Forkom Baja Desak Pemenuhan Pasokan Wire Rod untuk Pengembangan Industri


Sekretariat Forkom industri baja dan besi mendesak KPPI (Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia) Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kementerian Perindustrian (Kemeperin) lebih realistis melihat gap kebutuhan dan pasokan wire rod dalam negeri. Faktanya, produsen (hulu) domestik, terutama PT Ispat Indo(Surabaya) dan PT Krakatau Steel (KS) belum dapat memenuhi kebutuhan wire rod dalam negeri secara total. Kapasitas produksi dalam negeri untuk tahun 2014 tidak lebih dari 1.500 MT tetapi kebutuhan dalam negeri tahun ini sudah sekitar 2.5 Juta MT ton. Sedangkan total impor wire rod menurut data BPS hanya sekitar 677 ribu MT untuk tahun 2013. “Kami (industri) hilir juga tidak mau ketergantungan terhadap impor sampai lima tahun ke depan. Atau pemerintah harus mampu undang investor untuk penuhi kebutuhan (dalam negeri) sebesar satu juta ton,” Ario N. Setiantoro dari Sekretariat Forkom mengatakan kepada Redaksi (28/8).
Forkom merasa perlu menanggapi Essential Facts (data utama), hasil penyelidikan terhadap impor Steel Wire rod. Impor tersebut bernomor Harmonized System (HS): 7213.91.10.00, 13.91.20.00, 7213.91.90.00, 7213.99.10.00, 7213.99.20.00, 7213.99.90.00 dan 7227.90.00.00) yang dilakukan oleh KPPI. Tetapi Forkom melihat industri hilir terus berkembang, seiring dengan peningkatan steel wire-rod. Kondisinya, kalau pemerintah bisa jamin ada investor, dan memenuhi gap kebutuhan dan pasokan, Forkom terima. “Undang saja investor Tiongkok, pasti lebih berani, misalkan bangun (pabrik) di Surabaya. Sekalian, (investasi Tiongkok) bisa imbangi PT Ispat. Karena selama ini dia (Ispat) bermain sendiri. Ispat itu anak perusahaan Arcelor Mittal. Ketika mereka sudah mendulang keuntungan dari sini (Indonesia), tapi tidak mau investasi di sini juga. Mereka sebaliknya investasi di luar negeri. Kami tantang pemerintah, berani undang investor asing bangun pabrik (baja) di Surabaya, sekalian mengimbangi Ispat.”
Pemohon kepada KPPI di Kemendag, menyatakan bahwa terjadi peningkatan penjualan domestik dari 100 indeks poin pada tahun 2009 menjadi 104, 107 dan 131 pada tahun-tahun berikutnya. Demikian pula dengan produksi dari 100 pada tahun 2009 menjadi 95, 106 dan100 pada tahun selanjutnya. Hal yang sama juga terjadi pada kapasitas terpakai bahwa Pemohon mengalami peningkatan 5 persen pada tahun 2011 dan tetap pada tahun 2012. Ketiga faktor utama ini menunjukan bahwa Pemohon tidak mengalami kerugian serius. Penjualan, produksi dan kapasitas terpakai terus meningkat. Tindakan Pengamanan Safeguards tidak dapat diberlakukan apabila terjadi trend positip ini. “Pada prinsipnya, kami bersedia diawasi. Kami juga tidak keberatan dengan harga yang lebih mahal sampai 10 persen (Rp 700). Kami bisa beli, tetapi tidak banyak. Tapi kapan industri hulu domestik move on (bergerak). Kami di (industri) hilir terus tumbuh. Kalau hulu di-safeguard, hilir juga di-safeguard dong.”
Forkom merasa perlu ada kesamaan level pada playing field industri hilir – hulu. Bahkan secara ekstrim, Forkom melihat kesalahan esensial dan mendasar ada pada semua negara anggota ASEAN. Karena semua negara anggota ASEAN ikut tanda-tangan CAFTA (China ASEAN Free Trade Agreement). “Ini yang harus jadi pertimbangan KPPI. Nggak perlu benci kami (industri hilir), kami sudah jadi ‘anak baik’.”
Forkom melihat anggota-anggotanya tetap mematuhi aturan main, dan bersedia diatur Kementerian Perindustrian. Tadinya anggota Forkom sempat khawatir dan takut, dan sempat mundur satu bulan. Sekarang Lartas (Larangan Terbatas) Kemenperin melalui Permen (Peraturan Menteri) terhadap Forkom tidak memperkeruh keadaan dan mempersempit peluang bisnis. Anggota Forkom masih bisa impor dan bersedia membeli produk lokal. “Tapi kalau harganya (produk hilir) masih mahal, jangan tanya mengapa (industri hilir) tidak efisien. Sekalian, tanya mengapa Pemerintah Indonesia tidak reviewCAFTA. Itu kan salah perundingan.”
Forkom melihat lonjakan impor di pasar dalam negeri bukan terjadi pada barang-barang yang diproduksi oleh pemohon. Sebaliknya, hal tersebut terjadi pada barang wire rod alloy Boron SWRM 1006B-1020B atau no. HS 7227.99.00.00. Namun sebagaimana yang di-claim pemohon bahwa barang tersebut (wire rod alloy Boron SWRM 1006B-1020B atau no. HS 7227.99.00.00) adalah ekuivalen atau sejenis dengan yang diproduksinya (carbon wire rod SWRM  1006-1020 atau no. HS 7213.99.90.00). Dalam hal ini tidak ada literatur manapun yang menyatakan bahwa hal tersebut ekuivalen atau sejenis. Kenyataan bahwa kedua produk tersebut memiliki komposisi kimia dan kualitas mekanis yang beda sudah jelas bahwa mereka adalah tidak ekuivalen atau sejenis. Hal ini dapat terlihat dari mill test certificate maupun literatur-litaratur yang telah ada. Kenyataan penambahan unsur Boron adalah untuk hardenability, formability, % reduction area dan drawingability telah dibuktikan dalam beberapa literatur penelitian. “Sehingga kami, seluruh anggota Forkom mengharapkan KPPI dapat bersikap seimbang dan independen dalam menyikapi hal ini.
 Untuk memperkuat hal tersebut Forkom telah mengundang KPPI untuk dapat membuktikan secara langsung bahwa kedua produk tersebut adalah berbeda dengan menyaksikan sendiri perbedaan karakteristik maupun kualtias dari kedua macam produk. Beberapa anggota Forkom siap untuk memfasilitasi tempat pengujian ekuivalensi kedua jenis barang tersebut. Illustrasinya wire rod alloyboron adalah seperti kendaraan jenis off road yang bisa dipakai dimedan berat tetapi bisa juga dipakai di jalan kota. Pembandingnyawire rod produksi pemohon adalah seperti sedan yang hanya bisa dipakai di jalan biasa tetapi tidak bisa dipakai di off road. Tentunya kendaraan jenis off road seperti jeep tidak ekuivalen dengan sedan. Kalau yang meningkat kebutuhan wire rod alloy Boron (seperti kendaraan off-road) yang tidak bisa diproduksi oleh pemohon yang akhirnya mengakibatkan meningkatnya impor barang tersebut maka apakah layak memberikan perlindungan kepada pemohon yang hanya bisa memproduksi wire rod non alloy (seperti sedan) dan belum bisa memproduksi wire rod alloy Boron  dengan membebani yang membutuhkan wire rod alloy dengan bea masuk tambahan.  “Industri baja dan besi, cost yang paling besar ada pada transportasi (pengiriman). Sehingga kami berharap industri hulu domestik cepat alih teknologi.” (Liu)
Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *