14 HARI WAJIB KARANTINA DI KETIBAAN HONG KONG: HARI PERTAMA


14 HARI WAJIB KARANTINA DI KETIBAAN HONG KONG: HARI PERTAMA

Oleh: Anthony Hocktong Tjio /IM

 

 

 

 

 

 

 

 

Perlahan-lahan lampu penerang di langit-langit pesawat terbang menyala, yang menandakan tiba waktunya bangun untuk mempersiapkan ketibaan di Bandara Internasional Hong Kong. Membuka jendela juga kelihatan langit subuh dengan matahari sedang terbit dipermukaan cakrawala, indah.

Penerbangan Cathay Pacific CX881 dari Los Angeles semalam tadi boleh dibilang lancar. Sekitar 13 jam penerbangan tidak terasa adanya goncangan turbulence. Sehingga beberapa jam diantaranya juga bisa nyenyak tertidur lurus terlentang. Siap untuk santapan pagi.

Betul, semua penumpang dalam penerbangan kali ini bisa tidur lurus terlentang. Ini untuk penumpang kelas kambing, bukan business.

Luar biasa, masing-masing penumpang dalam pesawat ini boleh menjarah sebaris 3 kursi, dan boleh pilih suka dimana saja. Belum pernah adanya pengalaman yang asyik seperti begini. Karena hanya total 51 penumpang yang dimuat dalam jumbo jet baru Airbus 350-100 untuk Cathay ini, perasaannya layak penerbangan privat saja.

Akibat dari keringanan muatan penerbangan ini, kapal lebih laju dan bisa tiba di Hong Kong lebih pagi setengah jam dari waktu semestinya.

Di layar monitor kursi depan bisa menyaksikan pemandangan landing yang direkam dari 2 camera luar pesawat, terlihat kita menerobos lapisan awan tebal, dan kelihatan itu jembatan lintang laut dari Hong Kong ke Macau, yang sekonyong-konyong bagian dari Hong Kong ini terputus dan lenyap ke dalam laut, sebab terusannya langsung terowongan di bawah laut. Pada pukul 06:23 waktu setempat terasa goncangan keras, pesawat landing dengan selamat.

Semalam penerbangan lancar dan ketibaan juga aman, tetapi bukan merupakan satu perjalanan yang nyaman, dari pengalaman yang harus dirasakan di waktu airport check-in di LAX, dan penderitaan yang menimpa setelah ketibaan di Hong Kong Internasional nantinya, dalam masa pandemic Covid19 tahun 2020 ini, bepergian sangat bermasalah dan sangat menyusahkan.

Ceritanya mulai kemarin di LAX. Untuk kedua kalinya kita check in.

Keberangkatan menurut booking semula adalah kemarin dulu tanggal 9 September pukul 01:15 waktu Pacific. Kita ditolak untuk keberangkatan malam ini, karena tidak memenuhi surat-surat yang diminta oleh pemerintah Hong Kong dalam penyaringan kedatangan orang asing ke sana, sehingga harus menunda semalam, untuk melengkapi semua surat-surat keharusan.

Apakah surat-surat yang diperlukan itu? Banyak. Peraturan baru yang ditujukan untuk pemegang paspor Amerika, yang ditakuti bisa membawa Covid19 ke negaranya.

Betapa tidak? Dari laporan Pusat Pengendalian Penyakit CDC hari ini, bahwa Covid19 di Amerika sudah menimpa 6,640,699 penderita dengan rekor korban 197,496 orang. Dimana yang terbanyak juga di California sini.

Diharuskan ada pemeriksaan bebas virus Covid19 dalam jangka waktu 72 jam sebelum keberangkatan. Sudah dilakukan, tetapi disalahkan.

Tes yang diharuskan adalah “SARS-Cov-2 RNA”, yang awamnya kita sebut Rapid Test. Ini untuk mendeteksi secara kwalitatip adanya antigen asam nukleik virus dari usapan selaput lendir hidung dan tenggorokan kita.

Tes yang tidak nyaman dirasakan sewaktu pengusapan di bagian dalam hidung, terpaksa harus menjalaninya 2 kali untuk penerbangan ini.

Meskipun tes yang sama dengan hasil negatip, tetapi yang telah kita lakukan di laboratorium dokter di Kaiser Permanente itu ditolak.

Alasan pertama, bukan dilakukan di laboratorium yang bisa menyertai sertifikat jaminan kwalitas penyelenggaraan dan pemberian hasil menurut ketetapan Clinical Laboratory Improvement Amendments di tahun 1988. Sertifikat CLIA tersebut tidak kita miliki.

Alasan ke-dua, tes yang kita lakukan sudah beberapa jam lewat batas ketetapan 72 jam sebelum keberangkatan, sialan.

Alasan ke-tiga, nama dalam laporan tes harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam paspor, meskipun adalah orang yang sama dengan bukti hari kelahiran yang benar. Skak mat, nama dalam laporan hanya memakai singkatan nama tengah, dianggap menyimpang dari ketetapan, maka gugurlah.

Disuruh pulang saja dan mengulang tes Covid19 sekali lagi, untuk keberangkatan besok malam, yaitu malam ini.

Ternyata semua alasan yang mem-vonis penolakan kita terbang kemarin malam, adalah kedok, berhubung kurangnya penumpang, penerbangan semalam memang sudah dibatalkan. Penumpang semalam dikumpulkan untuk penerbangan malam ini, yang juga ternyata hanya 51 penumpang.

Menemukan laboratorium klinis Sun di El Monte yang dekat dari tempat tinggal kita, bisa memberi laporannya dalam sehari juga menyertai sertifikat CLIA tersebut. Tanpa appointment juga tidak perlu ada surat pengantar dokter, asal membawa paspor masing-masing dengan biaya $125 per tes. Separuh harga dari laboratorium serupa di Beverly Hills yang Cathay menganjurkannya.

Entah mengapa, masih ada perasaan tidak mantap sewaktu menuju ke LAX. Khawatir masih dipermasalahkan sewaktu check in nanti. Apa katanya sajalah, harus dibereskan untuk berangkat malam ini.

Betul, sekarang yang dipermasalahkan adalah booking hotel wajib karantina 14 hari di Hong Kong. Booking semula adalah dari tanggal ketibaan 10 September sampai 24 September, karena telah ditunda sehari, sekarang harus mempunyai booking baru dari ketibaan 11 September sampai 25 September. Memusingkan.

Hanya menambah semalam lagi sampai tanggal 25 September, bisa segera dibereskan, sekarang pun juga, di depan check in. Meminta Cathay menilponkan reservation Hotel Ramada Hong Kong Grand, per tilpon bereslah penambaan semalam tersebut, dan dikirimkan per email konformasi baru, sekali pun mencantumkan nama-nama lengkap kita berdua share satu kamar. Detail yang diburu-buru.

Alhamdulillah, setelah selama 2 jam berdiri dalam proses check in yang sangat menyulitkan, boarding pass akhirnya keluar dengan kepastian malam ini bisa berangkat ke Hong Kong.

Sebab hanya 51 penumpang, salah satu pramugara menjadi sangat ramah dengan sang istri yang kelahiran Hong Kong. Dalam banyak keluangannya, sewaktu waktu datang bercerita panjang lebar, memberitakan keadaan terkini di Hong Kong, walaupun banyak pramugari Cathay termasuk dalam golongan ribet anti pemerintahan, ternyata pramugara muda ini lulusan hukum dan tidak ikut-ikut merusak keamanan Hong Kong.

Sebelum landing, dia memberikan kami sekantong plastik kue-kue camilan dan beberapa botol air minum, katanya bisa kita pakai sewaktu diproses pemeriksaan Covid19, yang bakal memakan waktu yang sangat panjang, tanpa ada persediaan makan dan minum.

Sekarang, kapal terbang sudah mendarat, tidak terkira pada hari ini bakal ada proses screening Covid19 yang menyengsarakan, yang sedang menunggu penampilan kita di Bandara Hong Kong.

Dengan gesit 51 penumpang sekejab saja sudah meninggalkan pesawat, langsung digiring menuju kereta pengakut otomatis ke Terminal 3, gedung terminal yang sebesar lapangan sepak bola ini, dulunya buat penerbangan kapal terbang kecil, yang sekarang diubah menjadi bangsal penyaringan Covid19. Disitu sudah ada ratusan pendatang yang berbaris meliku-liku sebelum kedatangan kita.

