Aktor Pong Hardjatmo Coret Kubah Gedung DPR


JAKARTA – Aktor senior Pong Hardjatmo membikin ulah di gedung DPR, Jakarta, kemarin (30/7). Secara mengejutkan, bintang film layar lebar yang populer pada 1970-an dan 1980-an tersebut menuliskan tiga kata berukuran besar dalam nuansa protes di puncak kubah hijau Gedung Nusantara yang juga dikenal sebagai gedung kura-kura.

Aksi itu dilakukan Pong sendiri. Salah seorang bintang film Gita Cinta dari SMA (1979) tersebut memanjat gedung dengan tangga milik pekerja yang sedang mengecat ulang puncak kubah. Kata-kata yang ditulis Pong dengan cat cokelat itu cukup menohok. Yakni, jujur, adil, dan tegas.

Dari arah gerbang depan gedung DPR atau ruas Jalan Gatot Subroto, Jakarta, tulisan itu bisa terbaca dengan sangat jelas. Gara-gara aksi tersebut, Pong sempat ditangkap petugas pengamanan dalam (pamdal) DPR.

”Bicara sudah nggak didengerin, menulis di koran juga sama. Sentilan di televisi, seperti Butet atau acara Democrazy, cuma jadi entertain (hiburan, Red). Makanya, saya demo saja supaya didengarkan,” kata Pong kepada wartawan di gedung DPR.

Pria kelahiran Solo, 13 September 1942, tersebut menyatakan kesal kepada wakil rakyat. Menurut dia, setiap kali ada kasus, DPR selalu membuat keputusan yang mengambang. Pong mencontohkan kasus Bank Century sampai maraknya ledakan tabung gas elpiji.

”Kalau setiap hari tabung gas meledak, kasihan rakyat. Makanya, di atas saya menulis: jujur, adil, tegas,” tuturnya. Dia kian kecewa ketika belakangan ini mengetahui banyak anggota dewan yang kerap membolos dari sidang paripurna.

Pong membantah aksi tersebut dilakukan hanya untuk mencari popularitas. ”Saya sudah capek dengan popularitas. Saya tidak menganggur. Ada proyek layar lebar dan FTV yang tengah saya kerjakan,” ujarnya.

Dia menegaskan, aksi itu merupakan bentuk peringatan rakyat terhadap para wakilnya di Senayan. Dia sama sekali tidak berniat merusak. ”Saya bisa melakukan kapan saja karena penjagaannya lemah. Kalau niatnya ingin merusak, tinggal bawa bensin dua botol, terus saya siram ke karpet dan plafon. Enggak ada yang jaga. Buktinya, saya bisa naik ke atas,” terangnya.

Pong menegaskan sudah siap menerima apa pun risiko atas perbuatannya. ”Jangankan risiko penjara, jadi tumbal bagi Indonesia saya siap kok,” tegasnya.

Aksi itu mengundang reaksi beragam di Senayan. Ketua DPR Marzuki Alie menilai negatif. ”Kalau sampai ada yang mencoret gedung begitu, pamdal yang salah. Pengamanannya bagaimana?” ujarnya setelah salat Jumat di masjid DPR.

Dia juga tidak terlalu tertarik pada pesan yang ingin disampaikan Pong. ”Pesan begitu sudah banyak di media,” ungkapnya. Dia menegaskan bahwa berbagai permasalahan bangsa sudah direspons DPR. ”Soal tabung gas, kami sudah membentuk panja pengawasan. Terkait Century, juga sudah ada tim pengawas. Jadi, semua kami respons,” ujar wakil ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tersebut.

Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso berharap aksi Pong itu sebaiknya tidak ditiru siapa pun. Dia beralasan Gedung Nusantara DPR termasuk simbol negara. ”Istilahnya, hanya caper (cari perhatian, Red). Dimaafkan saja. Yang penting, tidak diulang,” ujar ketua DPP Partai Golkar itu.

Dia menyesalkan tindakan aktor kawakan tersebut. Menurut dia, saat ini siapa pun bebas menyuarakan aspirasi. Tapi, tak boleh seenaknya dengan mencoret gedung DPR. ”Kalau perlu, yang bersangkutan tadi bisa langsung diterima pimpinan dewan,” katanya.

Priyo menilai ada kelalaian pamdal DPR dalam menjaga ketertiban lingkungan. Dia meminta agar selanjutnya pamdal lebih berhati-hati dalam menjaga keamanan.

Meskipun tidak diproses secara hukum, Pong tetap mendapat ”sanksi”. Dia diminta pamdal DPR membuat surat pernyataan untuk mengganti rugi dan tidak mengulangi perbuatannya.

Wakil Ketua DPR dari FPDIP Pramono Anung menyesalkan sanksi itu dan menganggap berlebihan. Menurut Pram, panggilan akrab Pramono Anung, aksi Pong merupakan bentuk kritik dan koreksi dari rakyat terhadap wakilnya. ”Sebaiknya aksi Mas Pong itu jangan disikapi berlebihan. Anggap saja itu otokritik bagi anggota dewan,” ujarnya.

Direktur Reform Institute Yudi Latief senada bahwa protes Pong terhadap parlemen seharusnya diapresiasi. Apalagi, Pong selama ini tidak pernah aktif dalam gerakan demonstrasi kekuatan sipil. ”Saya menangkap adanya spontanitas dan kejujuran dari aksi itu. Sebuah kontrol politik yang bisa dianggap tulus dan tidak ditumpangi kepentingan apa pun,” jelasnya.

Ekspresi seperti itu, lanjut Yudi, justru ingin memulihkan simbol negara. Jadi, tidak perlu sampai muncul reaksi berlebihan dari DPR

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *