrinya.

“Semenjak anaknya yang pertama masuk pondok, semuanya (istri dan kedua Syafrizal) mulai menggunakan cadar,” ujar Rahma.

Soal perubahan gaya penampilan keluarga Syafrizal, Rahma tidak ingin ambil pusing.

“Saya nggak pernah tanya-tanya, sih, nanti dikira kepo,” tutur Rahma.

Gemar pergi malam

Tak hanya penampilan, dalam dua tahun belakangan, menurut Rahma dan Harianto, sikap Syahrizal juga mengalami perubahan.

“Hampir setiap hari pergi pukul 23.00 WIB dan pulang pukul 02.00 WIB,” ucap pasangan suami istri tersebut.

Sikap Syahrizal juga berubah, ia akan cepat sensitif apabila ditanyai soal masalah pribadi. “Yang cowok sekarang agak emosian,” ucap Rahma.

Pada hari penangkapan, Syafrizal dan keluarga dimasukkan ke dalam mobil polisi.

Beberapa waktu kemudian, menurut Rahma, istri dan kedua putrinya sudah diperbolehkan pulang. “Pukul 20.00 WIB mereka diantar oleh polisi, udah balik,” cerita Rahma.

Dari amatan Rahma dan Herianto, pihak kepolisian menyita sejumlah barang-barang. Di antaranya sebuah busur panah dan sebuah boks kecil.

“Kamarin sempat bicara sama istrinya Syafrizal, isi kotak itu ada teropong dan pisau lipat yang seringkali digunakan saat naik gunung,” kata Rahma menirukan ucapan istri Syafrizal.

Guna mendapat informasi lebih lanjut, Warta Kota coba mendatangi Polses Kembangan, Jakarta Barat.

Namun, saat itu Kapolsek sedang tidak ada di lokasi. Salah satu anggota Polsek mengatakan, keberadaan Syafrizal kemungkinan ada di Mabel Polri. ( WK / IM )

 

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *