Ribuan mahasiwa turun ke jalan untuk memberikan peringatan kepada pemerintah agar tidak tutup mata terhadap tragedi 12 Mei yang telah menewaskan berapa orang mahasiswa, 4 di antaranya berasal dari Trisaksi. Selama 16 tahun reformasi bergulir kasus jalan ditempat.
Aksi mahasiswa ini dilakukan setelah sebelumnya mereka menggelar upacara peringatan yang dipimpin Rektor Trisaksi Thoby Mutis di halaman parkir Kampus A Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat (Jakbar). Dalam kegiatan ini, hadir huja artis Poppy Andaresta.
Aksi dilakukan untuk memperingati tewasnya empat orang mahasiswa Trisaksi pada peristiwa 12 Mei 16 tahun lalu. Keempat mahasiswa itu adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri 1995), Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil 1995) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi 1996).
Iring-iringan mahasiswa ini sempat membuat macet jalanan dari arah Grogol ke Semanggi. Sejumlah mahasiswa tampak menghentikan laju kendaraan yang melintas untuk memberikan rombongan mahasiswa terlebih dulu lewat.
Saat aksi di Bunderan HI, mahasiswa membacakan empat tuntutan antara lain pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme di dalam pemerintahan Indonesia; menuntut kesejahteraan keluarga korban. Diantaranya, memberikan tunjangan kesejahteraan kepada keluarga korban.
Mereka juga menuntut agar tanggal 21 Mei diperingati sebagai Hari Reformasi, serta menuntut pengangkatan gelar bintang jasa dari pejuang reformasi menjadi pahlawan reformasi, dan menuntuk hak-hak bintang jasa yang nantinya diperoleh keluarga korban.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Trisakti Bismo Aziz menegaskan selama 16 tahun pemerintah terus menutup mata atas tragedi Trisakti yang menewaskan para mahasiswa aktivis, 4 orang diantaranya mahasiswa Trisakti.
“Selama 16 tahun pemerintah menutup mata dengan tragedi Trisakti, dan hingga saat ini tidak pernah ada kejelasan siapa yang bertanggung jawab dan harus diseret ke pengadilan,” ujar Bismo Aziz kepada Harian Terbit di Universitas Trisakti, Jakarta Barat, Senin (12/5).
Dijelasakan Bismo, pemerintah semestinya mampu berlaku adil agar peristiwa 12 Mei 1998 tidak hanya dipandang sebelah mata, dimana pihak aparat yang menembakan peluru tajam ke arah mahasiswa demi menginginkan perubahan, harus diadili. Jika tidak pihak mahasiswa terutama dari Trisakti akan terus menuntut pemerintah untuk menuntaskan kasus ini.
“Peringatan ini setiap tahun diadakan, dan kami mau longmarch ke HI dan kemudian ke Istana Negara, pemerintah tidak boleh tinggal diam, kami menuntut keadilan Hak Asasi Manusia (HAM), penegakan hukum di Indonesia kadang-kadang kurang terlalu digubris, kita menuntut adanya penuntasan, hingga saat ini hanya sekedar wacana, kita nggak mau pelanggaran-pelanggaran HAM terjadi lagi di Indonesia,” papar Bismo.
Menurutnya lagi aksi solidaritas para mahasiswa Trisakti sama sekali tidak ada muatan politisnya, dan mahasiswa tidak berpihak pada suksesi calon presiden mana pun.
“Kita tahu mungkin ini berujung pada seseorang, mahasiswa Trisakti turun tanpa ada kepentingan-kepentingan terselubung. Kami semua netral, yang kita mau penuntasan HAM. Saya ketua BEM atas nama mahasiswa Trisakti menyatakan netral,” tegas Bismo menerangkan.
Sementara itu dari ratusan mahasiswa Trisakti yang tersebar di beberapa titik kampus, Gerry Rusdian dari fakultas ekonomi yang tengah membagi-bagikan nasi bungkus kepada sopir metro mini kopaja mengatakan perlawanan dari aksi mereka tidak hanya digelar di lingkungan Kampus Reformasi tersebut.
“Hari ini juga kami semua turun, bukan untuk membuat kemacetan, tapi untuk memperjuangkan HAM. Pemerintah tidak tegas dengan tragedi ini, kami hanya ingin kejalasan, 4 orang yang ditembak mati,” ucap Gerry kesal terhadap pemerintah yang hanya bisa membiarkan. “Sekali lagi saya katakan, tuntaskan, dimana keadilan,” imbuhnya.
Mahasiswa Mulai bergerak lagi nih !! Pemerintah sebaiknya Mendengarkan Suara Mahasiswa ini, jangan menunggu Mereka Kehilangan Sabar lagi dan Memanasnya Suasana Kembali seperti 12 Mei 1998 lagi !!! mereka Mahasiswa Tidak Dapat Melupakan Kejadian Tersebut karena Merenggut Beberapa Nyawa Mahasiswa waktu itu dan hingga saat ini Belum ditindak Tegas Kelanjutan Hukumnya !!!