Kampung Kenangan Mei terletak di Kampung Jati Selatan, Jatinegara Kaum, Klender, Jakarta Timur. Kampung padat penduduk ini menyimpan sejarah duka bangsa dan sejarah kebangkitan kaum perempuan dan bangsa Indonesia.
Dua belas tahun silam Tragedi Kemanusiaan 13-15 Mei 1998 telah merobek dan membuat luka yang dalam di hati penduduk kampung ini. Ada 426 warga kampung ini dan sekitarnya yang menjadi korban dalam tragedi berdarah itu.
Tim Relawan untuk Kemanusiaan yang dipimpin oleh Romo Sandyawan, SJ pertama kali datang ke kampung ini dan mengajak keluarga korban untuk tidak tenggelam dalam duka, namun bangkit sebagai manusia yang berpengharapan.
Keluarga korban dan warga kampung belajar bahwa air mata tidak dapat menyelesaikan persoalan. Maka keluarga korban membentuk Forum Keluarga Korban Mei 1998 (FKKM 98) pada tahun 2001.
Forum Keluarga Korban Mei 98 sebagian besar anggotanya adalah para ibu. Mereka tanpa putus asa terus menyemangati para keluarga korban untuk terus memperjuangkan nasib mereka. Kegigihan mereka ini didukung penuh oleh Ketua RW 08 H. Usman Kumang membawa buah bagi Kampung Jati Selatan. Kampung ini mulai dikenal masyarakat luas, bahkan oleh seluruh dunia.
Warga belajar melawan buta huruf, buta hukum dan buta nilai-nilai HAM. Mereka belajar mengerti tentang pentingnya menghilangkan prasangka rasial, memperjuangkan kesetaraan gender, hak kewajiban dalam hukum dan nilai-nilai hak asasi manusia.
Tahun 2008 Ibu Ruminah yang adalah ibu dari alm.Gunawan, bocah yang menjadi korban di Jogja Plaza mencetuskan ide untuk membuat Kampung Jati menjadi Kampung Kenangan Mei. Kampung Kenangan Mei adalah tempat di mana kita sebagai bangsa belajar untuk tidak berhenti di masa lalu, tapi maju dengan harapan dan tekat yang jelas: Tidak akan membiarkan tragedi yang sama berulang kembali di tanah air. Harapan agar di masa yang akan datang keadilan, kebenaran dan hukum dihormati di Negara Indonesia.
Prasasti Jarum Mei adalah prasasti yang melambangkan tekad untuk menjahit dan menyembuhkan luka-luka bangsa. Prasasti ini dibangun di Kampung Jati, Klender. Di lokasi ini dan sekitarnya bermukim para keluarga korban dari berbagai etnis, agama, jenis kelamin dan latar belakang yang amat beragam. Keadaan di kampung ini menggambarkan keadaan bangsa kita di seluruh nusantara, terutama di Jakarta.