7 September 2004: Aktivis HAM Munir Tewas Diracun dalam Perjalanan Menuju Belanda


 Munir dikenal sebagai aktivis yang mudah bergaul dengan semua kalangan. Ia mampu menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada dengan semangat kemanusiaan yang menggebu. Munir melakukan pembelaan terhadap siapapun yang tertindas, tanpa memandang latar belakang mereka.

Tepat hari ini 7 September 2004, 17 tahun lalu Munir tewas dalam perjalanan di pesawat menuju Belanda. Perjalanan Munir ke Negeri Kincir Angin Itu untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Utrech, Belanda. Mantan Direktur Eksekutif LSM Imparsial itu ditemukan tak bernyawa di kursi pesawat 2 jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam.

Menurut ahli forensik dari Universitas Indonesia yang menangani kasus Munir, Mun’im Idris, Munir positif meninggal karena racun arsenik. Temuan ini senada dengan Institut Forensik Belanda (NFI) yang membuktikan bahwa beliau meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

Aktivis yang Berani

Munir yang memiliki nama lengkap Munir bin Thalib dibesarkan dalam keluarga muslim keturunan Arab. Kakek moyangnya adalah imigran dari Hadhramaut (Yaman) yang ratusan tahun lampau datang ke Nusantara.

Dengan latar belakang ini, membuatnya lebih memilih aktif dalam organisasi-organisasi Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Al Irsyad. Namun demikian, kegelisahan Munir muda telah membawanya pada pergulatan pemikiran yang panjang dan lintas batas.

Dalam pandangan Munir, hak asasi manusia harus dijadikan sebagai pintu masuk bagi terciptanya dialog bagi orang-orang dari berbagai latar belakang sosial-budaya dan ideologi. Lewat pintu ini pula Munir masuk dan bergaul dengan aktivis-aktivis yang berbeda-beda latar belakang demi terwujudnya pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Kecerdasan, kesederhanaan, dan keberaniannya membedakan Munir dengan banyak aktivis dan kaum intelektual lainnya. Di masa di mana banyak intelektual memilih berlabuh di kandang penguasa dan para pimpinan masyarakat lebih banyak bergaul dalam pertalian nyaman dengan penguasa. Munir justru memasuki area-area yang “menakutkan”.

Kerja keras bersama rekan-rekannya di KontraS berhasil membongkar rangkaian peristiwa penculikan para aktivis mahasiswa dan pemuda, menjadikan kejahatan itu sebagai sebuah fakta utuh, yakni penculikan terorganisasi yang dilakukan oknum aparat.

Sejumlah pelaku berhasil diseret ke pengadilan. Sejumlah pimpinan teras TNI diberhentikan, sekalipun sejumlah korban sampai kini belum berhasil diketahui keberadaannya. Dari sini ia terus bergerak, menjelajah area-area kelam dalam politik kekerasan di Indonesia, keberaniannya menerangi kita yang menghuni daerah-daerah itu sehingga jalan reformasi dengan lebih gampang kita lalui kemudian.

Sayangnya kaum telengas dan bertangan kejam mengakhiri cita-cita luhur Munir dengan racun arsenik, Munir wafat dalam pesawat Garuda yang ditumpanginya.

Kronologi Tewasnya Munir dalam Pesawat

Munir awalnya berangkat pada 7 September 2004 malam dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta dengan menumpang pesawat Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA 974. Pesawat berangkat pukul 22.02 WIB dan tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura pada 23.30 WIB.

Di Negeri Singa, para penumpang GA 974, termasuk Munir dipersilakan untuk berjalan-jalan di sekitar Bandara Changi selama 45 menit sambil menunggu pesawat kembali terbang menuju Belanda. Sebelum pesawat kembali mengudara, Munir meminta obat mag kepada pramugari. Munir diminta menunggu karena pesawat akan tinggal landas. Kira-kira 15 menit kemudian, pramugari membangunkan Munir yang saat itu tidur. Munir sempat terbangun dan meminta teh hangat.

Kemudian, sekitar 2 jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam atau sekitar pukul 12.10 WIB, Munir ditemukan tidur dalam kondisi miring dengan mulut mengeluarkan air liur tidak berbusa dan telapak tangannya membiru. Munir ternyata sudah tiada alias wafat. Jenazah Munir dimakamkan di kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada 12 September 2004.

Menurut ahli forensik dari Universitas Indonesia yang menangani kasus Munir, Mun’im Idris, Munir positif meninggal karena racun arsenik. Temuan ini senada dengan Institut Forensik Belanda (NFI) yang membuktikan bahwa beliau meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

Sesuai dengan hukum nasionalnya, pemerintah Belanda melakukan otopsi atas jenazah almarhum. Temuan ini juga diperkuat hasil penyelidikan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri yang menyatakan Munir tewas karena diracun.

Pelaku Pembunuhan Munir

Mun’im yang kini telah almarhum menjelaskan, ketika singgah di outlet Coffee Bean, Munir diduga bertemu Pollycarpus Budihari Priyanto, terpidana kasus pembunuhan Munir yang kini telah menghirup udara segar karena bebas bersyarat.

Berdasarkan sejumlah fakta, Mun’im meyakini bahwa Munir tidak diracun di atas pesawat, melainkan pada saat Pollycarpus mengajaknya minum di Coffee Bean Bandara Changi Singapura. Menurut dia, hanya di tempat itulah kemungkinan peracunan Munir bisa terjadi.
Dijelaskan Mun’im, setelah minum di Coffee Bean, Munir mengeluh sakit perut dan meminta obat mag. Di atas pesawat, Munir sempat muntah dan kejang-kejang sebelum dinyatakan meninggal.

“Dari situ Munir sering ke toilet. Dia merasa menderita muntaber,” tulis Mun’im dalam bukunya bertajuk “X-Files: Mengungkap Fakta Kematian Bung Karno Sampai Munir”.
Terdakwa kasus pembunuhan Munir, Pollycarpus yang merupakan mantan pilot Garuda Indonesia dijatuhi vonis 14 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 12 Desember 2005. Kemudian, pada 28 November 2014, Pollycarpus bebas bersyarat setelah menjalani 8 tahun masa tahanan.

Pollycarpus sendiri berkali-kali membantah soal pemberian racun di Bandara Changi. Bantahan itu juga ditegaskan saat baru keluar dari penjara saat bebas bersyarat.

Selain Pollycarpus, mantan petinggi militer dan intelijen, Mayjen (purnawirawan) Muchdi PR ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana Munir pada 19 Juni 2008. Namun kemudian, pada 31 Desember 2008 Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menvonis Muchdi PR bebas murni dari segala dakwaan karena dianggap tak ada bukti yang kuat ( Mdk / IM )

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

One thought on “7 September 2004: Aktivis HAM Munir Tewas Diracun dalam Perjalanan Menuju Belanda

  1. Perselingkuhan+Intelek
    September 6, 2021 at 9:33 pm

    begitu lama kasus Munir diselidiki tanpa hasil yang pasti tapi perkara Jessica Wongso hanya dalam 15 menit Polisi mampu mendakwanya sebagai Pelaku peracunan, itu HEBAT nya Polisi Indonesia polisi (si Khrisna) yang paling Profesional di dunia

Leave a Reply to Perselingkuhan+Intelek Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *