Dispangtan Serang Telisik Penyampaian Informasi Pertanian
Banten, 26 April 2025/Indonesia Media – Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kabupaten (kab.) Serang, Banten Yuli Saputra melihat upaya penyuluh menyampaikan informasi pertanian, sebaiknya dengan pembedaan audiensnya, terutama generasi milenial dan kelompok di atas 45 tahun. “Ketika berhadapan dengan petani milenial maka metode yang digunakan hendaknya memunculkan ide dan inovasi. Lain halnya dengan petani di atas usia 45 tahun ke atas, informasi harus dibarengi dengan praktik lapangan,” Yuli Saputra mengatakan kepada Redaksi.
Pemberian reward kepada petani milenial sangat tepat, terutama mereka yang inovatif. Untuk petani berusia di atas 45 tahun keatas, penyampaian informasi penyuluh dengan kegiatan di Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Kelengkapan sarana penunjang seperti lahan praktek lapang minimal satu hektar juga sangat membantu. “Hal ini yang membuat petani akan mengikuti apa yang disampaikan penyuluh. Pesan yang disampaikan pun akan terserap maksimal oleh para petani,” kata meraih gelar Doktor Ilmu Pertanian lulusan pertama Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Pertanian Untirta Banten 2025.
Disisi lain, ia melihat enam aspek secara komprehensif untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian khususnya komoditas padi, di tengah upaya mencapai ketahanan pangan. Ia mengelaborasi enam aspek untuk mencapai target produksi padi kab. Serang, yakni lahan, tenaga kerja, tiga jenis pupuk (NPK, urea dan organik), benih. Jika produksi optimal, petani memperoleh keuntungan yang tinggi, serta biaya produksi rendah. “Upaya mengelaborasi enam aspek tersebut dalam disertasi (S3) saya, dan menyampaikan kepada pimpinan pemerintah kabupaten Serang. final output yang diharapkan, ada peningkatan kapasitas produksi dan petani semakin sejahtera,” Yuli Saputra mengatakan kepada Redaksi.
Sebagaimana, pada Sidang Terbuka (Promosi) Program Doktor Ilmu Pertanian, ia menjelaskan alasan mengenai penelitian terhadap tiga jenis pupuk; NPK, urea dan organik. “Karena yang dominan digunakan petani, (yakni) urea dan NPK. pupuk organik tidak dominan, tapi bisa support tanaman,” kata Yuli Saputra.
Penggunaan pupuk antara anorganik dan organik harus complementary, sehingga terjadi pemulihan tanah. kalau hanya pupuk organik yang digunakan, hal ini tidak mudah untuk petani. sementara petani, begitu menabur benih padi, maunya hasil panen bisa maksimal. tapi kemauan tersebut tidak dibarengi dengan upaya dan pemikiran jangka panjang. Sehingga, pada penelitian, ia melihat perlunya upaya mengubah mindset petani secara simultan dengan pemulihan kondisi tanah. karena pemulihan efektif, otomatis hasil produksi meningkat. “Upaya mengubah mindset petani tidak hanya dengan kegiatan rutin penyuluhan. konsep saya, penyuluhan yang ibaratnya hanya ‘omong doang’ hasilnya nol besar. sebaliknya, mereka harus punya demplot atau demonstration plot, ada aplikasi yang sudah diterapkan pemerintah provinsi/kabupaten. sehingga mereka bisa melihat, terdorong mengubah mindset,” kata Yuli Saputra. (LS/IM)