Sepandang mata, banyak sekali TKW asal Indonesia dan hanya segelintir bule di antara kita, sedangkan kedatangan India dan Timur Tengah dipisahkan dari kita.

Kita berbaris panjang, berliku liku, dan merambat stop-jalan, lebih payah daripada di Disneyland. Tidak pedulikan banyak lanjut usia maupun kanak-kanak dan wanita hamil, tidak disediakan kursi untuk beristirahat. Dilarang makan atau minum. Kejam.

Kita semua harus melalui 4 pos pemeriksaan, setiap pos hanya ditangani 8 pejabat kesehatan untuk ribuan pendatang ini.

Dari pos pertama hanya untuk pemeriksaan suhu dagu, ke pos kedua untuk pemeriksaan nomor tilpon setempat supaya bisa dihubungi, melanjut ke pos ketiga untuk pemasangan gelang elektronik di lengan, sampai tiba di pos ke-empat untuk pemeriksaan semua surat-surat negative Rapid Test, paspor, surat booking hotel karantina, dan pembagian thermometer, terus diberi satu tabung tes untuk mengambil contoh ludah. Sepanjang jalan yang merambat sambil terus menerus berhenti tunggu, itu memakan waktu 4 jam.

Kasihan, banyak TKW yang datang dari Surabaya sudah sangat letih, mereka pada duduk di lantai saja. Mereka bukan pertama kali datang di Hong Kong, satu sama lainnya pada lancar berbicara dalam Mandarin maupun Konghu Hong Kong, fasih benar yang bisa dimengerti oleh petugas. Perjuangan hidup mereka yang mengagumkan.

Juga pendatang dari Mumbai India, kata mereka sudah 2 malam dalam perjalanan. Mereka merupakan pengungsi dari bahaya Covid19 di negerinya, ke sini untuk berlindung di tempat yang paling aman di dunia. Tujuan mereka semestinya Penang dan Kuala Lumpur, tetapi sekarang pintu gerbang Malaysia sudah ditutup untuk kedatangan orang asing, Amerika, India dan Indonesia, maka mereka dijuruskan sampai di Hong Kong sini.

Beberapa bule sudah kelihatan sangat tidak sabaran, menunjukkan sikap kebiasaan mereka, keangkuhan yang merasa jijik berkumpul di antara kita bangsa Asia.

Setelah mendapatkan paket pemeriksaan Covid19 dari pos terakhir, cepat-cepat kita jalan ke ujung gedung, agak jauh, 50 meteran, Disana merupakan kios-kios pengambilan ludah, kita ditujukan ke kios C-1.

Tidak ada fasilitas cuci tangan. Hanya diberi selembar kertas pengusap alcohol, untuk dipakai setelah meludah ke corong kertas penampung air ludah ke tabung tes. Masih belum selesai. Kita harus menunggu hingga hasil tesnya keluar, nanti malam.

Tabung tes isi ludah itu dikumpulkan di pos ke-lima, lalu disuruh mencari tempat duduk menurut nomor kursi yang sudah ditentukan di atas kalung yang dibagikan, kita mendapat G206 nomor U-1 dan U-2. Itu di gate 206, di ujung gedung yang berlawanan, sejarak satu lapangan sepak bola. Kesanalah mencari tempat istirahat kita.

Ada persediaan roti sosis, kue mafin dan air minum untuk ambil sendiri, tanpa segan mengambilnya, sebanyak untuk mencukupi konsumsi sehari ini. Sekarang sudah pukul 11:04 pagi, mulai lapar.

Pengaturan tempat tunggu hasil tes ini luas, setengah gedung terminal. Setiap orang diberi satu meja dan kursi plastik, satu sama lainnya berjarak satu setengah meter, bagaikan di dalam kelas sekolahan. Disinilah kita harus menunggu sekitar 8-9 jam.

Sedikit banyak pembagian tempat tunggu ini berdasarkan golongan, mungkin juga sebaiknya begini, untuk menghindari perselisihan antar bangsa. Kita berdua ditentukan untuk duduk di gate 206, dibandingkan dengan lain lainnya, tempat ini kecil dan tersendiri, ternyata khusus untuk para penduduk Hong Kong, para kedatangan dari Amerika, dan para bule bule. Eksklusiflah.

Puluhan TKW dikumpulkan sendiri, mereka sangat bergembiralah, merasa sekampung. Pendatang India yang paling banyak, mereka pun beramai-ramai mondar mandir, terutama kanak-kanak senang berlarian. Disini kita bebas berjalan, mengelompok dan berbicara, asalkan setiap waktu menaati keharusan memakai masker.

Yang pintar seorang bule, membawa tenda berkemah, rupanya sudah berpengalaman, sehari ini terus mendekuk didalamnya, baru keluar sewaktu hasil tes diumumkan, itu 8 jam didalam tenda tersebut.

Kita hanya duduk, sambil menonton Youtube, mengabari kawan-kawan di Whatsapp, dan menulis di Pesbuk, bebas wifi bandara, sambil count down waktu, menanti ketibaan pengumuman hasil tes pada pukul 8 malam nanti.

Baru merasa menyesal, biasanya ada ranjang tetapi sering juga tidak mau menidurinya, semalaman nonton TV di rumah, sekarang begitu merasa letih dan mengantuk, perlu satu bantal saja tidak ada.

Sabar menunggu waktu, menengok ke luar dinding kaca, terlihat matahari sudah mulai terbenam, yah sudah 12 jam dari kelihatan matahari terbit, sewaktu kapal terbang mendarat diwaktu subuh tadi.

Ada pembagian roti dan teh kotak, bagaikan upacara rebutan di bandara, tentunya tidak kebagian. Untungnya penjaga yang bertugas itu mengenal sang istri, dari satu dos yang disembunyikan, dia mengeluarkan teh kotak dan kue kering untuk kita berdua, sambil membisiki, pastilah kamu kalah rebutan sama mereka. Orang-orang sudah mulai agresip.

Sekonyong-konyong semua orang pada cepat-cepat kembali pada kursi masing-masing, sekarang sudah pukul 8 malam, pada berisik mengatakan, sudah datang.

Terlihat hanya ada seorang pegawai medis yang mengenakan seragam Personal Protective Equipment warna biru, berkeliling dari satu meja ke lain meja, membagikan laporan tes, dari belakang sana, sesampainya pada kita, itu satu jam lagi.

Pikir-pikir, perlukah tindakan penyaringan sebegini menyiksakan untuk kedatangan di Hong Kong ini?

Sebelum keberangkatan sudah harus tes negative, di tes lagi setelah tiba, tetapi tanpa adanya pengawasan dalam pengambilan bahan tes dari ludah penumpang, tidak peduli apa yang dimasukkan ke dalam tabung tes itu. Sewaktu menunggu juga sudah baur membaur tanpa perhatikan aturan social distancing di dalam bandara. Seakan-akan semua tindakan screening ini, sekedar show saja.

Dengan keletihan, kita sekarang baru diantar ke Terminal 1, untuk imigrasi. Kita berdua tanpa antri, karena istri memiliki kartu penduduk Hong Kong SAR. Namun, kita dimasukkan ke kamar kecil untuk pemeriksaan surat-surat. Ada masalah apa lagi?

Memang sejak 5 Juni tahun ini, seperti di China, Hong Kong pun menutup rapat pintu masuknya untuk pemegang paspor Amerika. Kecuali suami atau istri seorang penduduk Hong Kong yang boleh ikut datang. Di LAX sudah diperiksa, disini diperiksa lagi. Harus menunjukkan surat nikah yang mencantumkan semua nama-nama lengkap sesuai dengan nama di dalam paspor. Bereslah. Setelah 14 hari karantina, kita diperbolehkan melancong di Hong Kong selama 90 hari, bila perlu masih boleh diperpanjang.

Koper-koper kita sudah menunggu di karosel 5, sejak pagi tadi. Berhenti sejenak untuk mengambil foto pertanda mata, akhirnya berhasil masuk di Hong Kong.

Tertidur di taxi yang mengantar kita ke Hotel Ramada Hong Kong Grand di Tsim Sha Tsui. What a day.

Cerita menyambung.

Kowloon. 12 September 2020.

14 HARI WAJIB KARANTINA DI KETIBAAN HONG KONG: HARI PERTAMA

Oleh: Anthony Hocktong Tjio

Perlahan-lahan lampu penerang di langit-langit pesawat terbang menyala, yang menandakan tiba waktunya bangun untuk mempersiapkan ketibaan di Bandara Internasional Hong Kong. Membuka jendela juga kelihatan langit subuh dengan matahari sedang terbit dipermukaan cakrawala, indah.

Penerbangan Cathay Pacific CX881 dari Los Angeles semalam tadi boleh dibilang lancar. Sekitar 13 jam penerbangan tidak terasa adanya goncangan turbulence. Sehingga beberapa jam diantaranya juga bisa nyenyak tertidur lurus terlentang. Siap untuk santapan pagi.

Betul, semua penumpang dalam penerbangan kali ini bisa tidur lurus terlentang. Ini untuk penumpang kelas kambing, bukan business.

Luar biasa, masing-masing penumpang dalam pesawat ini boleh menjarah sebaris 3 kursi, dan boleh pilih suka dimana saja. Belum pernah adanya pengalaman yang asyik seperti begini. Karena hanya total 51 penumpang yang dimuat dalam jumbo jet baru Airbus 350-100 untuk Cathay ini, perasaannya layak penerbangan privat saja.

Akibat dari keringanan muatan penerbangan ini, kapal lebih laju dan bisa tiba di Hong Kong lebih pagi setengah jam dari waktu semestinya.

Di layar monitor kursi depan bisa menyaksikan pemandangan landing yang direkam dari 2 camera luar pesawat, terlihat kita menerobos lapisan awan tebal, dan kelihatan itu jembatan lintang laut dari Hong Kong ke Macau, yang sekonyong-konyong bagian dari Hong Kong ini terputus dan lenyap ke dalam laut, sebab terusannya langsung terowongan di bawah laut. Pada pukul 06:23 waktu setempat terasa goncangan keras, pesawat landing dengan selamat.

Semalam penerbangan lancar dan ketibaan juga aman, tetapi bukan merupakan satu perjalanan yang nyaman, dari pengalaman yang harus dirasakan di waktu airport check-in di LAX, dan penderitaan yang menimpa setelah ketibaan di Hong Kong Internasional nantinya, dalam masa pandemic Covid19 tahun 2020 ini, bepergian sangat bermasalah dan sangat menyusahkan.

Ceritanya mulai kemarin di LAX. Untuk kedua kalinya kita check in.

Keberangkatan menurut booking semula adalah kemarin dulu tanggal 9 September pukul 01:15 waktu Pacific. Kita ditolak untuk keberangkatan malam ini, karena tidak memenuhi surat-surat yang diminta oleh pemerintah Hong Kong dalam penyaringan kedatangan orang asing ke sana, sehingga harus menunda semalam, untuk melengkapi semua surat-surat keharusan.

Apakah surat-surat yang diperlukan itu? Banyak. Peraturan baru yang ditujukan untuk pemegang paspor Amerika, yang ditakuti bisa membawa Covid19 ke negaranya.

Betapa tidak? Dari laporan Pusat Pengendalian Penyakit CDC hari ini, bahwa Covid19 di Amerika sudah menimpa 6,640,699 penderita dengan rekor korban 197,496 orang. Dimana yang terbanyak juga di California sini.

Diharuskan ada pemeriksaan bebas virus Covid19 dalam jangka waktu 72 jam sebelum keberangkatan. Sudah dilakukan, tetapi disalahkan.

Tes yang diharuskan adalah “SARS-Cov-2 RNA”, yang awamnya kita sebut Rapid Test. Ini untuk mendeteksi secara kwalitatip adanya antigen asam nukleik virus dari usapan selaput lendir hidung dan tenggorokan kita.

Tes yang tidak nyaman dirasakan sewaktu pengusapan di bagian dalam hidung, terpaksa harus menjalaninya 2 kali untuk penerbangan ini.

Meskipun tes yang sama dengan hasil negatip, tetapi yang telah kita lakukan di laboratorium dokter di Kaiser Permanente itu ditolak.

Alasan pertama, bukan dilakukan di laboratorium yang bisa menyertai sertifikat jaminan kwalitas penyelenggaraan dan pemberian hasil menurut ketetapan Clinical Laboratory Improvement Amendments di tahun 1988. Sertifikat CLIA tersebut tidak kita miliki.

Alasan ke-dua, tes yang kita lakukan sudah beberapa jam lewat batas ketetapan 72 jam sebelum keberangkatan, sialan.

Alasan ke-tiga, nama dalam laporan tes harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam paspor, meskipun adalah orang yang sama dengan bukti hari kelahiran yang benar. Skak mat, nama dalam laporan hanya memakai singkatan nama tengah, dianggap menyimpang dari ketetapan, maka gugurlah.

Disuruh pulang saja dan mengulang tes Covid19 sekali lagi, untuk keberangkatan besok malam, yaitu malam ini.

Ternyata semua alasan yang mem-vonis penolakan kita terbang kemarin malam, adalah kedok, berhubung kurangnya penumpang, penerbangan semalam memang sudah dibatalkan. Penumpang semalam dikumpulkan untuk penerbangan malam ini, yang juga ternyata hanya 51 penumpang.

Menemukan laboratorium klinis Sun di El Monte yang dekat dari tempat tinggal kita, bisa memberi laporannya dalam sehari juga menyertai sertifikat CLIA tersebut. Tanpa appointment juga tidak perlu ada surat pengantar dokter, asal membawa paspor masing-masing dengan biaya $125 per tes. Separuh harga dari laboratorium serupa di Beverly Hills yang Cathay menganjurkannya.

Entah mengapa, masih ada perasaan tidak mantap sewaktu menuju ke LAX. Khawatir masih dipermasalahkan sewaktu check in nanti. Apa katanya sajalah, harus dibereskan untuk berangkat malam ini.

Betul, sekarang yang dipermasalahkan adalah booking hotel wajib karantina 14 hari di Hong Kong. Booking semula adalah dari tanggal ketibaan 10 September sampai 24 September, karena telah ditunda sehari, sekarang harus mempunyai booking baru dari ketibaan 11 September sampai 25 September. Memusingkan.

Hanya menambah semalam lagi sampai tanggal 25 September, bisa segera dibereskan, sekarang pun juga, di depan check in. Meminta Cathay menilponkan reservation Hotel Ramada Hong Kong Grand, per tilpon bereslah penambaan semalam tersebut, dan dikirimkan per email konformasi baru, sekali pun mencantumkan nama-nama lengkap kita berdua share satu kamar. Detail yang diburu-buru.

Alhamdulillah, setelah selama 2 jam berdiri dalam proses check in yang sangat menyulitkan, boarding pass akhirnya keluar dengan kepastian malam ini bisa berangkat ke Hong Kong.

Sebab hanya 51 penumpang, salah satu pramugara menjadi sangat ramah dengan sang istri yang kelahiran Hong Kong. Dalam banyak keluangannya, sewaktu waktu datang bercerita panjang lebar, memberitakan keadaan terkini di Hong Kong, walaupun banyak pramugari Cathay termasuk dalam golongan ribet anti pemerintahan, ternyata pramugara muda ini lulusan hukum dan tidak ikut-ikut merusak keamanan Hong Kong.

Sebelum landing, dia memberikan kami sekantong plastik kue-kue camilan dan beberapa botol air minum, katanya bisa kita pakai sewaktu diproses pemeriksaan Covid19, yang bakal memakan waktu yang sangat panjang, tanpa ada persediaan makan dan minum.

Sekarang, kapal terbang sudah mendarat, tidak terkira pada hari ini bakal ada proses screening Covid19 yang menyengsarakan, yang sedang menunggu penampilan kita di Bandara Hong Kong.

Dengan gesit 51 penumpang sekejab saja sudah meninggalkan pesawat, langsung digiring menuju kereta pengakut otomatis ke Terminal 3, gedung terminal yang sebesar lapangan sepak bola ini, dulunya buat penerbangan kapal terbang kecil, yang sekarang diubah menjadi bangsal penyaringan Covid19. Disitu sudah ada ratusan pendatang yang berbaris meliku-liku sebelum kedatangan kita.

Sepandang mata, banyak sekali TKW asal Indonesia dan hanya segelintir bule di antara kita, sedangkan kedatangan India dan Timur Tengah dipisahkan dari kita.

Kita berbaris panjang, berliku liku, dan merambat stop-jalan, lebih payah daripada di Disneyland. Tidak pedulikan banyak lanjut usia maupun kanak-kanak dan wanita hamil, tidak disediakan kursi untuk beristirahat. Dilarang makan atau minum. Kejam.

Kita semua harus melalui 4 pos pemeriksaan, setiap pos hanya ditangani 8 pejabat kesehatan untuk ribuan pendatang ini.

Dari pos pertama hanya untuk pemeriksaan suhu dagu, ke pos kedua untuk pemeriksaan nomor tilpon setempat supaya bisa dihubungi, melanjut ke pos ketiga untuk pemasangan gelang elektronik di lengan, sampai tiba di pos ke-empat untuk pemeriksaan semua surat-surat negative Rapid Test, paspor, surat booking hotel karantina, dan pembagian thermometer, terus diberi satu tabung tes untuk mengambil contoh ludah. Sepanjang jalan yang merambat sambil terus menerus berhenti tunggu, itu memakan waktu 4 jam.

Kasihan, banyak TKW yang datang dari Surabaya sudah sangat letih, mereka pada duduk di lantai saja. Mereka bukan pertama kali datang di Hong Kong, satu sama lainnya pada lancar berbicara dalam Mandarin maupun Konghu Hong Kong, fasih benar yang bisa dimengerti oleh petugas. Perjuangan hidup mereka yang mengagumkan.

Juga pendatang dari Mumbai India, kata mereka sudah 2 malam dalam perjalanan. Mereka merupakan pengungsi dari bahaya Covid19 di negerinya, ke sini untuk berlindung di tempat yang paling aman di dunia. Tujuan mereka semestinya Penang dan Kuala Lumpur, tetapi sekarang pintu gerbang Malaysia sudah ditutup untuk kedatangan orang asing, Amerika, India dan Indonesia, maka mereka dijuruskan sampai di Hong Kong sini.

Beberapa bule sudah kelihatan sangat tidak sabaran, menunjukkan sikap kebiasaan mereka, keangkuhan yang merasa jijik berkumpul di antara kita bangsa Asia.

Setelah mendapatkan paket pemeriksaan Covid19 dari pos terakhir, cepat-cepat kita jalan ke ujung gedung, agak jauh, 50 meteran, Disana merupakan kios-kios pengambilan ludah, kita ditujukan ke kios C-1.

Tidak ada fasilitas cuci tangan. Hanya diberi selembar kertas pengusap alcohol, untuk dipakai setelah meludah ke corong kertas penampung air ludah ke tabung tes. Masih belum selesai. Kita harus menunggu hingga hasil tesnya keluar, nanti malam.

Tabung tes isi ludah itu dikumpulkan di pos ke-lima, lalu disuruh mencari tempat duduk menurut nomor kursi yang sudah ditentukan di atas kalung yang dibagikan, kita mendapat G206 nomor U-1 dan U-2. Itu di gate 206, di ujung gedung yang berlawanan, sejarak satu lapangan sepak bola. Kesanalah mencari tempat istirahat kita.

Ada persediaan roti sosis, kue mafin dan air minum untuk ambil sendiri, tanpa segan mengambilnya, sebanyak untuk mencukupi konsumsi sehari ini. Sekarang sudah pukul 11:04 pagi, mulai lapar.

Pengaturan tempat tunggu hasil tes ini luas, setengah gedung terminal. Setiap orang diberi satu meja dan kursi plastik, satu sama lainnya berjarak satu setengah meter, bagaikan di dalam kelas sekolahan. Disinilah kita harus menunggu sekitar 8-9 jam.

Sedikit banyak pembagian tempat tunggu ini berdasarkan golongan, mungkin juga sebaiknya begini, untuk menghindari perselisihan antar bangsa. Kita berdua ditentukan untuk duduk di gate 206, dibandingkan dengan lain lainnya, tempat ini kecil dan tersendiri, ternyata khusus untuk para penduduk Hong Kong, para kedatangan dari Amerika, dan para bule bule. Eksklusiflah.

Puluhan TKW dikumpulkan sendiri, mereka sangat bergembiralah, merasa sekampung. Pendatang India yang paling banyak, mereka pun beramai-ramai mondar mandir, terutama kanak-kanak senang berlarian. Disini kita bebas berjalan, mengelompok dan berbicara, asalkan setiap waktu menaati keharusan memakai masker.

Yang pintar seorang bule, membawa tenda berkemah, rupanya sudah berpengalaman, sehari ini terus mendekuk didalamnya, baru keluar sewaktu hasil tes diumumkan, itu 8 jam didalam tenda tersebut.

Kita hanya duduk, sambil menonton Youtube, mengabari kawan-kawan di Whatsapp, dan menulis di Pesbuk, bebas wifi bandara, sambil count down waktu, menanti ketibaan pengumuman hasil tes pada pukul 8 malam nanti.

Baru merasa menyesal, biasanya ada ranjang tetapi sering juga tidak mau menidurinya, semalaman nonton TV di rumah, sekarang begitu merasa letih dan mengantuk, perlu satu bantal saja tidak ada.

Sabar menunggu waktu, menengok ke luar dinding kaca, terlihat matahari sudah mulai terbenam, yah sudah 12 jam dari kelihatan matahari terbit, sewaktu kapal terbang mendarat diwaktu subuh tadi.

Ada pembagian roti dan teh kotak, bagaikan upacara rebutan di bandara, tentunya tidak kebagian. Untungnya penjaga yang bertugas itu mengenal sang istri, dari satu dos yang disembunyikan, dia mengeluarkan teh kotak dan kue kering untuk kita berdua, sambil membisiki, pastilah kamu kalah rebutan sama mereka. Orang-orang sudah mulai agresip.

Sekonyong-konyong semua orang pada cepat-cepat kembali pada kursi masing-masing, sekarang sudah pukul 8 malam, pada berisik mengatakan, sudah datang.

Terlihat hanya ada seorang pegawai medis yang mengenakan seragam Personal Protective Equipment warna biru, berkeliling dari satu meja ke lain meja, membagikan laporan tes, dari belakang sana, sesampainya pada kita, itu satu jam lagi.

Pikir-pikir, perlukah tindakan penyaringan sebegini menyiksakan untuk kedatangan di Hong Kong ini?

Sebelum keberangkatan sudah harus tes negative, di tes lagi setelah tiba, tetapi tanpa adanya pengawasan dalam pengambilan bahan tes dari ludah penumpang, tidak peduli apa yang dimasukkan ke dalam tabung tes itu. Sewaktu menunggu juga sudah baur membaur tanpa perhatikan aturan social distancing di dalam bandara. Seakan-akan semua tindakan screening ini, sekedar show saja.

Dengan keletihan, kita sekarang baru diantar ke Terminal 1, untuk imigrasi. Kita berdua tanpa antri, karena istri memiliki kartu penduduk Hong Kong SAR. Namun, kita dimasukkan ke kamar kecil untuk pemeriksaan surat-surat. Ada masalah apa lagi?

Memang sejak 5 Juni tahun ini, seperti di China, Hong Kong pun menutup rapat pintu masuknya untuk pemegang paspor Amerika. Kecuali suami atau istri seorang penduduk Hong Kong yang boleh ikut datang. Di LAX sudah diperiksa, disini diperiksa lagi. Harus menunjukkan surat nikah yang mencantumkan semua nama-nama lengkap sesuai dengan nama di dalam paspor. Bereslah. Setelah 14 hari karantina, kita diperbolehkan melancong di Hong Kong selama 90 hari, bila perlu masih boleh diperpanjang.

Koper-koper kita sudah menunggu di karosel 5, sejak pagi tadi. Berhenti sejenak untuk mengambil foto pertanda mata, akhirnya berhasil masuk di Hong Kong.

Tertidur di taxi yang mengantar kita ke Hotel Ramada Hong Kong Grand di Tsim Sha Tsui. What a day.

Cerita menyambung.

Kowloon. 12 September 2020.

 

Digg This
Reddit This
Stumble Now!
Buzz This
Vote on DZone
Share on Facebook
Bookmark this on Delicious
Kick It on DotNetKicks.com
Shout it
Share on LinkedIn
Bookmark this on Technorati
Post on Twitter
Google Buzz (aka. Google Reader)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *