Chinese Food Disarang Preman


Philadelphia – Wu (43) terbaring dirumah sakit dengan luka dalam yang disebabkan pukulan pada perut dan kepalanya. Wu adalah seorang pemilik takeout Chinese food restaurant yakni rumah makan masakan Chinese dalam ruko yang bertebaran dipemukiman dan hanya melayani penjualan togo (tidak dimakan didalam restoran). Di Philadelphia usaha seperti ini buka 365 hari dari jam 11 pagi hingga lewat tengah malam, dengan menu andalan combo fried rice dan chicken wing, general Tso’s chicken, spring roll dan menu lainnya yang dinegeri China sendiri pun belum tentu dikenal. Semua mengaku tidak membubuhi MSG dalam masakannya. Rasa sesuai harga yang murah meriah dengan bonus kecap asin, garpu plastik, beberapa lembar tissue dan bocoran nomor lotere disisipkan dalam kue semprong yang disebut fortune cookies.   Restoran jenis ini biasa dijalankan pasangan suami istri tanpa karyawan,  juga menjual rokok, soda, pretzel, kembang gula dan kripik kentang serta home made juice dan ice tea. Transaksi jual beli berlangsung dari balik counter tertutup fiberglass transparan setebal 3 cm guna melindungi penjual dari perampokan dan penembakan.

Tidak mampu berbicara, hanya terdengar rintihan menahan sakit. Tubuhnya tidak lebih dari kumpulan tulang berbalut kulit, nampak lebih tua dari usianya, Wu hanya dapat menelan cairan sebagai penyambung hidup. Chen (34), istri Wu senantiasa menjenguk suaminya dipagi hari sebelum membuka restoran. Kini Chen merasa khawatir akan keselamatannya pula setelah pada pertengahan tahun lalu, Wu dianiaya seorang pemuda didepan restorannya disiang hari bolong.

Kejadian yang menimpa Wu mencerminkan tantangan yang dihadapi para imigran pemilik restoran Chinese takeout di Philadelphia. Sebagian besar pebisnis restoran ini berasal dari Fu Zhou dengan kemampuan minim bahasa Inggris dan cenderung bersikap primitif terhadap pelanggan, demikian mereka diperlakukan sebagai makhluk asing oleh warga setempat.

“Lebih mudah membuka restoran Chinese daripada melakukan pekerjaan lainnya disini, kami tidak memiliki kemampuan apapun selain memasak”, ujar Chen.

Liao yang bekerja pada Center City Crime Victim Services mengatakan bahwa tahun 2010 lalu, tercatat 17 kasus penyerangan dan perampokan yang menimpa pebisnis restoran takeout diberbagai penjuru kota Philadelphia. Dilingkungan pemukiman, restoran Chinese merupakan satu-satunya usaha yang buka hingga larut malam, demikian kerap menjadi sasaran perampokan.

Seorang pemilik restoran Chinese di Kensington Avenue dirampok dua kali tahun lalu, pada bulan February dan bulan Juni. Pada peristiwa pertama, muka korban ditinju pelaku perampokan sedang pada peristiwa kedua, perampok melakukan aksinya dengan senjata api dan berhasil kabur mengantongi $180 serta satu unit cel-phone. Sementara Wang (44) kehilangan nyawanya dalam kasus perampokan dengan senjata api didalam restoran miliknya di North Philly tahun 2006 lalu.

Chris Lai, seorang anggota polsek distrik 17 yang kerap dimintai bantuan sebagai penterjemah bahasa Mandarin dan Cantonese bagi korban kejahatan yang tidak berbahasa Inggris mengungkapkan bahwa pelaku kejahatan cenderung mengincar pendatang asal Asia karena mereka tidak berbahasa Inggris, dengan demikian tidak akan menelepon 9-1-1. Sebaliknya, korban kejahatan juga jarang yang bersedia meneruskan kasus yang menimpanya kepengadilan.

Steven Zhu, wakil ketua Greater Philadelphia Chinese Restaurant Association, mengungkapkan dikota yang berpenduduk satu setengah juta ini, terdapat 430 restoran Chinese takeout. Seorang warga yang tinggal tidak jauh dari tempat usaha Wu dan Chen yang berlokasi di 66th Street, mengatakan bahwa jarang terjadi peristiwa kejahatan dilingkungan mereka yang didominasi warga kulit hitam namun demikian bukan berarti tidak terdapat masalah yang disebabkan perbedaan warna kulit.

Elijah Anderson seorang professor Yale University yang banyak mengamati kehidupan komunitas warga kulit hitam mengatakan tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada kasus penyerangan terhadap Wu. Penyerangan mungkin saja terjadi karena alasan ekonomi pada lingkungan yang sebagian warganya menganggap pebisnis yang berusaha diwilayah mereka sebagai sasaran empuk. Anderson berpikir bahwa apa yang menimpa Wu bukan sebab dia seorang imigran tetapi seorang pemilik usaha.

“Patut diketahui bawah sebagian besar komunitas kulit hitam adalah orang-orang seperti kita semua yang mencari nafkah dengan tidak melanggar hukum dan juga dapat menerima orang asing berbisnis dilingkungan mereka. Hanya segelintir yang berpikir bahwa sebagai orang asing, Wu tidak pantas hadir ditengah lingkungan mereka”, ujar Anderson.

Wu tiba di Amerika Serikat 10 tahun lalu, Chen menyusulnya setahun kemudian. Awalnya mereka tinggal dilain state dan tiga tahun lalu pindah ke Philadelphia dan mulai membuka restoran sendiri. Jam 11 pagi 8 Juni tahun lalu, Wu kembali ke restauran yang merangkap sebagai tempat tinggal mereka setelah berbelanja di Chinatown. Dari dalam restauran Chen mendengar panggilan suaminya dan ketika membukakan pintu, Wu sudah tergeletak dilantai sambil memegangi perutnya. Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa pankreas Wu luka parah akibat hantaman pemukul baseball. Kepala Wu juga dihajar, menyebabkannya gegar otak.

Menurut Chen, hutang mereka pada saudara di China guna memodali restoran masih belum lunas, ditambah kewajiban membayar berbagai macam biaya operasional,  Chen memberanikan diri membuka restaurannya seorang diri. Chen mengungkapkan bahwa sebagian besar  pelanggannya tidak membuat masalah, hanya satu atau dua orang yang tidak memiliki cukup uang, berteriak-teriak dan menyebut Chen ‘gila’, ‘goblok’ dan memakinya ‘fxxx You!’. Kerap hilang kesabaran Chen dan membalas memaki mereka dari balik counter fiberglass. Hailey (71) seorang warga yang sering berbelanja direstoran milik Wu mengatakan bahwa warga sekitar mengerti bahwa counter berlapis fiberglass adalah demi keselamatan mereka tetapi banyak pemilik takeout restoran yang memperlakukan para pelanggannya mereka dengan kasar dan merendahkan, mereka menganggap kami anjing. Mereka mengumpat kami dalam bahasa Chinese, walaupun tidak kami mengerti tetapi kami tahu bahwa mereka sedang mencaci-maki!

Petugas telah menahan Niblack, seorang pemuda yang dicurigai sebagai penganiaya Wu. Chen mengungkapkan keyakinannya bahwa Niblack adalah pelaku penyerangan karena beberapa hari sebelum penganiayaan terhadap suaminya. Niblack datang membeli sesuatu dan menuduh Chen telah menaikkan harga. Niblack memaki Chen dan memukul pintu restoran serta meludahinya sebelum pergi.

Dua putra Chen yang berusia 12 dan 15 masih berada di China dan ingin didatangkan ke Amerika. “Kami sudah terbiasa tinggal disini dan kami suka Amerika. Kelak setelah suami saya sembuh, saya ingin pindah dari lingkungan ini. Di China sangat sulit mendapatkan pekerjaan, di Amerika setiap hari kita bisa bekerja”, ujar Chen (dirangkum dari berbagai sumber).

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *