Arab Anggap Pembantu Adalah Budak + Di Arab, Ribuan Pekerja Kabur dari Majikan


Jakarta – Secara sosiologis, sebagian masyarakat Arab menganggap para TKW (pembantu rumah tangga) sebagai budak. Akibatnya, banyak TKW yang disiksa-dianiaya oleh majikannya. Perbudakan masih merupakan kebiasaan sebagian masyarakat Arab sejak pra-Islam.

Hukuman pancung TKI Ruyati binti Satubi yang didakwa membunuh majikannya di Arab Saudi, mengingatkan kita pada derita Sumiati dan Nirmala Bonad yang di masa lalu disiksa berat di negeri kaya minyak itu.

Fahrurozy, peneliti Lembaga Studi Islam dan Kebudayaan (LSIK) Jakarta yang mengenyam pendidikan di Arab Saudi, menegaskan bahwa TKW Indonesia yang bekerja sebagai babu (pembantu rumah tangga atau PRT) banyak yang diperlakukan sebagai budak, disiksa, dianiaya dan diinjak-injak.

“Sebagian kultur masyarakat Arab memandang TKW sebagai budak, Secara sosiologis, orang Arab sejak era kekhalifahan sampai saat ini, masih banyak yang menganut mode perbudakan itu. Para TKW kita dianggap atau dipersepsikan sebagai budak dan diperlakukan semena-mena,’’ kata Fahrurozy yang juga alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, berharap ada peninjauan ulang kebijakan pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) ke Arab Saudi untuk sektor domestik atau pembantu rumah tangga. Menurutnya, tidak ada satu negara miskin pun di dunia saat ini yang mengirimkan TKW pembantu rumah tangga ke negara itu, kecuali Indonesia.

Menurut Fahrurozy yang cukup lama di Saudi, pemerintah dan masyarakat Indonesia harus tahu benar bagaimana budaya pada umumnya majikan Saudi terhadap pembantu rumah tangga perempuan atau wanita.

Tragedi Ruyati, Nirmala Bonad, Sumiati dan seterusnya, adalah tragedi anak bangsa. Wajar jika kini pemerintah kembali didesak menghentikan sementara (moratorium) pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi lantaran semakin banyaknya kasus penyiksaan. Tragedi ini dialami antara lain oleh Sumiati asal Dompu, NTB dan Kikim Komalasari asal Cianjur, Jawa Barat yang juga disiksa hingga tewas.

Dalam menyikapi masalah ini, moratorium pengiriman tenaga kerja Indonesia ke negara-negara yang memiliki banyak permasalahan TKI layak dilakukan. Moratorium ini juga mencegah terjadinya pengiriman TKI ilegal.

Moratorium bisa dimanfaatkan oleh perusahaan pengerah tenaga kerja (PJTKI) untuk memperbaiki kualitas tenaga kerja. Selain itu, seleksi yang ketat terhadap PJTKI mutlak diperlukan agar perusahaan benar-benar serius memperhatikan nasib TKI. Di sisi lain, TKI juga perlu diberikan pemahaman mengenai kondisi budaya negara serta majikan

 

Di Arab, Ribuan Pekerja Kabur dari Majikan

tkw-terlantar-di-jeddah-arab-saudi

Alasan kabur antara lain tak digaji, disiksa secara fisik, mental, atau pelecehan seksual.
Dua tenaga kerja perempuan asal Indonesia, Ruyati binti Satubi dan Darsem menjadi pusat perhatian publik. Ruyati tewas dipancung algojo, sementara Darsem, meski uang kompensasi atau diyat Rp46 miliar telah dibayar, belum tentu bebas sepenuhnya dari hukum.

Tragedi Ruyati membuat pemerintah memutuskan untuk menghentikan sementara alias moratorium pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi, sampai ada nota kesepakatan terbaru dengan pihak Arab. Sebuah kebijakan yang dianggap terlambat oleh Koordinator Migrant Care, Anis Hidayah.

Pemerintah sudah seharusnya lebih memikirkan nasib para TKI yang disiksa dan dihukum pancung, ketimbang memikirkan jumlah kerugian yang akan diterima –jika moratorium diberlakukan. “Sekarang yang dipikirkan adalah nasib warga negara Indonesia yang disiksa, dan yang dihukum pancung. Soal nyawa itu jauh lebih penting dari kerugian apa pun,” tambah Anis kata dia saat dihubungi VIVAnews.combeberapa waktu lalu.

Ternyata tak hanya Indonesia yang bermasalah. Beberapa hari setelah pemancungan Ruyati, terkuak kabar seorang pembantu asal Sri Lanka, Rizana Nafeek terancam nasib serupa. Ia didakwa membunuh anak majikannya yang masih bayi. Meski, ia berdalih apa yang dilakukannya untuk menolong bocah yang tersedak.

Seperti dimuat Daily Mail, jika Nafeek dipancung, ia akan berpakaian putih, ditutup matanya, dibelenggu, dan berlutut sebelum dieksekusi sekali tebas dengan sebilah pedang panjang yang tajam.

Padahal, seperti dimuat situs Guardian, kesalahan tak sepenuhnya datang dari pihak pekerja. Kasus Ruyati yang dipancung karena membunuh majikannya yang kerap menyiksa atau Darsem yang membela diri karena hendak diperkosa, hanya contoh kecil. Setiap tahunnya, ribuan pekerja melarikan diri dari rumah majikannya di Arab Saudi. Namun, mereka tak bisa pulang sebelum ada izin dari majikan atau sponsor.

Untuk diketahui, ada sekitar 9 juta pekerja asing di Arab Saudi. Kebanyakan dari Indonesia dan Filipina. Mereka bertugas menyapu jalan, membersihkan kantor, jadi pelayan kafe, supir, atau buruh kasar di proyek konstruksi.

Beberapa waktu lalu, Observer mendatangi sebuah shelter rahasia di Jeddah. Sejumlah pekerja mengaku lari karena tak digaji, disiksa secara fisik, mental, atau mengalami pelecehan seksual. Rose (40), misalnya. Pekerja asal Filipina mengaku majikannya melempar kunci secara kasar ke arahnya hingga matanya nyaris buta.

Sementara, Muneera, dari Filipina Selatan yang mayoritas muslim mengaku majikannya sebenarnya baik. Lalu mengapa lari? Ia mengaku tenaganya diperas. “Saya bekerja pukul 05.00 hingga 01.00 esoknya, hampir setiap hari.”

Sebelum Indonesia, Filipina juga telah melakukan moratorium pengiriman tenaga kerja. Gara-garanya, pihak Arab menolak tuntutan asuransi kesehatan bagi para pekerja dan informasi latar belakang majikan. Di sisi lain, Filipina menolak pemotongan upah minimum dari US$400 ke US$200.

Namun, tak semua nasib pekerja berakhir tragis. Salah satunya Eileen (44) asal Iloilo, Filipina. Kata dia, majikannya selalu tepat waktu membayar gaji. Meski bekerja dari subuh hingga larut malam, majikan memperlakukannya dengan baik. Ia punya waktu istirahat siang hari dan bahkan diajak pelesir ke Eropa tiap musim panas. “Mungkin aku beruntung,” katanya.

 

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *